KISAH KETELADANAN RASULULLAH (BAB I)

Ir. EKAJAYA


*Kisah Keteladanan Rasulullah* (Sumber:Suprapto-YB2YY)
Bagian 1
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Rasulullah ﷺ Memegang Teguh Kebenaran
Rasulullah ﷺ   adalah pahlawan terbesar dalam sejarah dunia. Kenyataan ini bahkan diakui oleh orang-orang berhati jujur walaupun mereka bukanlah seorang muslim. Dalam ensiklopedia Britannica kita dapat membaca, "Sesungguhnya Muhammad telah memperoleh keberhasilan yang belum pernah dicapai oleh seorang nabi atau pembangun agama mana pun di segala zaman."
Salah satu ciri utama kepahlawanan Rasulullah ﷺ   adalah keteguhan beliau dalam memegang kebenaran. Ingatlah ketika Abu Thalib, paman beliau yang selalu melindungi, sedang diancam oleh orang-orang Quraisy. Saat itu Abu Thalib khawatir jangan-jangan seluruh bangsa Arab akan bersatu menyerang diri dan keluarganya. Maka Abu Tholib memberitahu Rasulullah ﷺ. "Sesungguhnya kamu telah mengancam aku. Kasihanilah aku dan kasihani dirimu. Janganlah engkau membawaku dengan sesuatu yang tidak mampu aku menanggungnya."
Rasulullah ﷺ mempunyai hati yang sangat lembut. Orang yang mempunyai hati seperti itu selalu dipenuhi rasa terimakasih terhadap orang yang pernah menolongnya apalagi yang kini datang meminta adalah Abu Tholib. Beliau adalah paman terkasih yang telah melindungi beliau sejak beliau kehilangan ayah bunda dan kakeknya. Paman yang begitu menyayanginya melebihi anak-anaknya sendiri. Paman yang selama ini selalu melindungi beliau dari segala bahaya, bahkan ketika beliau dewasa dan telah diangkat menjadi Rasulullah sekalipun. Namun Pamannya ini pula yang kini meminta beliau menghentikan dakwah karena ancaman orang.
 Rasulullah ﷺ menangis karena rasa iba, namun Islam adalah segala-galanya karena yang beliau perjuangkan adalah keselamatan seluruh umat manusia, bukan keselamatan diri atau keluarga. Dengan hati teguh beliau bersabda, "Paman demi Allah seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku meninggalkan dakwah ini aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkan aku atau aku mati karenanya."
Seketika paman  beliau pun sadar bahwa tidak ada lagi yang mampu menggunakan keponakannya itu di dalam memperjuangkan kebenaran.
Keteguhan Rasulullah ﷺ sudah tampak sejak kecil. Saat itu beliau selalu menolak ajakan pamannya Abu Thalib untuk mengikuti upacara berhala namun setelah berkali-kali di bujuk Muhammad kecil pun mau berangkat ke tempat upacara di Ka'bah. Namun sebelum sempat ia tiba di Ka'bah Muhammad kecil lari terbirit-birit karena ada sesosok tubuh tinggi besar memelototi dan menyuruhnya menjauh dari upacara itu.

