KISAH KETELADANAN RASULULLAH (BAB III)

Ir. EKAJAYA
*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 31
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Ummu Habibah binti Abu Sufyan
Najasy menyampaikan sambutan pernikahan.
"Alhamdulillah Al Malikul Quddus al-Mu'minun Azizul Jabbar. Aku bersaksi tiada ilah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya dan dialah yang kedatangannya telah diberitakan Isa Almasih dalam Injil. Selain itu aku memberitahukan bahwa Rasulullah ﷺ telah meminta kepadaku agar aku mewakili beliau untuk meminang Ummu Habibah binti Abu Sufyan untuknya. Aku telah menyambut harapan beliau itu dan beliau telah mengirimkan mas kawin sebesar 400 Dinar.
Pernikahan ini juga merupakan kemenangan bagi kaum muslimin, karena Putri Panglima tertinggi Quraisy kini menjadi istri Rasulullah ﷺ dan Ibu Kaum Mu'minin. Setidaknya hal ini memberikan cahaya terang bagi hati Abu Sufyan yang penuh kabut untuk akhirnya menerima Islam."
Ummu Habibah meninggal dunia pada masa pemerintahan saudara kandungnya yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan. la meninggalkan musnad sebanyak 65 hadist. la dimakamkan berdampingan dengan para sahabat terdekatnya yaitu istri-istri Rasulullah ﷺ di pekuburan Baqi.
Selain untuk menolong, tujuan agung dibalik pernikahan Rasulullah ﷺ dengan Ummu Habibah adalah untuk melunakkan hati Abu Sufyan yang masih menjadi musuh dengan perlawanan paling keras. Inilah balasan Rasulullah ﷺ kepada Abu Sufyan. Ketika putri Abu Sufyan terlunta-lunta di negeri orang, Rasulullah ﷺ memuliakannya dengan mengangkatnya menjadi istri beliau.

Maimunah binti Al Harits
Ummul mukminin yang paling akhir bergabung dengan rumah tangga kenabian Rasulullah ﷺ adalah Maimunah Hilaliyah binti al-Harits. Nama aslinya adalah Birrah yang kemudian diganti Rasulullah ﷺ setelah mereka melangsungkan pernikahan. Dari segi keturunan dan kebangsawanan, Maimunah adalah wanita yang paling mulia.
Ibu Maimunah, Hindun binti Zuhair, mungkin merupakan seorang mertua paling berbahagia di dunia.  Betapa tidak, menantu-menantunya adalah orang-orang besar. Selain Rasulullah ﷺ,  menantu Hindun binti Zuhair adalah Abu Bakar As Siddiq, Hamzah bin Abdul Muthalib, Abbas bin Abdul Muthalib, Ja'far bin Abdul Thalib dan Ali bin Abu Tholib.
Pernikahan Maimunah dengan Rasulullah ﷺ dilangsungkan setelah umratul qudza, umroh pengganti, yang dilakukan setahun setelah perjanjian Hudaybiyah dan beberapa bulan sebelum Mekah ditaklukkan kaum muslimin.
Melihat Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya melakukan umroh dengan perilaku yang sangat santun, hati Maimunah sangat terpesona. Ketika itu Maimunah telah menjadi janda pada usia 26 tahun. Melalui Ummu al Fazl, istri Abbas bin Abdul Muthalib, Maimunah mengajukan diri untuk dinikahi Rasulullah ﷺ.
Rasulullah ﷺ menerima lamaran ini dan memberi mahar sebesar 400  dirham. Karena orang Quraisy ingin kaum muslimin segera meninggalkan Mekah setelah batas waktu 3 hari habis, perayaan pernikahan diadakan di tempat bernama Sarif.  Dengan demikian Rasulullah ﷺ menanggung sekaligus kehidupan sehari-hari saudari kandung Maimunah, Salma yang merupakan janda Hamzah bin Abdul Muthalib.
Rasulullah ﷺ juga menanggung kehidupan 'Ammara, putri Hamzah yang belum menikah.
Pernikahan ini setidaknya  mengeluarkan keputusan Khalid bin Walid untuk meninggalkan Mekah dan bergabung dengan kaum muslimin.
Maimunah masih hidup 50 tahun setelah Rasulullah ﷺ wafat. Berbeda dengan Ummul Mukminin yang lain, ia minta dimakamkan di Sarif tempatnya melangsungkan pernikahan dengan Rasulullah ﷺ.
Aisyah pernah berkata bahwa Maimunah adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah di antara mereka dan yang paling banyak menaruh perhatian untuk menjalin hubungan silaturahim.

Kecintaan Mush'ab bin Umair kepada Rasulullah
Kasih Mushab bin Umair kepada Rasulullah ﷺ sedemikian besar. Rela meninggalkan kehidupan mewah dan bermanja-manja ketika ia sudah memeluk Islam. Rela dia hijrah meninggalkan Mekah ke Habasyah yang jauh demi membela cintanya kepada Allah dan Rasulullah. Rela dipakainya jubah usang, padahal sebelum memeluk Islam ia adalah pemuda kaya yang menjadi buah bibir semua orang karena ketampanan dan kecerdasannya. Demi kecintaan yang begitu dalam kepada Allah dan Rasulnya, Mush'ab rela meninggalkan ibunya yang kukuh membela agama nenek moyangnya.
Hidup Mush'ab yang baik dengan kaum muslimin, sangat singkat tapi padat oleh bakti perjuangan gemilang.  Di Perang Uhud pemuda tampan ini tampil membawa bendera pasukan muslim. Ketika pasukan panah turun dari bukit dan ikut berebut harta rampasan,  barisan kaum muslimin pecah dihantam Khalid bin Walid dari belakang, saat itu Mus'ab masih tetap berdiri ditempatnya sambil tetap memegang bendera seperti batang pohon yang  keras.
Seorang  prajurit berkuda Quraisy yang bernama Ibnu Gumaiah menyerang Mush'ab dan menebas sebelah tangannya hingga putus. Mush'ab menyambut bendera dengan tangan kiri sambil berkata,
"Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul yang sebelumnya telah didahului beberapa Rasul."
Musuh datang kembali dan menebas tangan kiri Mush'ab sampai putus. Mush'ab mendekap bendera dengan kedua pangkal tangannya sambil berkata,
"Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul yang sebelumnya telah didahului beberapa Rasul."
Serangan kembali datang. Kali ini, sebatang tombak menusuk Mush'ab begitu keras, sampai tombak itu patah. Mush'ab gugur dan benderanya jatuh. Wajahnya tertelungkup dalam genangan genangan darahnya sendiri, seolah-olah menjelang kematiannya  Mush'ab tidak tega melihat Rasulullah ﷺ menghadapi bencana sehingga ia menyembunyikan wajahnya agar tidak melihat peristiwa itu.
Kalimat yang diucapkan Mush'ab saat mempertahankan bendera itu dikukuhkan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam Ayat Al Qur'an.
Abdurrahman bin Auf yang shaum disodori makanan, lalu beliau berkata,
"Mush'ab bin Umair telah mencapai Syahid dan dia lebih baik dariku. Ketika itu tidak ada kain untuk mengkafaninya, kecuali sehelai burdah. Apabila kepalanya ditutup dengan kain itu, maka kakinya tampak dan apabila kakinya ditutup kepalanya tampak. Sekarang dunia terhampar buat kami. Sungguh, kami takut, kalau-kalau kebajikan kami disegerakan (di dunia)."
Kemudian beliau menangis sehingga meninggalkan makanan yang disodorkan kepadanya.

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 32
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

*Kecintaan Salman Al Farisi kepada Rasulullah ﷺ *
Ketika  pasukan Ahzab datang mengepung Madinah, mereka tidak berdaya menembus pertahanan kaum muslimin yang telah menggali parit yang dalam dan lebar. Cara berperang semacam ini belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab.  Salman orang Persia-lah yang mengusulkannya sesuai dengan kebiasaan tempur orang-orang Persia.
Salman Al Farisi lahir sebagai putra Bupati lsfahan di Persia.  Salman sangat disayang oleh ayahnya. Ketika dewasa ia diserahi tanggung jawab sebagai penjaga api. Agama majusi yang dianut orang-orang Persia menyembah berhala dan tidak membiarkan api di kuil padam.  Namun Salman tertarik pada agama Nasrani dan melarikan diri dari rumahnya, ia pun berguru dari 1 pendeta ke pendeta lainnya. Sampai suatu ketika pendeta yang menjadi guru Salman berpesan, sebelum meninggal, bahwa telah dekat tibanya kebangkitan seorang nabi yang akan meneruskan agama Ibrahim yang murni.
Salman pergi mencari, tetapi kemalangan terjadi. Di tengah jalan ia dijadikan budak dan dibeli orang Yahudi. Akhirnya orang Yahudi yang lain membeli Salman dan membawanya ke Madinah. Di kota inilah salman mendengar sepupu tuannya berseru,
"Bani Qilah celaka! Mereka berkerumun mengelilingi seorang laki-laki di Quba yang datang dari Mekah dan mengaku sebagai nabi."
Mendengar ini tubuh Salman bergetar keras, sudah lama ia mencari sampai akhirnya kini nabi itu ada di dekatnya. Salman menemui Rasulullah ﷺ dan menyuguhkan makanan kepada beliau sebagai suatu sedekah.
Rasulullah ﷺ menyuruh sahabat-sahabatnya makan, tetapi beliau sendiri tidak ikut menikmatinya.
Esok harinya,  Salman datang lagi dan menyuguhkan makanan kepada beliau sebagai suatu hadiah. Kali ini Rasulullah ﷺ ikut makan bersama para sahabatnya. Dari peristiwa ini, yakinlah Salman bahwa yang di hadapannya sungguh merupakan nabi utusan Allah, karena seorang nabi tidak makan sedekah tetapi mau menerima hadiah.
Salman mencoba melihat ke bagian belakang tubuh  Rasulullah ﷺ untuk melihat tanda kenabiannya. Maka, Rasulullah ﷺ sengaja menyingkapkan kain burdahnya sehingga tanda kenabian Itu tampak di pundak nabi.
Salman menciumi tanda kenabian itu sambil menangis. Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya kemudian membebaskan Salman Al Farisi dari perbudakan.
# Dalam sakit yang membawa ajalnya, Salman memanggil istrinya untuk mengambil titipannya dulu.  Titipan itu ternyata hanya seikat kasturi yang diperolehnya waktu pembebasan Jalula.  Barang itu sengaja disimpan untuk wangi-wangian pada hari wafatnya. Kemudian sang istri disuruh mengambil secangkir air ditaburinya dengan kasturi lalu diaduk dengan tangan, Salmanpun berkata kepada Istrinya, "Bersihkan air ini ke sekelilingku sekarang, telah hadir dihadapanku makhluk Allah (malaikat) yang tidak dapat makan, tetapi gemar wangi-wangian."

Kecintaan Abu Dzar kepada Rasulullah SAW
Dalam Perang Tabuk pasukan Rasulullah ﷺ berjalan di bawah panas matahari yang sangat menyengat. Bertambah jauh perjalanan bertambah pula kesulitan dan penderitaannya. Perjalanan pasukan ini diikuti oleh sebagian orang dengan rasa enggan sehingga banyak yang dengan sengaja mengundurkan diri secara diam-diam.
Setiap ada yang berteriak, "Ya Rasulullah si Fulan telah tertinggal,"
maka Rasulullah ﷺ menjawab,
"Biarkanlah! Seandainya ia berguna tentu akan disusulkan oleh Allah kepada kalian dan seandainya tidak, maka Allah telah membebaskan kalian darinya!"
Pada suatu hari para sahabat di barisan belakang melihat berkeliling dan mereka berseru, "Ya Rasulullah Abu Dzar telah tertinggal."
Maka Rasulullah  ﷺ pun mengulangi jawabannya seperti yang sudah-sudah.
Sementara itu sekuat apapun Abu Dzar menyuruh keledainya berjalan, hewan tunggangan itu sudah begitu kelelahan. Tanpa banyak berpikir Abu Dzarpun turun dan memanggul sendiri barang-barangnya. Dengan berjalan kaki Abu Dzar berjalan menyusuri jejak yang ditinggalkan pasukan. Sekuat mungkin, Abu Dzar mempercepat langkah agar bisa menyusul.
Saat pagi tiba, ketika Rasulullah ﷺ dan pasukannya tengah menurunkan barang-barang untuk beristirahat, tiba-tiba seorang sahabat melihat di kejauhan ada seseorang berjalan mendekat dengan langkah tergesa. Ia segera memberitahu Rasulullah ﷺ,
"Wahai Rasulullah ada seorang laki-laki berjalan seorang diri."
Rasulullah ﷺ bersabda, "Mudah-mudahan itu Abu Dzar."
Ternyata ia memang Abu Dzar. Kepada Rasulullah ﷺ Abu Dzar menyuguhkan segelas air yang begitu berharga di tengah perjalanan sulit itu.
"Rasulullah aku menemukan genangan air sisa hujan, tetapi aku berkata kepada diriku sendiri untuk tidak meminumnya sebelum kekasihku Rasulullah meminumnya."
Abu Dzar pernah datang kepada Rasulullah dan minta diangkat menjadi seorang pemimpin. Rasulullah bersabda,
"Wahai Abu Dzar kamu ini lemah, sedangkan kepemimpinan adalah amanat dan kelak pada hari kiamat hanya akan menjadi sumber kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan hak dan melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya."
(Hadits Riwayat Muslim)

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 33
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Demikian besarnya cinta Abu Dzar kepada Rasulullah ﷺ sehingga ia tidak rela minum pada hari yang amat panas itu, kecuali Rasulullah ﷺ telah lebih dulu minum.
Para sahabat yang masih hidup ketika Rasulullah ﷺ wafat menunjukkan rasa sayang, rindu, dan kenangannya kepada Rasulullah ﷺ dengan caranya masing-masing.

*Kecintaan Bilal bin Rabah kepada Rasulullah ﷺ *
Setelah Rasulullah ﷺ wafat Bilal bin Rabah menghadap Khalifah Abu Bakar,
"Saya ingin meminta izin anda untuk pergi berjuang dijalan Allah."
"Tetapi siapa lagi yang akan menjadi muadzin bagi kami?" tanya Abu Bakar.
"Saya tidak akan menjadi muadzin bagi orang lain setelah Rasulullah."
Akhirnya dengan berat hati Abu Bakar mengizinkan Bilal pergi meninggalkan Madinah untuk turut pasukan yang berjuang ke arah Syam. Setelah perang selesai, Bilal menetap di sana dan menjaga perbatasan Islam sebagai seorang prajurit. Ia ingin bertemu lagi dengan Rasulullah ﷺ saat sedang berjihad. Amal yang amat disukai Allah dan Rasul-Nya.

Suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab datang berkunjung ke Syiria. Orang-orang menggunakan kesempatan itu. Mereka memohon kepada khalifah agar meminta Bilal mengumandangkan adzan lagi seperti ketika Rasulullah ﷺ masih hidup, walaupun hanya sekali saja. Umar pun memanggil Bilal dan memintanya untuk mengumandangkan adzan tetapi Bilal menolak. Namun Umar Bin Khattab dan sahabat yang lain terus memohon,  sampai akhirnya Bilal pun naik ke atas menara dan mulai beradzan.
Namun ketika sampai pada kalimat "Asyhadu anna muhammad rasulullah....," Bilal menangis tersedu-sedu. Para sahabat pun turut menangis dan yang paling keras tangisnya adalah Khalifah Umar Bin Khattab.
# Abu Mahdzurah al Jumahi adalah seorang pemuda 16 tahun yang memiliki suara indah. Suatu hari saat Bilal berada di atas Ka'bah, Abu Mahdzurah yang ketika itu baru memeluk Islam, menirukan Bilal dengan suara mengejek.
Rasulullah ﷺ mengusap kening dan dadanya saat itu juga. Seketika hati Mahdzurah dipenuhi iman dan ketenangan. Kemudian Rasulullah ﷺ mengajarinya adzan dan menugaskannya menjadi muadzin kota Mekah.

Kecintaan Miqdad bin Amr kepada Rasulullah ﷺ
Pada saat genting di Badar karena menghadapi musuh yang sangat kuat, Rasulullah ﷺ ingin menguji kebulatan hati para sahabat. Beliau meminta pendapat mereka tentang pertempuran yang akan mereka hadapi. Saat itu tidak disia-siakan oleh Miqdad bin Amr. Karena takut ada orang yang melontarkan pendapat terlalu berhati-hati, Miqdad segera menyahut pertanyaan Rasulullah ﷺ dengan penuh semangat.
"Ya Rasulullah, teruslah melaksanakan apa yang ditetapkan Allah dan kami akan bersama anda.”
Demi Allah kami tidak akan berkata seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa.
"Pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah sedang kami akan duduk menunggu disini." Kami akan mengatakan kepada anda pergilah anda bersama Tuhan anda dan berperanglah, sementara kami ikut berjuang di samping anda!
Demi yang telah mengutus anda, membawa kebenaran seandainya anda membawa kami melalui lautan lumpur, kami akan berjuang bersama anda dengan tabah hingga mencapai tujuan dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan di sebelah kiri anda juga di bagian depan dan di bagian belakang Anda,  sampai Allah memberi tanda kemenangan!"
Wajah Rasulullah berseri mendengarnya. Maka perang Badar pun berkecamuk dan Miqdad menjadi 1 dari 3 orang muslim yang bertempur menggunakan kuda.
Abdullah bin Mas'ud berkata,
"Saya telah menyaksikan perjuangan Miqdad sehingga saya lebih suka menjadi sahabatnya daripada segala isi bumi ini."
Saking cintanya Miqdad kepada Rasulullah, sehingga apabila ada kehebohan di Madinah, Miqdad segera menaiki kudanya, menghunus pedang dan berjaga di depan rumah Rasulullah ﷺ. Ia layak mendapat ucapan Rasulullah ﷺ,
"Sungguh Allah telah menyuruhku untuk mencintaimu dan menyampaikan pesan-Nya kepadaku bahwa Dia mencintaimu!"
Rasulullah ﷺ mengajarkan persaudaraan Islam demikian sehingga beliau tidak pernah berlaku formal atau resmi kepada saudara sendiri. Beliau bersabda,
"Aku dan orang-orang shalih dalam umatku bebas lepas dari formalitas. Jika kita menanggalkan kulfa atau formalitas maka ulfa atau persahabatan kita akan tetap langgeng dan bahwa beban kita jadi ringan dan kita akan mempunyai kasih sayang yang abadi."

Kecintaan Hamzah bin Abdul Muthalib kepada Rasulullah ﷺ
Suatu pagi Hamzah bin Abdul-Muthalib keluar rumah dan pergi ke Ka'bah. Di sana ia menemui para pembesar dan bangsawan Quraisy yang tengah membicarakan sesuatu dengan sangat serius.
"Muhammad? Mereka membicarakan Muhammad?" demikian Hamzah tersentak. Kemudian Ia pun turut dalam diskusi yang semakin lama semakin seru itu. Untuk pertama kalinya Hamzah melihat teman-temannya menjadi gelisah dan marah akibat tindakan keponakannya, Muhammad bin Abdullah. Ketika pembicaraan semakin memuncak tiba-tiba Hamzah tertawa keras. Semua orang berpaling heran.
"Kalian terlalu melebih-lebihkan! Kalian pasti salah menafsirkan apa yang Muhammad katakan!" sambil berkata demikian, Hamzah melangkah pergi.
"Hamzah!" seru Abu Jahal.
"Engkaulah yang terlalu meremehkan Muhammad. Jika kita lalui sepertimu nanti keadaan akan menjadi terlambat bagi kita untuk mengatasinya. Engkau-lah yang paling tahu bagaimana sifat keponakanmu itu!"

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 34
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Kecintaan Hamzah bin Abdul Muthalib kepada Rasulullah ﷺ
Hamzah tertawa dan pergi. Akan tetapi setelah itu ia mulai mengamati kegiatan Rasulullah ﷺ dari jauh. Betul sekali apa yang dikatakan oleh Abu Jahal bahwa dialah yang paling tahu tentang keponakannya sendiri. Betapa tidak, sejak kecil Hamzah dan Muhammad selalu bermain bersama.
Hamzah mengenal Muhammad sejak kecil juga sangatlah bersih. Tidak pernah sekali pun keponakannya itu marah, kecewa, putus asa, serakah, mengolok-olok orang atau melakukan hal yang sia-sia. Semua itu membuat Hamzah sangat menyayangi Muhammad.
Maka ketika ia mendengar Abu Jahal menyakiti Muhammad, ia memukul kepala Abu Jahal sambil berkata,
"Kenapa kamu mencela dan kamu memaki Muhammad, padahal aku telah menganut agamanya dan mengatakan apa yang dikatakannya. Nah coba ulangi lagi makianmu itu kepadaku, jika kamu berani!"
Banyak ratapan yang meratap untuk Hamzah ketika beliau syahid, namun yang terbaik adalah kata-kata yang diucapkan oleh Rasulullah ﷺ ketika berdiri di depan jasad Hamzah yang sudah rusak,
"Melimpahlah atasmu Rahmat Ar-Rahim. Akulah saksi bagimu di hadapan Al Hakim bahwa engkau adalah pendekar penyambung tali silaturahim, gemar berbuat kebaikan dan pembela orang yang didzalimi."

Kecintaan Abdullah bin Mas'ud kepada Rasulullah ﷺ
Abdullah bin Mas'ud adalah orang yang keenam yang memeluk Islam. Pertemuan pertamanya dengan Rasulullah ﷺ diceritakannya sendiri kepada kita:
"Ketika itu saya masih remaja dan menggembalakan kambing kepunyaan Uqbah bin-Mu'aith.  Tiba-tiba datang Nabi ﷺ bersama Abu Bakar dan bertanya,
"Hai nak apakah kamu punya susu untuk minum kami?"
"Saya orang kepercayaan tuanku untuk menggembala kambing dan tidak dapat memberi anda berdua minuman!"
Maka sabda  Nabi ﷺ,
"Apakah kamu punya kambing betina mandul yang belum dikawini oleh yang jantan?"
"Ada," jawab saya.
Kemudian saya bawa beliau kepada kambing itu yang kemudian diikat kakinya oleh Nabi. Beliau menyapu susunya sambil memohon kepada Allah.  Tiba-tiba susu kambing itu berair banyak. Kemudian Abu Bakar mengambil sebuah batu cembung yang digunakan nabi untuk menampung perahan susu. Kemudian Abu Bakar pun minumlah dan saya pun tidak tertinggal dan setelah itu Nabi memerintahkan kepada susu,
"Kempislah!" maka susu itu menjadi kempis.
Setelah itu saya berkata kepada nabi,
"Ajarkanlah kepadaku kata-kata tersebut."
Nabi ﷺ berujar, "Engkau akan menjadi seorang pemuda yang terpelajar."
Abdullah bin Mas'ud masuk Islam dan suaranya merdu sekali dalam membacakan ayat-ayat suci Al Qur'an. Apa yang dikatakan oleh Rasulullah ﷺ bahwa Abdullah bin Mas'ud akan menjadi seorang yang terpelajar benar-benar terjadi.
Sampai Rasulullah ﷺ berwasiyat kepada para sahabatnya,
"Berpegang teguhlah pada ilmu-ilmu Ibnu Ummi Abidin (Abdullah bin Mas'ud)”
Cinta Abdullah bin Mas'ud kepada Rasulullah ﷺ tidak pernah berkurang walau Rasulullah ﷺ telah wafat. Setiap kali ia berkhotbah dan menyebut nama beliau,
"Telah bersabda Rasulullah," tubuhnya bergetar begitu keras menahan kerinduan kepada Rasulullah.
Saat Abdullah bin Mas'ud ditampar oleh Abu Jahal hingga telinganya terluka karena berani membaca Al-Qur'an di depan Kabah, Jibril datang dan tersenyum. Rasulullah yang sangat prihatin pada nasib Abdullah bin Mas'ud bertanya mengapa Jibril tersenyum.
Jibril menjawab, "Engkau nanti akan tahu penyebabnya."
Ternyata di Perang Badar Abu Jahal yang sudah sekarat minta kepada Abdulah bin Mas'ud, agar Abdullah bin Mas'udlah yang memenggal kepalanya dengan pedang Abu Jahal sendiri.

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 35
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Rasulullah ﷺ kepada Keluarga Ammar
Keluarga Ammar bin Yasir adalah keluarga yang paling menderita ketika penyiksaan terhadap kaum muslimin datang bertubi-tubi. Setiap hari Ammar, Yasir ayahnya dan Sumayyah ibunya, diseret ke padang pasir dan diazab dengan berbagai azab dan siksaan. Kengerian akan siksaan itu tidak bisa terlukiskan. Namun keluarga Yasir tetap mempertahankan kehormatan imannya.
Setiap kali keluarga Yasir disiksa, Rasulullah ﷺ datang dan menghibur mereka.
Suatu ketika Ammar berkata, "Rasulullah, azab yang kami derita telah sampai di puncaknya."
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Sabarlah, wahai keluarga Yasir, tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga!"
Akhirnya, siksaan yang sangat kejam di luar batas kemanusiaan itu merengut nyawa Yasir dan istrinya Sumayyah. Akan halnya dengan Ammar, ia disiksa sedemikian rupa sampai ia tidak sadar lagi apa yang dikatakannya. Dalam keadaan itu ia mengucapkan pujaan terhadap berhala mengikuti ucapan para penyiksanya. Setelah sadar Ammar menangis mengungkapkan penyesalan tiada tara. Namun Rasulullah ﷺ datang dan bersabda,
"Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu?"
"Benar wahai Rasulullah," ratap Ammar penuh sengsara.
Maka Rasulullah ﷺ bersabda sambil tersenyum lembut,
"Jika mereka memaksamu lagi tidak apa. Ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi."
Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan ayat Al-Qur'an
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar
(Qur'an surat An-Nahl ayat 106)
"Kecuali orang yang dipaksa,  sedang hatinya tetap teguh dalam  keimanan..."
Suatu sore, Rasulullah ﷺ dengan wajah berseri-seri bersabda,
"Surga telah merindukan Ammar."
Begitu sayangnya Rasulullah kepada Ammar bin Yasir sampai beliau bersabda,
"Diri Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya!"
Ketika ada orang yang bertengkar dengan Ammar karena salah paham Rasulullah juga bersabda,
"Apa maksud mereka terhadap Ammar? Diserunya mereka ke surga tapi mereka hendak mengajaknya ke neraka! Sungguh Ammar adalah biji mataku sendiri!"

Cinta Rasulullah SAW kepada Ja'far bin Abi Thalib
Pemuda gagah tampan dan berwibawa. Ia adalah putra Abu Thalib dan kakak kandung dari Ali bin Abi Tholib yang lemah lembut, sopan santun penuh kasih sayang, rendah hati serta amat tinggi ketakwaannya. Namanya Ja'far, budi pekertinya menyerupai Rasulullah ﷺ.
Bersama istrinya Ja'far termasuk pemeluk Islam yang pertama yang menjadi juru bicara kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah. Raja Habasyah sangat menghormati dan menyayangi Ja'far. Ketika Ja'far kembali dari Habasyah, Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin telah berhijrah ke Madinah. Mereka telah melalui Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Khandaq.
Ja'far dan rombongannya tiba di Madinah bertepatan dengan kepulangan Rasulullah ﷺ dan pasukannya setelah menaklukkan benteng Yahudi di Khaibar.
Tidak terkira besarnya kegembiraan Rasulullah ﷺ melihat Ja'far. Dipeluknya Ja'far dengan mesra sampai bersabda,
"Aku tidak tahu mana yang lebih menggembirakanku,  dibebaskannya Khaibar atau kembalinya Ja'far.”

Ketika mendengar dari para sahabat tentang kaum muslimin yang telah gugur di Perang Badar, Perang Uhud dan yang lainnya, rasa rindu dan haru Ja'far begitu memenuhi dada.
Pelupuk matanya basah berlinang air mata mengenang para syuhada yang telah menepati janjinya kepada Allah Subhanahu Wata'ala dengan mengorbankan nyawa.
Kesempatan bagi Ja'far pun tiba ketika dia gugur di perang Mu'tah yang dahsyat melawan Romawi dengan kedua lengan terputus. Rasulullah ﷺ bersabda tentang Ja'far,
"Aku melihatnya di surga. .. kedua bahunya yang dipenuhi berkas ceceran darah kini dihiasi oleh tanda-tanda kehormatan."
Ja'far dipuji Allah karena sikap Islaminya pada zaman Jahiliyah. Ketika Rasulullah ﷺ bertanya tentang pujian Allah tersebut, Ja'far menjawab,
"Ya Rasulullah Jika Allah tidak menampakkannya kepadamu aku tidak akan memberitahumu. Aku tidak pernah meminum setegukpun khamer karena dapat menghilangkan akal, sedangkan aku lebih butuh mengembangkan akal ketimbang menghilangkannya. Aku tidak pernah menyembah berhala sama sekali karena tidak dapat memberikan bahaya dan manfaat. Aku tidak pernah berbuat jahat dengan wanita lain karena menghargai istriku. Aku tidak pernah berdusta karena aku menganggapnya sebagai kehinaan."

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 36
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Rasulullah ﷺ kepada Abbas bin Abdul Muthalib
Abbas bin Abdul Muthalib adalah paman Rasulullah ﷺ. Usia Abbas lebih tua dua tahun dari Rasulullah ﷺ. Mereka adalah kawan sepermainan sejak kecil yang saling menyayangi dan saling melindungi. Abbaslah  yang menemani Rasulullah ﷺ dalam suatu pertemuan yang rahasia dan menentukan dengan kaum muslimin Yatsrib di bukit Aqobah.
Ketika kaum muslimin hijrah ke Madinah, Abbas tetap tinggal dan menyembunyikan keislamannya. Dengan berbuat  seperti itu, Abbas dapat leluasa mengamati gerak-gerik pasukan Quraisy dan melaporkannya kepada Rasulullah ﷺ.
Dalam perang Badr, Abbas yang dipaksa Quraisy pergi berperang, tertangkap dan ditawan pasukan muslim. Malam itu Rasulullah ﷺ tidak dapat tidur karena beliau merasa begitu sedih. Ketika ditanya, Rasulullah ﷺ bersabda,
"Serasa terdengar olehku rintihan  Abbas dalam belenggunya...."
Mendengar hal itu salah seorang muslim pergi ke tempat tawanan dan balik melapor,
"Ya Rasulullah aku telah sedikit melonggarkan ikatan belenggu Abbas. Rasulullah ﷺ bersabda,
"Pergilah dan lakukanlah hal seperti itu pada semua tawanan."
Rasulullah ﷺ sangat menyayangi  Abbas  sehingga beliau bersabda,
"Abbas adalah saudara kandung Ayahku. Maka, barangsiapa yang menyakiti Abbas,  tidak ubahnya dia menyakitiku."

Ketika pasukan muslimin kocar-kacir karena diserang secara mendadak dalam perang Hunain, Abbaslah yang berseru,
"Wahai golongan Muhajirin! Wahai golongan Anshar!" Sehingga orang-orang yang melarikan diri itu berbalik sambil berseru,
"Labbaik, Labbaik! Kami segera datang! Ini kami segera datang!"
Ketika Abbas meninggal pada tahun ke-32 Hijriyah,ia dishalatkan oleh Khalifah Usman bin Affan. Belum pernah ada pemakaman yang dihadiri oleh orang sebanyak pemakaman Abbas bin Abdul Muthalib.
Suatu ketika pada musim kemarau kaum muslimin pergi ke lapangan terbuka untuk sholat lstisqa atau sholat minta hujan. Umar bin Khattab berdiri, memegang tangan kanan Abbas, dan diangkatnya tangan tersebut ke langit seraya berdoa,
"Ya Allah sesungguhnya kami pernah memohon hujan dengan perantaraan Nabi-Mu pada masa beliau masih berada di antara kami. Ya Allah sekarang kami meminta hujan pula dengan perantaraan paman Nabi-Mu."
Tiba-tiba, awan tebal datang dan hujan pun turun.

Cinta Rasulullah ﷺ kepada Abu Hurairah
Abu Hurairah termasuk sahabat yang telah memeluk Islam. Ia mengucapkan syahadat ketika Rasulullah ﷺ berada di Khaibar. Abu Hurairah sangat menyadari bahwa ia begitu ketinggalan dibandingkan dengan para  sahabat lainnya. Maka, masa empat tahun pun sangatlah berkah sejak ia masuk Islam sampai wafatnya Rasulullah ﷺ. Diisinya waktu penuh-penuh  dengan mengikuti Rasulullah ﷺ dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya sampai kemudian ia dikenal sebagai sahabat yang sangat banyak meriwayatkan hadits.
Saat baru memeluk Islam,  Abu Hurairah amat risau karena ibunya menolak masuk Islam. Suatu ketika ibunya itu mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan tentang Rasulullah ﷺ, maka Abu Hurairah menangis demikian sedih, lalu dia lari ke masjid Rasulullah. Kepada Rasulullah ﷺ. Abu Hurairah mengadu,
"Ya Rasulullah ibuku menolak masuk Islam dan ia marah sambil  mengeluarkan kata-kata yang tidak kusukai ditujukan terhadap diri anda. Karenanya mohon, anda doakan kepada Allah sekiranya ibuku ditunjukkan kepada Islam."
Maka Rasulullah ﷺ berdoa, "Ya Allah tunjukilah Ibu Abu Hurairah!"
Abu Hurairah berlari pulang dan mendapati pintu kamar ibunya terkunci dari dalam, sang Ibu berseru,
"Anakku tunggulah di tempatmu!"
Ketika sang Ibu keluar Abu Hurairah menangis haru karena ibunya telah berwudhu, mengenakan pakaian muslimah dan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Sambil mencucurkan air mata gembira Abu Hurairah menemui Rasulullah ﷺ, yang kemudian mendo'akan,
"Ya Allah mohon engkau jadikan hambamu ini beserta ibunya dikasihi oleh sekalian orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan."
Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
"Setiap kali seseorang berdo'a untuk saudaranya secara diam-diam, maka malaikat pun berkata, "Dan untukmu juga!"
(Dalam versi lain hadistnya berbunyi,
"Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan berkata, "Aku mulai dari dirimu, hamba-Ku!")
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, 

"Doa seseorang untuk saudaranya secara diam-diam tidak akan ditolak."

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 37
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Rasulullah ﷺ kepada Aburrahman bin Auf
Abdurrahman bin Auf telah menjadi muslim sejak Islam mulai menyingsing di Mekah. Ia sangat pandai berdagang.  Begitu pandainya sampai ia sendiri heran.
"Sungguh kau lihat diriku. Seandainya aku mengangkat batu niscaya aku temukan di bawahnya emas dan perak."
Namun semua kekayaan itu ia gunakan sepenuhnya untuk kepentingan Islam dan saudara-saudara muslimnya.  Ia persembahkan 500 unta dan 1.500 kuda tunggangan untuk pasukan Islam.  Ia juga pernah menjual tanah sebesar 40.000 dinar dan dibagikan semuanya untuk keluarga istri-istri Nabi dan kaum fakir miskin. Ketika mempunyai uang 50.000 dinar dibagikannya uang itu di jalan Allah dan para Mujahid Badar yang masih hidup masing-masing 400 dinar. Bahkan Utsman bin Affan yang kaya juga mengambil bagiannya dengan berkata,
"Harta Abdurrahman bin Auf halal lagi bersih. Memakan harta itu  membawa selamat dan berkah."
Begitu luas pemberian Abdurrahman bin Auf sehingga orang berkata,
"Seluruh penduduk Madinah ikut menjadi pemilik harta Abdurrahman bin Auf. Sepertiga dipinjamkannya pada mereka, sepertiga lagi dipergunakan untuk membayar utang-utang mereka, dan sepertiga lagi diberikan dan dibagi-bagikan kepada mereka."
Suatu ketika saat menghadiri sebuah jamuan, Abdurrahman bin Auf tiba-tiba menangis. Ketika ditanya mengapa, ia menjawab,
"Rasulullah ﷺ telah wafat dan tidak pernah beliau berikut ahli rumahnya sampai kenyang makan roti gandum. Apa harapan kita apabila dipanjangkan usia tetapi tidak menambah kebaikan?"
Rasulullah ﷺ pernah berkata kepadanya sambil tersenyum sayang,
"Abdurrahman bin Auf dalam surga."
Pada musim kemarau Abdurrahman bin Auf tiba di Madinah dengan 700 pegawainya membawa biji gandum, minyak, kurma, dan pakaian. Para saudagar ingin membeli dengan harga sampai 4 kali lipat. Namun Abdurrahman bin Auf berkata,
"Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menambah keimanan kepadaku di atas 700 kali lipat. Aku bersaksi di hadapan Allah dan malaikatnya bahwa barang-barang ini aku infaqkan di jalan Allah, tanpa mengharapkan pemasukan laba  sedirham pun."
Kemudian para pedagang kaya itu bubar, sementara orang-orang miskin berdatangan.
Cinta Rasulullah ﷺ kepada Usamah bin Zaid
Khalifah Umar bin Khattab membagikan uang negara kepada kaum muslimin. Ia memberi Usamah bin Zaid dua kali lipat daripada putranya sendiri,  Abdullah bin Umar. Abdullah mengetahui bahwa ayahnya memberikan besarnya uang sesuai dengan jasa setiap orang. Karena itu ia khawatir jasanya untuk Islam masih terlalu kecil sehingga ia bertanya kepada ayahnya,
"Kenapa ayahanda lebih mengutamakan Usamah dari Ananda? Padahal Ananda mengikuti Rasulullah dalam peperangan yang tidak diikutinya?"
Umar menjawab,
"Usamah lebih dicintai Rasulullah ﷺ daripada kamu, sebagaimana ayahnya lebih dicintai dari ayahmu."
Usamah adalah putra Zaid bin Harits yang amat disayangi Rasulullah ﷺ. Setelah ayahnya Zaid bin Haritsah gugur di perang  Mu'tah, Rasulullah ﷺ mengangkat Usamah yang saat itu belum lagi berusia 20 tahun sebagai panglima pasukan yang akan berangkat melawan Romawi.
Padahal pasukan itu diikuti oleh para sahabat besar yang jauh lebih tua dan berpengalaman. Para sahabat mempertanyakan kebijakan Rasulullah ini, maka Rasulullah ﷺ bersabda,
"Sebagian orang  mengecam pengangkatan Usamah bin Zaid sebagai panglima. Sebelum ini mereka juga telah mengecam pengangkatan ayahnya walau ayahnya itu layak untuk menjadi panglima."
"Usamah pun layak untuk jabatan itu. Ia adalah yang paling saya kasihi setelah ayahnya. Saya berharap kiranya ia termasuk salah seorang yang utama di antara kalian. Maka bantulah ia dengan memberikan nasehat yang baik."
Usamah berangkat bersama pasukannya sesaat setelah Rasulullah ﷺ wafat. Heraklius Kaisar Romawi sangat heran karena kematian Rasulullah ﷺ tidak mempengaruhi semangat tempur pasukan Usamah.
Dengan kecut dia menarik pasukan Romawi sehingga kaum muslimin berkata,
"Tidak pernah kita lihat pasukan yang lebih aman dari pasukan Usamah."
Cara paling manjur untuk menarik kasih sayang sesama muslim adalah dengan memuji sifat baik saudara kita tanpa berlebihan.  Pujilah keluarganya, keahliannya, kecerdasannya, penampilannya, dan lainnya.
Umar berkata,
"Ada tiga cara untuk menunjukkan cinta persaudaraan yang tulus:
ucapkan salam ketika berjumpa, bahagiakan saudaramu, dan panggilan dengan nama-nama kesukaannya."

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 38
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Rasulullah ﷺ kepada Abdullah bin Rawahah
Abdullah bin Rawahah adalah seorang penyair. Ketika sedang duduk bersama para sahabatnya,  tiba-tiba Rasulullah ﷺ bertanya kepada Abdullah bin Rawahah,
"Apa yang anda lakukan apabila hendak mengucapkan syair?"
Abdullah menjawab,
"Kurenungkan dulu,  kemudian baru kuucapkan."
Setelah itu, Abdullah bin Rawahah mengucapkan syair tentang Rasulullah ﷺ.
"Wahai putra Hasyim yang baik,  sungguh Allah telah melebihkanmu dari seluruh manusia.
Allah memberimu keutamaan begitu rupa sampai orang tidak merasa iri.
Aku mempunyai perasaan baik dan keyakinan yang dalam kepadamu.
Walau perasaan dan keyakinanku terhadapmu itu berlawanan dengan kebanyakan orang.
Orang orang seperti itu tidak hendak menolong atau menjawab kesulitan anda.
Karena itu,  Allah mengukuhkan  kebaikan dan ajaran yang anda bawa.
Sebagaimana ia telah mengukuhkan dan memberi pertolongan kepada Musa."
Rasulullah ﷺ gembira dan ridha mendengar syair indah itu sehingga beliau bersabda kepada Abdullah bin Rawahah,
"Dan engkau pun akan diteguhkan Allah."
Doa Rasulullah ﷺ,
"Dan engkau pun akan diteguhkan oleh Allah...",
terjadi pada saat Perang Mu'tah. Ketika dua Panglima sebelumnya, yaitu Zaid bin Haritsah dan Ja'far bin Abi Thalib gugur, Abdullah bin Rawahahlah yang menggantikan mereka.
Sejenak dia ragu. Namun Allah meneguhkan hatinya dan ia maju terus, dan sampai akhirnya ikut syahid juga.
Pada saat yang bersamaan di Madinah, Rasulullah ﷺ menceritakan gugurnya ketiga panglima itu dengan mata berkaca-kaca. Beliaupun  bersabda,
"Mereka bertiga diangkat ke tempatku di surga."
Rasulullah ﷺ sangat mengutamakan pentingnya akhlak yang baik dalam bersaudara. Beliau bersabda,
"Engkau tidak akan bisa memikat hati manusia dengan harta kekayaanmu. Tapi yang dapat memikat hati mereka adalah wajah ceria dan akhlak terpuji."

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 39
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Abu Sufyan kepada Rasulullah SAW
Abu Sufyan Haris bin Abdul Muthalib adalah sepupu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Mungkin kita belum mengetahui bahwa Abu Sufyan juga saudara sesusuan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam karena ia juga disusui Halimah as-Sa'diyah.
Selama 20 tahun dihabiskannya waktu untuk menentang Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sekeras-kerasnya. Padahal dalam Perang Badar, ia sempat tertegun  melihat kekuasaan Allah ketika pasukan Quraisy yang dipimpinnya diserang para malaikat yang berwujud pasukan berkuda berjubah putih yang menyerbu di antara langit dan bumi. Ketika memeluk Islam, ia mengucapkan syahadat dan berkata, "Tidak ada dendam dan tidak ada penyesalan, Ya Rasulullah."
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab, "Tidak ada dendam dan tidak ada penyesalan lagi, ya Abu Sufyan."
Setelah itu, beliau bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, "Ajarkan saudara sepupumu ini cara berwudhu dan sholat sunnah kemudian bawa lagi ke sini."
Setelah Abu Sufyan bin Harist bin Abdul Muthalib kembali, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda kepadanya, "Hendaknya engkau menggunakan sisa hidupmu dengan penuh berkah."
Abu Sufyan menjalankan pesan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam itu sebaik-baiknya. Mulai detik itu, dihabiskannya seluruh hidupnya untuk beribadah dan  berjihad. Dialah yang tetap berdiri memegang tali kekang kendaraan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika pasukan muslim berlari mundur di perang Hunain. Dialah yang menciumi kaki Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan membasahinya dengan air mata haru ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menyebutnya  "Oh saudaraku, Abu Sufyan bin  Harits."
Sepeninggal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, hati Abu Sufyan
dipenuhi rindu yang sangat untuk bertemu lagi dengan beliau di kampung akhirat. Orang-orang pun keheranan melihatnya menggali sebuah kuburan di Al Baqi. Ketika ditanya kuburan untuk siapa, Abu Sufyan menjawab, "Aku sedang menyiapkan kuburanku."
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Jika seseorang berhenti bertengkar ketika dia berada di pihak yang salah, akan dibangunkan baginya sebuah rumah di surga Firdaus. Jika seseorang berhenti bertengkar sekalipun dia berada di pihak yang benar, akan dibangunkan juga baginya sebuah rumah di tempat paling mulia dalam surga."

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 40
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

*Cinta Amr bin Jamuh kepada Rasulullah ﷺ *
Ketika putranya, Muadz, memeluk Islam, Amir bin Jamuh masih menyembah berhala kesayangannya yang bernama Manat. Setelah secara diam-diam putranya berkali-kali membuang Manat ke dalam lubang berlumpur tanpa berhala itu bisa membela dirinya sendiri, terbukalah hati Amr bin Jamuh untuk memeluk Islam.
Rasulullah ﷺ sangat sayang kepadanya karena Amr bin Jamuh sangat dermawan sehingga ketika ia mendengar bani Salamah, suku dari Amir bin Jamuh, dipimpin oleh Al Jaddu  yang kikir, Rasulullah ﷺ bersabda,
"Apalagi penyakit yang lebih parah dari kikir? Kalau begitu kuangkat sebagai pemimpin bani Salamah, si putih keriting, Amr bin Jamuh."
Kecintaan Rasulullah ini dibalas oleh Amir bin Jamuh dengan semangat jihad yang luar biasa. Di Perang Uhud Rasulullah ﷺ tidak mewajibkannya ikut karena ia pincang, tetapi Amr bin Jamuh  terus mendesak beliau,
"Ya Rasulullah, putra-putraku bermaksud hendak menghalangiku bertempur bersama anda. Demi Allah aku amat berharap kiranya dengan kepincanganku ini aku dapat merebut surga."
Dengan penuh haru dan kagum Rosulullah ﷺ mengijinkannya ikut. Maka majulah Amr bin Jamuh bersama 4 orang putranya di medan Perang Uhud. Saat bertempur ia menengok ke sana kemari mengharapkan kedatangan malaikat maut untuk menjemputnya.  Akhirnya cita-citanya terkabul. Amir bin Jamuh gugur sebagai Syuhada.
Rasulullah ﷺ yang sangat menghargai persahabatan dan kasih sayang memberikan perintah,
"Perhatikan, makamkan jenazah Abdullah bin Amr bin  Haram dan Amr bin Jamuh di lubang yang sama karena selagi hidup mereka adalah dua sahabat yang saling setia dan saling menyayangi.”
Empat puluh enam tahun kemudian terjadilah banjir di pemakaman mereka. Jabir bin Abdullah bin Amr bin Haram menggali kuburan ayahnya untuk dipindahkan. Ternyata tubuh ayahnya dan Amir bin Jamuh tidak hancur dimakan tanah. Mereka tampak seolah tidur dan tersenyum bangga dengan kesyahidan mereka.
Menurut riwayat dari Abu Umamah al-Bahili, Rasulullah ﷺ pergi keluar menuju ke arah kami ketika kami sedang bertengkar. Beliau marah dan berkata,
"Hentikanlah perselisihan karena tidak banyak kebaikan di dalamnya. Hentikan perselisihan karena tidak banyak manfaatnya dan hanya menyulut permusuhan di antara sesama saudara."

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 41
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Abdullah bin Umar kepada Rasulullah ﷺ
Abdullah bin Umar bin Khattab telah memeluk Islam sejak berusia 13 tahun. Di Perang Badar, ia mendaftarkan diri sebagai prajurit untuk mendampingi ayahnya, tetapi ditolak Rasulullah ﷺ karena usianya masih sangat muda.
Suatu hari Abdullah bermimpi di tangannya ada sehelai beludru yang dapat membawanya ke bagian surga mana pun dia mau. Tiba-tiba datang dua orang yang membawanya ke neraka. Namun seorang malaikat menghadang mereka dan berkata,
"Jangan ganggu!"
Bunda Hafsah menceritakan mimpi saudara kandungnya itu kepada Rasulullah ﷺ.  Maka beliau bersabda,
"Akan menjadi laki-laki paling utamalah Abdullah itu andai ia sering shalat malam."
Maka sejak itu, sampai dipanggil pulang ke hadirat Allah, Abdullah bin Umar tidak pernah meninggalkan salat malam, baik saat di rumah mau pun dalam perjalanan. Seperti ayahnya, Abdullah bin Umar banyak sekali menangis apabila mendengar peringatan dari ayat-ayat Al Quran.
Abdullah bin Umar mencintai Rasulullah ﷺ sebegitu rupa sehingga ia menunjukkan cintanya  itu dengan cara yang luar biasa. Ia  meniru dengan cermat apa pun yang pernah dilakukan Rasulullah ﷺ. Apabila Rasulullah ﷺ shalat di suatu tempat, Abdullah bin Umar pun akan sholat di tempat itu. Apabila Rasulullah ﷺ pernah berdoa sambil berdiri, Abdullah pun berdoa di tempat itu sambil berdiri.
Bahkan ketika ia ingat bahwa unta tunggangan Rasulullah ﷺ pernah  berputar dua kali di suatu tempat di Mekkah sebelum Rasulullah turun untuk melakukan sholat dua rokaat, Abdullah bin Umar pun membawa untanya berputar dua kali kemudian barulah ia bersimpuh dan sholat dua rokaat.
Abdullah bin Umar menuturkan bahwa seorang sahabat rasul pernah diberi kepala kambing. Sahabat itu berkata,
"Saudaraku si Fulan lebih membutuhkannya dibanding diriku.”
Kepala kambing itu dikirimkan,  tetapi orang yang menerima mengirimkannya kepada saudara yang lain.  Begitu seterusnya sampai akhirnya kepala kambing itu kembali lagi kepada orang pertama setelah berpindah sebanyak 7 Kali.

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 42
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Rasulullah ﷺ kepada Muadz bin Jabal
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Umatku yang paling tahu halal dan haram adalah Mu'adz bin Jabal."
Ketinggian ilmu inilah yang membuat Rasulullah ﷺ sayang kepadanya dan mengutus Muadz untuk menjadi Hakim di Yaman. Sebelum berangkat, Rasulullah bertanya,
"Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu, hai Muadz?"
 "Kitabullah."
"Bagaimana jika kamu tidak jumpai di dalam kitabullah," tanya Rasulullah ﷺ.
"Nanti saya putuskan dengan Sunah Rasul."
"Jika tidak kau jumpai dalam sunnahku," kembali Rasulullah ﷺ bertanya.
"Saya pergunakan pikiranku untuk berijtihad dan saya tidak akan berlaku sia-sia."
Maka berseri-serilah wajah Rasulullah ﷺ. Kemudian beliau bersabda,
"Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufik kepada utusan Rasulullah."
Suatu pagi Rasulullah ﷺ bertanya,
"Bagaimana keadaanmu pagi hari ini, hai Muadz?"
"Pagi hari ini, aku benar-benar telah beriman, Ya Rasulullah."
"Setiap kebenaran ada hakikatnya,  maka apakah hakikat keimananmu?" tanya Rasulullah ﷺ lagi.
"Setiap berada pada pagi hari, aku menyangka tidak akan menemui lagi waktu sore. Setiap berada pada waktu sore aku menyangka tidak akan mencapai waktu pagi. Tiada satu langkah pun aku berjalan,  kecuali aku menyangka tidak akan diiringi langkah lainnya. Seolah aku saksikan setiap umat jatuh berlutut ketika melihat buku catatannya. Seolah kusaksikan penduduk surga menikmati kesenangannya dan penduduk neraka menderita."
Sabda Rasulullah ﷺ,
"Maka pegang teguhlah, jangan lepaskan!"
Salah satu tanda saling mencintai karena Allah adalah mengutamakan kepentingan orang lain dibandingkan dirinya.
Diriwayatkan bahwa Masruq dalam keadaan sulit karena harus membayar hutang,  dan saudaranya, Khaitsamah juga mempunyai utang. Maka pergilah Masruq dengan maksud hendak membayarkan hutang Khaitsamah, padahal Masruq tidak mengetahui pada saat yang sama Khaitsamah juga pergi untuk membayarkan utang Masruq sedangkan Masruq tidak mengetahuinya.

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 43
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Umair bin Wahab kepada Rasulullah ﷺ
Penduduk Mekah menjuluki Umair bin Wahab sebagai Jagoan Quraisy.
Setelah Perang Badar Umair membuat kesepakatan rahasia dengan Shafwan bin Umayyah untuk membunuh Rasulullah ﷺ. Maka Umair mengasah pedang dan memberinya racun. Setelah itu ia pergi ke Madinah.
Tiba di Madinah ia langsung menghadap Rasulullah ﷺ dengan pedang terhunus yang dipanggul dibahunya.
Umar bin Khattab murka dan ingin membunuhnya, tetapi Rasulullah ﷺ mencegahnya, lalu beliau berkata,
"Wahai Umair mendekatlah!"
Umair mengucapkan salam jahiliyah,
"Selamat pagi."
Rasulullah ﷺ menjawab,
"Sesungguhnya Allah telah memuliakan kami dengan suatu ucapan kehormatan yang lebih baik dari ucapanmu, Umair! yaitu ucapan para ahli surga. Apa maksud kedatanganmu Umair?"
"Aku ingin menebus anakku yang tertawan di Badar."
"Lalu mengapa engkau menyandang pedangmu? berterusteranglah Umair. Apa maksud kedatanganmu sebenarnya?"
tanya Rasulullah ﷺ lagi.
"Tidak ada maksud lain kecuali yang tadi kukatakan."
Maka Rasulullah ﷺ bersabda,
"Bukankah kamu telah duduk bersama Shafwan bin Umayyah dan tamu berkata, "Kalau bukan karena hutang dan keluargaku niscaya aku akan pergi membunuh Muhammad." Kemudian sofwan menjamin membayarkan hutangmu dan menanggung keluargamu asal kamu membunuhku. Ternyata Allah telah menghalangi maksudmu itu!"
Umair terpana. Ia tidak menyangka Rasulullah ﷺ mengetahui isi  rencana rahasianya.
Maka sejak itulah Umair menjadi muslim ta'at yang begitu mencintai Allah dan Rasul-Nya. Sampai-sampai Umar bin Khattab berkata,
"Demi Allah, ketika Umair muncul,  aku lebih suka melihat seekor babi. Namun sekarang aku lebih suka kepadanya daripada sebagian anakku."
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Berhati-hatilah terhadap kecurigaan, sebab kecurigaan itu adalah berita yang paling tidak benar dan kecurigaan itu mengarah pada tindakan mengintai dan memata-matai."
Selanjutnya beliau bersabda,
"Jangan memata-matai dan jangan mengintai. Jangan putuskan silaturahim dan jangan bertengkar, tetapi beribadahlah kepada Allah sebagai saudara."
*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 44
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Tsabit bin Qais kepada Rasulullah ﷺ
Sewaktu turun ayat
وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
"Sesungguhnya, Allah tidak suka kepada setiap orang yang congkak dan sombong." ,
(Quran surat Luqman Ayat 18),
Tsabit bin Qais menutup pintu rumahnya dan duduk menangis begitu lama.
Rasulullah ﷺ mendengar hal itu. Kemudian, beliau memanggil  Tsabit dan menanyainya.
Tsabit menjawab,
"Ya Rasulullah, aku senang kepada pakaian yang indah dan alas kaki yang bagus. Sungguh aku takut dengan ini akan menjadi orang congkak dan sombong."
Rasulullah ﷺ tersenyum,
"Engkau tidak termasuk ke dalam golongan mereka itu, bahkan engkau hidup dalam kebaikan dan mati dengan kebaikan. Engkau akan masuk surga."
Namun ketika turun ayat,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لا تَشْعُرُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian angkat suara melebihi suara Nabi ....,dan jangan kalian berkata kepada nabi dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara kalian terhadap sebagian yang lainnya. Karena dengan demikian amalan kalian akan gugur dan kalian tidak menyadarinya."
(Qur'an surat Al-Hujurat ayat 2)
Tsabit kembali menutup pintu rumahnya dan kembali menangis.
Rasulullah ﷺ mencari dan kembali menanyainya.
Jawab Tsabit,
"Sesungguhnya, aku ini seorang manusia yang keras suara dan sesungguhnya aku pernah meninggikan suaraku dari suaramu, wahai Rasulullah. Tentulah amalanku gugur dan aku akan masuk neraka."
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
"Engkau tidaklah termasuk salah seorang dari mereka bahkan engkau hidup terpuji dan nanti akan berperang sampai  syahid sehingga Allah akan memasukkanmu ke dalam surga."
Setelah Rasulullah ﷺ wafat,  kaum Muslimin memerangi nabi palsu. Ketika semangat pasukan melemah, Tsabit dan Salim memakai kain kafan dan mengubur kaki mereka ke tanah, lalu bertahan sampai syahid. Melihat hal itu pasukan muslimin bangkit dan menang!

 Rasulullah dan Hudzaifah.
Suatu ketika Rasulullah  ﷺ pergi ke sumur untuk bersuci. Hudzaifah menabiri Rasulullah dengan kain. Kemudian berganti Rasulullah menabiri Hudzaifah.
"Semoga ayah dan ibuku menjadi tebusanmu! Ya Rasulullah jangan lakukan itu!"
Namun Rasulullah menjawab,
"Setiap kali dua orang bersama-sama, yang lebih disukai Allah adalah dia yang berlaku baik kepada sahabatnya."
*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 46
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Zubair bin Awwam kepada Rasulullah ﷺ
Ketika memeluk Islam, Zubair bin Awwam masih berusia muda 12 tahun. Walau ia masih remaja dan merupakan putra bangsawan terpandang, Zubair tidak luput dari penyiksaan orang-orang Quraisy.  Ia disekap dalam sebuah kurungan yang kemudian dipenuhi asap yang membuat paru-parunya terasa meledak.
"Tolaklah olehmu Tuhan Muhammad itu, nanti ku lepaskan kamu dari siksa ini."
Namun tantangan itu dijawab Zubair,
"Tidak demi Allah aku tidak akan kembali kepada kekafiran buat selamanya!"

Zubair tumbuh menjadi Mujahid yang tangguh,  kecintaan Rasulullah ﷺ terhadap Zubair begitu dalam dan beliau sangat membanggakannya.
Beliau bersabda,
"Setiap Nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair bin awwam."
Zubair termasuk keluarga Rasulullah ﷺ karena ia adalah suami dari Asma bin Abu Bakar, saudara kandung Aisyah.
Zubair yang pandai berdagang dan pemurah membelanjakan semua hoartanya di jalan Allah. Hasan bin
Tsabit melukiskan Zubair bin Awwam dalam syairnya yang indah.
"Ia berdiri teguh menepati janjinya kepada Nabi dan mengikuti petunjuknya. Menjadi pembelanya, sementara perbuatan sesuai dengan perkataannya. Ditempuhnya jalan yang telah digunakannya, tidak mau menyimpang. Bertindak sebagai pembela kebenaran karena itulah jalan yang paling baik."
Zubair yang merindukan untuk mati syahid, akhirnya menemui cita-citanya. Ia ditusuk oleh seorang bodoh saat sedang sholat menghadap Allah.
Ali bin Abi Tholib mencium pedang Zubair sambil berkata,
"Demi Allah pedang ini sudah banyak berjasa. Digunakan oleh pemiliknya untuk melindungi Rasulullah dari marabahaya."

 Jika Mencintai Saudara
Suatu ketika Abdullah bin Umar melihat-lihat ke kanan dan kekiri di hadapan Rasulullah ﷺ. Ketika ditanya Rasulullah,  Abdullah menjawab,
"Ada seseorang yang kucintai dan aku sedang mencari-carinya, tapi aku tidak melihatnya."
Rasulullah ﷺ m bersabda,
"Jika engkau mencintai seseorang, tanyakan namanya, nama ayahnya, dan tempat tinggalnya. Maka jika dia sakit, kunjungi dia, dan jika sibuk bantulah dia."

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 47
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Thalhah bin Ubaidillah kepada Rasulullah ﷺ
Suatu hari Rasulullah ﷺ menatap wajah para sahabatnya, beliau tersenyum lalu bersabda,
"Siapa yang suka melihat seorang laki-laki yang masih berjalan di muka bumi, padahal ia telah memberikan nyawanya, maka hendaklah ia melihat Thalhah...!"
Tidak ada kegembiraan yang diharapkan para sahabat Rasulullah ﷺ selain kata-kata ini. Karena itu tidak heran jika hati Thalhah bin Ubaidillah sangat tenteram menjalani hidup sampai akhir hayatnya karena ia termasuk orang yang di gembirakan Rasulullah ﷺ dengan surga.
Kekuatan Iman Thalhah terlihat dalam Perang Uhud ketika pasukan muslim dihantam habis-habisan oleh Quraisy.
Thalhah menoleh dan ia terkejut melihat Rasulullah ﷺ menjadi sasaran empuk serangan bergelombang pasukan musuh.  Dari jauh,  dilihatnya Rasulullah ﷺ bercucuran darah dari pipi terlihat beliau menderita kesakitan yang amat sangat.
Thalhah marah dan ia naik pitam. Dengan mengambil jalan pintas ia melompat ke tempat Rasulullah ﷺ berada.
Di situ ia melihat hal yang paling ditakutinya: pedang-pedang Quraisy yang menyambar-nyambar ke arah Rasulullah ﷺ.
Maka, Thalhah berdiri bagai sepasukan tentara dan menghalau setiap serangan yang datang tanpa memperdulikan dirinya lagi.
Jika orang menyebut Perang Uhud,  Abu Bakar selalu berkata,
"Itu adalah harinya Thalhah. Aku adalah orang yang mula-mula mendapatkan Rasulullah ﷺ.
Y6ang pertama dikatakan Rasulullah ﷺ kepadaku dan Abu Ubaidillah bin Jarrah adalah,
"Tolonglah saudaramu, Thalhah!" Kamipun  menengok Thalhah dan mendapati ada lebih dari 70 luka tusukan  tombak,  sabetan pedang,  dan tancapan panah,  ditambah satu anak jarinya putus. Maka kami segera merawatnya dengan baik."
 Orang Mukmin dan Orang Munafik
Orang mukmin yang mulia selalu menampakkan dalam dirinya sifat-sifat baik yang ada pada saudaranya agar kalbunya bisa menjadi sumber kemuliaan, kasih sayang dan kehormatan.
Akan halnya orang munafik yang berakhlak buruk, dia senantiasa memperhatikan berbagai kesalahan dan kekeliruan orang lain.
*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 48
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Hudzaifah bin Yaman kepada Rasulullah ﷺ
Hudzaifah bin Yaman adalah hseorang sahabat Rasulullah ﷺ yang terus-menerus mempelajari orang-orang jahat yang munafik.
Ilmunya itu ia terima langsung dari Rasulullah ﷺ.
Hudzaifah berkata,
"Orang-orang menanyakan kepada Rasulullah ﷺ tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan kepada beliau tentang kejahatan karena takut terlibat didalamnya."
Hudzaifah pernah bertanya,
"Wahai Rasulullah dulu kita berada dalam kejahiliyahan dan diliputi kejahatan, lalu  Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini, apakah di balik kebaikan ini ada kejahatan?"
"Ada." jawab Rasulullah ﷺ.
"Kemudian apakah setelah kejahatan masih ada kebaikan?"
"Memang, tetapi kabur dan penuh bahaya," sabda Rasulullah ﷺ lagi.
"Apa bahaya itu ya Rasulullah?"
"Yaitu segolongan umat mengikuti sunnah yang bukan sunnahku dan mengikuti petunjuk yang bukan petunjukku. Kenalilah mereka olehmu dan laranglah!"
"Kemudian setelah kebaikan tersebut, masihkah ada lagi kejahatan?"
"Masih," jawab Rasulullah ﷺ, "Yakni para tukang seru di pintu neraka. Barangsiapa menyambut seruan mereka, akan mereka lemparkan ke dalam neraka!"
Hudzaifah pun menjadi seorang ahli, yang mampu membaca tabiat dan air muka seseorang. Walau hanya sekilas melihat wajah seseorang , ia dapat menyelidiki rahasia-rahasia yang tersembunyi di dalam hatinya.
Ada suatu peristiwa yang membuat Rasulullah ﷺ sangat menyayangi Hudzaifah dalam Perang Uhud yang kacau, ayah Hudzaifah terbunuh tanpa sengaja oleh seorang muslimah. Namun Hudzaifah memaafkannya, bahkan uang diyat yang dibayarkan kepadanya dibagi-bagi banyak untuk kaum muslimin.

 Alasan yang Dibuat-buat
Suatu hari, Rasulullah ﷺ memergoki seseorang yang sedang mencela orang lain, padahal kemarin iya memuji orang yang dicelanya itu. Ketika ditanya orang itu mengemukakan alasan yang dibuat-buat.
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Alasan yang dibuat-buat itu sama dengan sihir."
Pada saat lain Rasulullah ﷺ bersabda,
"Mencaci-maki dan berdalih adalah cabang kembar kemunafikan."

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 49
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Saad bin Muadz kepada Rasulullah ﷺ
Kecintaan Sa'ad bin Muadz kepada Rasulullah ﷺ tidak terkira besarnya dalam Perang Khandaq, sebatang panah menembus urat nadi ditangannya. Ketika ia dirawat, Saad bin Muadz yang begitu besar  sayangnya kepada Rasulullah ﷺ berdoa,
"Ya Allah jika dari peperangan dengan Quraisy ini masih ada peperangan lain yang Engkau sisakan, maka panjangkanlah umurku untuk menghadapinya karena tidak ada golongan yang ingin kuhadapi selain kaum yang telah menganiaya, mendustakan, dan mengusir Rasul-Mu.
Dan seandainya Engkau telah mengakhiri perang di antara kami dengan mereka,  jadikan kiranya musibah yang telah menimpa diriku sekarang ini sebagai jalan untuk menemui Syahid."
Doa Saad bin Muadz terkabul. Setelah Perang Khandaq tidak ada lagi pertempuran dengan Quraisy karena tidak lama setelah itu, Mekah takluk dengan damai.
Maka, luka yang diderita Saad semakin lama semakin parah. Rasulullah ﷺ datang dan melihat sahabat yang sangat mencintainya itu sedang menghadapi maut. Maka beliau pun meraih kepala Saad bin Muadz dan menaruhnya di pangkuan beliau sambil berdoa,
"Ya Allah Saad telah berjihad di jalan-Mu. la telah membenarkan Rasul-Mu dan telah memenuhi kewajibannya. Maka, terimalah rohnya dengan sebaik-baiknya cara Engkau menerima roh."
Doa itu menentramkan roh Saad. Dengan susah payah dibukanya mata dan berharap kiranya wajah Rasulullah ﷺ yang terakhir kalinya dilihat selagi hidup ini. Harapan itu terkabul. Ditatapnya wajah Rasulullah ﷺ penuh kasih lalu diucapkannya salam terakhir,
"Salam atasmu, wahai Rasulullah!  Ketahuilah bahwa aku bersaksi bahwa Anda adalah Rasul utusan Allah."
Dengan air mata berlinang Rasulullah ﷺ membalas,
"Kebahagiaan bagimu wahai Abu Amr."

 Mengunjungi Saudara
Rasulullah ﷺ mengajarkan agar kita mengunjungi sesama muslim. Dalam hadis riwayat Muslim,  Rasulullah ﷺ bersabda,
"Ada seorang laki-laki yang hendak mencari saudaranya di sebuah desa. Allah mengutus malaikat untuk mengikutinya, kemudian malaikat bertanya, "Akan pergi ke manakah engkau?" "Aku ingin menemui saudaraku di desa ini." jawab orang itu.
Malaikat bertanya lagi,
"Apakah engkau mengharapkan pemberiannya ?"
Orang itu menjawab,
"Tidak, aku hanya mencintainya karena Allah."
*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 50
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Cinta Habib bin Zaid kepada Rasulullah ﷺ
Ketika Rasulullah ﷺ masih hidup ada seseorang bernama Musailamah yang mengaku-ngaku sebagai nabi. Maka ia menulis surat kepada Rasulullah ﷺ,
"Dari Musailamah Rasulullah kepada Muhammad Rasulullah, ketahuilah bahwa saya telah diangkat sebagai rekan anda. Maka kita bagi dua bumi ini, separuh untuk anda dan separuh untuk saya."
Maka Rasulullah ﷺ mengutus Habib bin Said untuk menyampaikan surat balasan.
Alangkah bangganya Habib karena pilihan Rasulullah ﷺ jatuh kepadanya. Musailamah membaca surat Rasulullah ﷺ yang berbunyi,
"Bismillahirrohmanirrohim dari Muhammad Rasulullah kepada Musailamah si pembohong. Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk. Ketahuilah, bahwa bumi ini adalah milik Allah, diwariskan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya,  sedang kemenangan akan berada di pihak orang-orang yang Taqwa."
Musailamah pun murka. Ia memerintahkan agar Habib disiksa habis-habisan. Setelah itu dikumpulkannya seluruh rakyatnya. Di hadapan mereka, Musailamah yang kejam itu bertanya kepada Habib yang tubuhnya penuh dengan siksaan,
"Apakah kamu mengakui bahwa Muhammad itu utusan Allah?"
"Benar," jawab Habib mantap, "Saya mengakui bahwa Muhammad itu utusan Allah."
"Dan kamu mengakuiku sebagai utusan Allah?"
"Tidak pernah saya mendengar hal seperti itu!" jawab Habib tenang.
Dengan wajah memerah Musailamah memerintah algojo agar menusuk Habib dan memotong-motong tubuhnya.
Selama siksaan itu sampai ajalnya, Habib bin Zaid mengulang-ulang Senandung suci
"Lailahaillallah muhammadarrasulullah, ..."
Atas izin Allah, kelak Nusaibah binti Ka'ab, ibunda Habib memenuhi janjinya untuk membunuh Musailamah bersama para Mujahid lain dalam perang Yamamah.

 Cermin Bagi yang Lain
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Orang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lainnya."
Maksud hadits ini adalah agar seorang mukmin mengetahui kekurangan dirinya sendiri dari kekurangan yang ada pada diri saudaranya. Hal ini lebih manjur daripada bercermin pada diri sendiri.

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 51
Saya ganti dengan judul baru, menjadi
Kisah Rasulullah ﷺ bercerita
Bagian 1
Dan sekarang bagian 2
Kemudian ketiga hewan pemberian itu melahirkan dan dalam waktu yang tidak beberapa lama Unta, sapi, dan kambing itu telah memenuhi padang gembala. Hal itu berkat doa malaikat dan berkat kesabaran ketiga orang yahudi itu kepada Allah saat mereka tengah menderita.
Kemudian kini Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى ingin menguji rasa syukur ketiganya saat mereka telah dilimpahkan dengan karunia.
Malaikat pun diutus lagi tetapi kali ini ia menyamar menjadi penderita kusta. Kepada si pemilik unta, malaikat menghiba,
"Aku adalah musafir malang yang kehabisan bekal perjalanan, atas nama dzat yang telah memberimu kulit indah dan harta berupa unta, aku mohon diberi sedikit bekal untuk meneruskan perjalanan."
"Tidak, permintaanmu terlalu banyak!" tolak pemilik unta.
"Bukankah dulu engkau penderita kusta yang fakir dan dikucilkan orang, lalu Allah menolong dan menganugerahimu?" tanya malaikat.
"Aku adalah orang berharta dan aku mewarisi harta ini dari orang kaya pula!" bantah si pemilik unta  sambil membusungkan dada.
Malaikatpun akhirnya berkata,
"Seandainya engkau berdusta, Allah akan mengembalikanmu seperti dahulu!"
Setelah itu, malaikat menyamar menjadi lelaki botak dan mendatangi si pemilik sapi,
"Berilah aku bekal perjalanan atas nama dzat yang telah memberimu rambut yang indah dan harta berupa sapi yang melimpah."
Namun, si pemilik sapi sudah berubah menjadi orang yang angkuh dan kikir. Ia menolak permintaan itu dan malaikat pun mengatakan hal yang sama,
"Seandainya kau berdusta Allah akan mengembalikanmu seperti dahulu!"
Kemudian malaikat pun menyamar menjadi pengemis buta dan mendatangi si pemilik kambing untuk meminta belas kasihan. Berbeda dengan kedua temannya, si pemilik kambing tersenyum dan berkata,

"Sungguh dahulu aku buta sepertimu, lalu Allah mengembalikan penglihatanku serta memberiku harta yang banyak. Maka ambillah apa yang engkau kehendaki dari hartaku. Sungguh aku tidak akan keberatan demi ridho Allah yang Maha Perkasa dan Maha Mulia."
Maka malaikat pun menjawab,
"Milikilah hartamu itu. Sesungguhnya Allah hanya ingin menguji kalian bertiga, Allah telah meridhoimu dan memurkai kedua temanmu."
 Jaminan Hidup
Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab rakyat miskin mendapat jaminan hidup. Umar mewajibkan setiap bayi yang baru lahir diberi santunan sebanyak 100 dirham, setelah agak besar,  ditambah lagi hingga menjadi 200 dirham. Santunan itu terus bertambah selagi umurnya juga bertambah.

Kisah Rasulullah ﷺ bercerita
Bagian 3
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bercerita tentang Juraij seorang ahli ibadah.
Juraij berasal dari kalangan bani Israil pada zaman yang telah lampau. Setiap hari ia menyepi di tempat ibadahnya. Lidah dan hatinya selalu dibasahi dzikir, doa, serta ingatan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.
Suatu hari ketika sedang khusuk menegakkan shalat, Juraij mendengar namanya dipanggil,
"Wahai Juraij, kemarilah nak."
"Itu ibu!" pikir Juraij, kekhusyukannya terpecah. Ia jadi bimbang,
"Ya Robbi manakah yang harus aku dahulukan panggilan Ibuku atau sholatku?"
Akhirnya ia memilih meneruskan shalat, maka sang Ibu pun pergi dengan wajah sedih karena merasa diabaikan.
Keesokan harinya kejadian sama terulang. Beberapa kali, ibu Juraij memanggil putranya yang sedang mendirikan salat.
Setelah bimbang sesaat, kembali Juraij memilih untuk meneruskan sholatnya dan membiarkan ibunya pergi. Ia tidak bisa meraba betapa duka perasaan ibunya karena tidak diacuhkan.
Kembali keesokan harinya, ibu Juraij memanggil manggil. Juraij yang sedang mendirikan salat menjadi bingung,
"Manakah yang harus didahulukan, ibuku atau sholatku?"
Lagi-lagi Juraij memilih meneruskan shalat. Kini rasa duka Ibu Juraij berubah menjadi amarah,
"Mengapa Juraij selalu membiarkanku kecewa? Padahal aku sedang membutuhkan pertolongannya. Padahal aku tahu pasti ia mendengar suaraku! Lupakah ia pada betapa banyak air susu yang telah kuberikan kepadanya dengan penuh sayang?"
Air mata ibu Juraij mengalir tak tertahankan lagi. Hampir tanpa sadar ia berdoa,
"Ya Allah janganlah Engkau ambil Juraij  ke dalam kematian sebelum ia dipermalukan oleh seorang wanita jahat."
Sementara itu waktu berlalu, keshalihan dan kuatnya iman Juraij terus menyebar di kalangan bani Israil.
"Setan sekali pun tak dapat menggoda hatinya," demikian puji orang-orang.
Mendengar hal itu seorang wanita berparas cantik yang suka menggoda laki-laki tersenyum dan berkata menantang,
"Jika kalian mengijinkan, aku akan menggoda Juraij, mengoyang imannya dan menjatuhkan nama baiknya."
 Dari Anas bin Malik Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
"Siapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dilimpahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua ibu bapaknya dan memelihara silaturahim."
(Hadits riwayat Ahmad.)
Dengan segala cara dan bujuk rayu, wanita jahat itu gagal menggoda Juraij. Akhirnya ia pergi dengan penuh dendam.
Beberapa bulan kemudian ia mengandung dan melahirkan seorang bayi. Setelah itu ia pergi ke orang-orang bani Israil dan meneruskan rencana jahatnya.
"Anak yang kubawa ini adalah anak Juraij, padahal aku tidak menikah dengannya."
Maka orang-orang pun marah. Mereka menghancurkan tempat ibadah Juraij, menarik Juraij turun dan memukulinya bertubi-tubi. Juraij berteriak,
"Ada apa ini? Mengapa kalian memukulku seperti ini?"
Orang-orang pun balas membentak,
"Engkau telah mempunyai anak dengan wanita ini, padahal engkau belum menikah dengannya! Itu adalah perbuatan terkutuk! Padahal setahu kami, engkau adalah seorang shalih yang amat kami hormati."
Sambil mengusap darah di wajahnya,  Juraij berdiri dan berkata,
"Bawalah bayi itu ke sini!"
Setelah bayi yang baru lahir itu dibawa ke hadapannya, Juraij menekan perut si bayi dan bertanya,
"Wahai bayi siapa sebenarnya ayahmu?"
Orang-orang sempat saling tatap dengan pandangan mengejek. Mereka pikir,  Juraij sudah gila karena mana mungkin ada bayi bisa bicara.
Namun dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala bayi itu menjawab,
"Ayahku bernama fulan si gembala."
Maka orang-orang pun merasa sangat menyesal, telah menuduh dan menganiaya Juraij.  Mereka peluk dan ciumi tubuh Juraij yang penuh luka itu dengan penuh keinginan untuk dimaafkan.
"Biarlah  kami bangun kembali tempat ibadahmu dari emas sebagai pelapisnya!" seru mereka.
Juraij menolak dengan berkata, "Tidak perlu itu! Dirikan masjidku itu seperti keadaan semula." Orang-orang pun membangun kembali tempat beribadah Juraij seperti sedia kala.
Hikmah dari kisah Rasulullah ﷺ ini adalah bahwa doa seorang ibu sangat diperhatikan Allah, jika seorang ibu mendoakan keburukan saja dikabulkan,  apalagi jika ibu mendoakan kebaikan bagi putra-putrinya.

  Dari durhaka Menjadi Berbakti
Dari Anas bin Malik, Rasulullah ﷺ bersabda,
"Sungguh, seorang hamba ditinggal pergi oleh seseorang atau oleh kedua ibu bapaknya, sedang dia dalam keadaan durhaka. Namun sang anak senantiasa berdoa dan memohon ampun bagi keduanya,  sehingga Allah menetapkannya sebagai anak yang berbakti kepada orangtuanya.
(Hadits Riwayat Baihaqi)

Kisah Rasulullah ﷺ bercerita
Bagian 4
Nabi Muhammad ﷺ bercerita tentang dua orang laki-laki yang mempunyai sifat amanah tiada banding. Dua orang laki-laki yang begitu patuh kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى sehingga tidak tersisa sifat rakus dalam diri mereka.
Laki-laki pertama memiliki sebidang tanah yang luas dan subur. Laki-laki kedua melihat tanah itu dan berniat membelinya. Setelah laki-laki kedua memiliki tanah itu mulailah ia menggarapnya untuk ditanami. Seluruh bagian tanah dicangkul baik-baik agar menjadi gembur. Tiba-tiba  ia terkejut karena menemukan guci berisi emas.
Seketika itu juga dibawanya emas emas itu kepada lelaki pertama dan ia berkata,
"Aku menemukan emas ini di dalam tanah yang kubeli darimu. Ambillah emas ini untukmu.
Laki-laki penjual tanah mengerutkan keningnya sambil berkata,
"Tetapi aku telah menjual tanah ku kepadamu, jadi ambillah emas itu untukmu."
"Tidak,"  jawab pembeli tanah, "Sesungguhnya aku hanya membeli tanahmu saja, bukan emas ini."
"Tidak," balas penjual tanah sambil tersenyum, "Sesungguhnya aku telah menjual tanahku kepadamu beserta semua yang terkandung di dalamnya."
Karena tidak ada yang mau mengambil guci emas itu, keduanya meminta seorang bijak untuk memberikan keputusan. Orang bijak itu bertanya,
"Apakah kalian berdua mempunyai anak?"
"Tidak,tetapi aku mempunyai seorang budak pria,"jawab lelaki pertama.
"Aku juga tidak mempunyai anak, tetapi aku memiliki seorang budak wanita,"sahut lelaki kedua.
"Orang bijak itu tersenyum,
"Kalau begitu nikahkanlah budak pria dan budak wanita itu. Kemudian berilah nafkah dari emas yang telah kalian temukan."
Kedua lelaki tadi segera melaksanakan apa yang disarankan.
Keduanya hidup tenteram sampai akhir hayat berkat kebaikan hati dan tidak rakus pada harta dunia.
 Awalnya terasa berat
Kisah di atas menggambarkan ketaatan yang tinggi kepada Allah. Sungguh pada mulanya akan kita dapati perasaan berat untuk taat kepada Allah. Namun jika kita tabah dan sabar, kita akan mendapat kenikmatan dalam beribadah dan kebahagiaan dalam takwa. Kenikmatan dan kebahagiaan itu tidak akan didapat kecuali setelah berulangkali menghadapi cobaan.

Kisah Rasulullah SAW bercerita
Bagian 5
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Kisah berikut ini dituturkan Rasulullah kepada para sahabatnya agar mereka tambah giat bersedekah.
Pada masa yang sangat lampau, hiduplah seorang shalih yang ingin sekali bersedekah, tetapi ia belum bisa melaksanakan niatnya itu karena belum mempunyai sesuatu untuk disedekahkan sehingga ia bernazar, "Jika Allah memberiku rezeki, sebagai tanda bersyukur, aku akan melakukan sedekah yang belum pernah dilakukan oleh orang lain sebelumku."
Allah mendengar nazar itu dan memberi laki-laki itu rezeki yang banyak. Tidak menunggu waktu sampai keesokan pagi, malam itu juga, laki-laki tadi keluar dan bersedekah kepada seorang pencuri. Orang-orang melihatnya dengan heran sambil berkata, "Malam ini engkau bersedekah kepada seorang pencuri!"
Namun, laki-laki tadi menjawab dengan tenang, "Segala puji bagi Allah yang telah mengizinkan aku bersedekah walau untuk seorang pencuri."
Pada lain malam, ia keluar lagi dan memberikan sedekahnya kepada seorang perempuan yang tidak baik. Orang-orang kembali mencemooh, "Untuk apa engkau memberikan sedekah kepada perempuan yang tidak baik itu?"

Lagi-lagi, ia menjawab dengan tenang, "Segala puji bagi Allah yang telah mengizinkan aku bersedekah walau untuk perempuan yang kurang baik."
Malam yang lain tiba dan laki-laki tadi melakukan hal yang tidak bisa dibayangkan orang-orang. Ia memberi sedekah kepada seorang kaya. Tidak tahan dengan kelakuan aneh itu, orang-orang mencibirnya, "Malam ini justru engkau bersedekah kepada seorang kaya! Untuk apa?"
"Ya Allah, segala puji bagi-Mu karena telah membuat aku bisa bersedekah walau kepada seorang pencuri, perempuan kurang baik dan orang yang berpunya," demikian ia menjawab.
Malam itu juga, ia bermimpi mendengar sebuah suara, "Semoga sedekahmu kepada si pencuri akan membuatnya menjauhkan diri dari pencurian. Sedekahmu kepada perempuan kurang baik itu semoga menjauhkannya dari perbuatannya yang kurang baik. Sedangkan sedekahmu kepada orang kaya semoga membuatnya menjauhkannya dari sifat kikir dan dia justru meniru sikapmu dengan menyedekahkan harta yang Allah berikan kepadanya untuk orang lain."
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, suatu ketika infaq negara habis, sementara  banyak orang yang kelaparan. Utsman pun menyembelih semua kambing, unta, dan sapi-sapinya serta membagikan semua kepada orang yang kelaparan. Di rumahnya sendiri, Utsman bin Affan hanya makan gandum yang dicampur garam dialasi kain selimutnya. Ini adalah contoh infaq yang sangat indah

Kisah Rasulullah ﷺ bercerita
Bagian 6
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Pada saat lain Rasulullah ﷺ mengisahkan sebuah cerita yang terjadi pada zaman pemerintahan Nabi Daud عليه السلم. Kisah ini menggambarkan betapa besarnya kasih seorang ibu.
Dua orang wanita bani Israel keluar membawa bayi mereka masing-masing. Keduanya bekerja di ladang yang berbatasan dengan daerah yang masih liar. Bayi-bayi yang usianya sebaya itu diletakkan berdampingan di bawah rerimbunan pohon.  Ketika kedua ibu itu sedang sibuk bekerja, dari daerah liar itulah keluar seekor serigala lapar yang kemudian membawa pergi salah seorang dari bayi-bayi tersebut.  Alangkah terkejutnya kedua ibu ketika melihat hanya ada satu bayi yang menunggu mereka. Walau mereka mengetahui bayi siapa yang tertinggal itu, kedua ibu saling memperebutkannya. Orang-orang berdatangan dan mereka kebingungan untuk menyelesaikan masalah ini. Maka,  kedua ibu membawa bayi  yang mereka perebutkan ke hadapan Nabi Daud عليه السلم.
Setelah mendengar cerita mereka, Nabi Daud عليه السلم memutuskan bahwa bayi itu milik ibu yang lebih tua usianya.
"Tidak bisa begitu, baginda!" teriak ibu yang lebih muda. "Sungguh-sungguh aku yakin bahwa dialah buah hatiku!"
Kemudian, tampillah putra Nabi Daud, Nabi Sulaiman عليه السلم. Nabi Sulaiman saat itu masih muda tetapi ia dikaruniai kebijakan yang sangat dalam.  Melihat jalan buntu masalah itu, Nabi Sulaiman mengambil sebuah pisau besar yang mengkilap...
"Aku akan membelah bayi ini menjadi dua bagian yang sama persis. Setiap ibu akan mendapat separuh. ltu adalah keputusan yang adil bagi kita yang tidak tahu bayi siapakah ini," demikian sabda Nabi Sulaiman dengan tegas.
"Itu memang adil,  baginda. Lakukanlah,"  jawab ibu yang lebih tua.
 "Janganlah tuan melakukan hal itu," isak ibu yang lebih muda, "Biarlah  bagianku kurelakan kepada saudara tuaku ini."
Maka Nabi Sulaiman bersabda kepada ibu yang lebih muda, "Ambillah anak ini karena ia anakmu."
 Salah satu contoh betapa besar rasa sayang seorang ibu adalah pada Kisah Alqamah, seorang sahabat Rasulullah ﷺ. Alqamah sangat rajin beribadah, tetapi ketika beristri, ia agak melupakan ibunya.  Sang Ibu marah sehingga ketika menjelang ajal, Alqamah tidak juga wafat.
Rasulullah ﷺ membujuk agar ibu Alqamah memaafkan putranya,  tetapi sang ibu menolak. Akhirnya Rasulullah ﷺ dan para sahabat membuat api unggun besar untuk membakar Alqamah. Melihat api yang menyala-nyala ibu Alqamah menangis. Ia pun memaafkan anaknya. Alqamah pun bisa meninggal dengan tenang.

Kisah Rasulullah ﷺ bercerita
Bagian 7
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Selain mengisahkan kejadian-kejadian pada masa lalu, Rasulullah ﷺ pernah menceritakan mimpi beliau. Tidak seperti mimpi kita, mimpi seorang Rasul adalah mimpi suci yang menggambarkan kejadian sebenarnya. Apa yang Rasulullah ﷺ lihat dalam mimpi  kali ini bertujuan menyadarkan kita bahwa kehidupan kekal di akhirat itu benar-benar telah menunggu dengan segala kenikmatan atau kesengsaraannya.
Kehidupan di akhirat, surga dan neraka adalah keabadian yang tidak berakhir, tidak akan terjangkau oleh khayalan kita yang paling luar biasa sekalipun. Namun, untunglah kita masih bisa membayangkan kedahsyatannya lewat hadits-hadits yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ.
Diriwayatkan dari Samrah bin Jundab yang menuturkan,
"Jika Rasulullah ﷺ telah selesai sholat  bersama kami,  beliau selalu menghadap ke arah kami dan bertanya, "Siapa di antara kalian yang bermimpi malam ini?" Atau "Jika ada di antara kalian bermimpi malam ini, maka ceritakanlah." Atau berkata, "Masya Allah."
Suatu hari setelah selesai salat beliau bertanya,
"Adakah di antara kalian yang bermimpi tadi malam?"
Kami menjawab, "Tidak."
"Maka beliau bersabda,
"Tadi malam aku bermimpi melihat dua orang mendatangiku, lalu mengajakku dan membawaku pergi ke tanah suci yang disucikan. Di tempat itu tiba-tiba saja aku melihat seorang laki-laki sedang duduk sedangkan seorang laki-laki lain berdiri memegang besi bermata pancing pada kedua ujungnya. Lelaki yang berdiri itu memasukkan besi itu ke salah satu sisi mulutnya hingga menembus tengkuknya.  Kemudian ia melakukan hal yang sama pada sisi mulutnya yang lain sehingga kedua sisi mulutnya kembali rapat seperti semua. Kemudian ia mengulangi perbuatan yang sama."
Aku bertanya,
"Apakah gerangan arti dari kejadian ini?"
Tetapi kedua orang itu berkata,
"Lanjutkan perjalananmu!"
 Apabila berbuat Buruk
Abu Dzar Radhiallahu Anhu bertanya,
"Ya Rasulullah ajarkanlah kepadaku satu amalan yang dapat mendekatkan ke surga dan menjauhkanku dari neraka."
Nabi bersabda,
"Jika engkau berbuat keburukan, lakukanlah kebaikan karena setiap balasan untuk kebaikan adalah 10 kali lipat."
Allah berfirman,
"Barang siapa berbuat baik maka baginya pahala 10 kali lipat amalnya."
(Q.S.Al An'am ayat 160).
Aku bertanya,
"Ya Rasulullah apakah bacaan Lailahaillallah termasuk kebaikan?"
Nabi menjawab,
"Ia adalah kebaikan yang paling utama."
Kisah Rasulullah ﷺ bercerita
Bagian 8
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah ﷺ melanjutkan,
"Maka kami pun melanjutkan perjalanan kami hingga sampai pada tempat di mana terdapat seorang lelaki sedang berbaring  dan terdapat juga seseorang yang sedang berdiri di atas batu cadas sambil menggengam batu sebesar kepalan tangan. Orang yang berdiri itu kemudian memukulkan batu ke kepala orang yang terbaring sampai kepalanya pecah. Setiap kali ia memukul, batu itu terlempar dan orang itu melangkah untuk mengambil batu yang terlempar itu. Kemudian ia menunggu sampai kepala yang pecah itu menyatu kembali. Setelah itu ia mengulangi perbuatannya.
Aku penasaran dan bertanya,
"Apa maksud kejadian ini?"
"Namun kedua orang itu berkata,
"Lanjutkanlah perjalananmu!"
"Kemudian kami sampai di sebuah lubang sempit mirip perapian, bagian atasnya sempit dan bagian bawahnya lebar, dan di bawahnya dinyalakan api.  Ternyata di dalam lubang itu terdapat para lelaki dan wanita telanjang. Api menyala-nyala di bawah mereka. Setiap kali nyala api membumbung mereka naik hingga hampir keluar dari lubang itu dan saat api padam, mereka kembali ke tempat semula.
Melihat hal itu, lagi-lagi aku berkata,
"Apa maksud semua ini?"
"Namun orang-orang itu berkata,
"Lanjutkan perjalananmu!"
Kemudian kami kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai pada sebuah sungai yang dialiri darah. Di dalam Sungai itu ada seorang lelaki sedang berdiri dan  di hadapannya terdapat laki-laki  lain yang memungut batu besar di depannya. Setiap kali lelaki pertama yang berada dalam sungai itu beranjak keluar, lelaki di depannya melempar batu tepat di mulutnya sehingga orang itu kembali ke tempat semula.
"Melihat semua itu aku bertanya,
"Apa maksud semua ini?"
"Kedua orang itu kembali berkata,
"Lanjutkan perjalananmu!"

Disebutkan seseorang menemui Rasulullah ﷺ sambil berkata,
"Aduh dosaku, aduh dosaku" dua atau tiga kali.
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Katakanlah ya Allah ampunanmu lebih luas dari dosaku, rahmatmu lebih kuharapkan daripada amalku."
Orang itu membacanya. Rasulullah ﷺ bersabda, "Ulangilah." dia mengulanginya.
Rasulullah ﷺ bersabda lagi, "Ulangi lagi!" Ia mengulanginya.
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Bangkitlah,  Sungguh Allah telah mengampuni mu."

Kisah Rasulullah ﷺ bercerita
Bagian 9
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah ﷺ melanjutkan kisahnya,
"Kemudian kami melanjutkan perjalanan hingga tiba di lembah yang menghijau. Disana ada sebuah pohon besar yang pada bagian pangkalnya terdapat kerumunan anak-anak belia di sekeliling seorang lelaki tua. Aku melihat seorang lelaki lain di bawah pohon sedang menyalakan api."
"Kedua orang yang membawaku itu mengajakku naik ke atas pohon dan mengajakku masuk ke sebuah rumah yang sangat indah.  Belum pernah kulihat rumah seindah itu. Di dalamnya terdapat lelaki-lelaki tua dan muda. Kedua orang itu membawaku naik ke sebuah rumah yang jauh lebih indah. Aku bertanya kepada dua orang yang membawaku,"
'"Kalian berdua telah membawa aku berputar-putar malam ini. Katakanlah rahasia semua yang aku lihat dalam perjalananku tadi!"
Kedua orang itu menjawab,
"Baiklah. Orang yang kau lihat sedang merobek rahang mulutnya adalah pendusta yang terus bertahan melakukan dusta hingga memenuhi langit dan tetap melakukan perbuatan dustanya hingga kiamat tiba."
"Orang yang engkau lihat sedang memecahkan kepalanya adalah orang yang diberi ilmu pengetahuan tentang Al Qur'an, namun ia meninggalkannya, tidur pada waktu malam dan tidak melaksanakannya pada waktu siang. Ia melakukan hal itu sampai hari kiamat tiba."
"Adapun orang-orang yang kau lihat di depan perapian adalah para pezina, sedangkan orang yang kau lihat di dalam sungai adalah orang yang suka memakan riba. Lelaki tua yang berada di pangkal pohon adalah nabi Ibrahim عليه السلم, dan anak-anak yang berada di sekitarnya adalah anak manusia."
"Orang yang menyalakan api adalah malaikat penjaga jahanam.  Rumah pertama adalah rumah orang-orang Mukmin pada umumnya. sedangkan rumah ini adalah rumah para syuhada. Aku adalah Jibril dan ini Mikail.
Tengadahkanlah kepalamu!"
"Maka aku segera menengadah tiba-tiba aku melihat sebuah istana awan putih. Kedua orang itu berkata.
"Itu adalah rumahmu."
"Aku memohon kepadanya,
"Izinkan aku masuk,"
Mereka berkata,
"Masih ada sisa umur yang belum engkau habiskan. Seandainya engkau telah menyempurnakan umurmu. niscaya aku akan masuk ke rumahmu."
Menjelang wafat Nabi Adam عليه السلم berkata,
"Ya Allah, Musuh Iblis akan bergembira saat melihatku meninggal dunia sedangkan ia diberi tanggung jawab sampai hari kiamat."
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
"Wahai Adam, sesungguhnya engkau akan dikembalikan ke surga. Sedangkan laknat iblis ditangguhkan agar supaya merasakan sakitnya kematian sebanyak bilangan orang-orang yang pertama dan terakhir."

Kisah Rasulullah ﷺ Bercerita
Bagian 10
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Pada saat lain, Rasulullah ﷺ kembali bercerita. Kali ini tentang begitu besarnya kasih sayang Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى  kepada orang-orang yang mau bertobat, seberapapun besarnya dosa yang telah dilakukannya.
Dahulu sekali pada masa umat sebelum kita, ada seorang lelaki yang telah melakukan dosa sangat besar. Dia telah membunuh 99 orang. Pada suatu saat timbullah keinginannya untuk bertobat. Namun, masihkah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menerima taubat dan memberikan ampunan untuknya?
Kemudian, bertanyalah ia kepada orang-orang di sekelilingnya,
"Tahukah kalian di mana orang yang paling berilmu di muka bumi ini?"
Dengan takut-takut orang-orang itu berpikir sejenak, lalu salah seorang dari mereka menyarankan,
"Pergilah terus ke arah telunjuk jariku lalu bertanyalah dimana rumah seorang rahib yang terkenal sangat tinggi ilmunya."
Pembunuh itu bergegas pergi, hatinya dipenuhi harapan untuk penghapusan dosa. Tiba di rumah rahib, ia langsung menceritakan semua pembunuhannya dan bertanya,
"Jika aku bertobat. dapatkah dosaku terampuni?"
Dahi rahib berkerut tak percaya dengan pernyataan itu. Dengan senyum mengejek ia berkata,
"Tidak! Sekali-kali dosamu tidak akan diampuni Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى buat selamanya! Kamu tahu kenapa? Sebab kamu adalah orang yang paling terkutuk di muka bumi ini."
Wajah si pembunuh merah merekah, dalam sekejap mata dicabutnya pedang dan dibunuhnya sang rahib.  Kini korban pembunuhan nya sudah genap 100 orang.
Dengan wajah murung, ia menemui orang-orang yang ketakutan dan bertanya lagi,
"Rahib itu bukan orang paling berilmu di dunia ini, pasti masih ada orang lain! Bisakah kalian tunjukkan orang yang lebih berilmu dari rahib itu?"
Orang-orang itu lalu menunjukkan rumah seorang ulama. Setelah pembunuh menanyakan hal yang sama, ulama menjawab,
"Tentu saja bisa! Siapa kah yang dapat menghalangi seseorang yang ingin bertaubat? Tetapi, dengarlah saranku. Tinggalkanlah negerimu, sebab, itu negeri yang buruk. Pergilah ke kota yang penduduknya orang-orang Shalih. Sembahlah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى bersama mereka."
Tobat ialah kembali kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Alangkah manis rasanya kembali kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan alangkah cintanya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى kepada orang-orang yang kembali bertaubat kepadaNya.
Sungguh Allah bergembira mendengar taubat orang-orang yang bertaubat itu. Rasulullah ﷺ mengatakan kegembiraan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menerima taubat melebihi orang yang kehilangan unta yang memuat seluruh perbekalannya di padang pasir. namun ketika ia sudah putus harapan, mendadak unta itu kembali kepadanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAKI-LAKI IDAMAN

BAHASA ARAB YANG BIASA DIPAKAI SEHARI-HARI