Keberanian Rasulullah
Ketika berumur 17 tahun Rasulullah ﷺ pernah bepergian bersama sebuah rombongan khalifah. Tiba-tiba mereka dihadang seekor unta jantan liar, unta itu memandang dengan buas kepada orang yang mendekat. Saat itu semua berhenti dan bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Tidak seorang pun yang berani mengusir unta aneh yang kelihatan siap mengamuk itu. Saat itu, Muhammadlah yang maju dan menjinakkannya.
Pada saat lain,  Muhammad muda pernah mengikuti sebuah kafilah yang menemui pengalaman aneh. Ketika  itu mendadak mereka tiba di sebuah lembah yang dipenuhi air. Orang-orang tampak pucat ketakutan.
"Ini lembah sihir" seru seseorang," kita akan mati atau kena kutuk jika melewatinya! Putar ! Putar! lebih baik kita cari jalan memutar!"
Namun pemuda tampan bernama Muhammad tampil dan berkata,
"Jangan takut, ikuti aku! Ikuti aku!" maka orang-orang mengikuti anak muda yang gagah itu tanpa ragu lagi.
Bra bin Aziz  ikut dalam perang Hunain ketika pasukan muslim kocar-kacir pada serangan pertama, ia berkata saya menyaksikan Rasulullah ﷺ tetap bertahan di tempatnya dan tidak beranjak sedikit pun. Demi Allah ketika pertempuran mencapai puncaknya, kami mencari perlindungan di sampingnya dan orang yang paling berani di antara kami adalah orang yang berdiri di sisinya.
*Kesetiaan Rasulullah ﷺ *
Abdullah bin Ubay al Hasma menuturkan, "Pernah suatu ketika saya akan menjual sesuatu kepada Muhammad. Saya berjanji akan datang menemuinya di tempatnya. Namun, saya terlupa dan baru ingat kembali setelah 3 hari. Ketika saya menuju tempat pertemuan itu ternyata Muhammad masih ada di sana. Ketika dia melihat saya tidak lebih Ia hanya mengatakan, "Engkau telah menyulitkan saya. Saya telah 3 hari di sini menantimu."
Padahal ketika itu masih jaman jahiliyah dan Muhammad belum diangkat menjadi rasul.
Demikianlah kesetiaan yang ditunjukkan Rasulullah ﷺ terhadap janji. Kesetiaan sangat erat kaitannya dengan keluhuran budi. Kesetiaan akan membuat orang yang memberikannya merasa bahagia tiada batas, sedangkan orang yang menerimanya akan merasa sangat berterima kasih dan ingin berbuat hal-hal yang baik bagi orang lain. Kekacauan hidup di dunia ini banyak disebabkan orang sudah tidak lagi setia, mereka sudah mengingkari janji dan berkhianat.
Bunda Aisyah meriwayatkan suatu ketika ada seorang perempuan tua datang kepada Rasulullah ﷺ. Beliau menyambutnya dan bertanya,
"Siapakah anda?"
"Jutsama al-Muzaniyah," jawab perempuan itu.
Rasulullah ﷺ   segera bertanya,
"Apakah engkau baik-baik? Bagaimana keadaan kalian sepeninggal kami?"
"Baik-baik," jawab perempuan itu pula.
"Aku tebus engkau dengan ayah Ibuku,"
Setelah perempuan tua itu keluar aku pun bertanya,
"Ya Rasulullah, engkau sambut sedemikian rupa  perempuan tua itu?"
Rasulullah ﷺ menjawab,
"Sesungguhnya dia pernah datang kepada kami semasa Khodijah masih hidup. Sesungguhnya sikap yang baik itu termasuk iman."
Begitulah cara Rasulullah ﷺ mempertahankan kesetiaan kepada orang lain. Kita pun akan melihat contoh-contoh lain kesetiaan Rasulullah ﷺ  .
Abu Ja'far al-Mansur, khalifah Bani Abbas yang mashur itu, setiap kali naik haji ke Mekah dan melewati Madinah pasti turun dari kendaraannya. Ketika ditanya apa sebabnya berbuat demikian Abu Jafar al Mansur mengatakan bahwa hatinya tidak tega menaiki kendaraannya di atas tanah yang mengandung tubuh Rasulullah ﷺ.
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 2
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Kesetiaan Rasulullah
Ketika Hathib bin Abi Balta'ah diketahui hendak membatalkan rencana serangan Rasulullah ﷺ untuk menaklukkan Mekah,  Umar bin Khattab meminta izin Rasulullah ﷺ untuk menghukum mati Hathib. Umar berpendapat bahwa Hathib telah menunjukkan perilaku munafik.
Akan tetapi Hathib adalah anggota pasukan Badar. Kita semua tahu bahwa Perang Badar adalah perang yang paling menentukan dalam sejarah islam. Apabila saat itu Rasulullah ﷺ kalah, habislah sudah riwayat agama ini. Karena itu Rasulullah ﷺ sangat menghargai setiap orang yang menyertai beliau dalam Perang Badar.
Maka sebagai jawaban atas permintaan  Umar, Rasulullah saw bersabda, "Dari mana engkau tahu, ya Umar? Mudah-mudahan Allah benar-benar mengetahui para pejuang Badar pada hari pertempuran Badar itu sehingga dia berfirman, "Lakukan apa yang kamu kehendaki. Sesungguhnya aku telah mengampunimu."
Begitulah kesetiaan yang ditunjukkan Rasulullah ﷺ kepada para sahabatnya. Menjelang wafat, sakit beliau terasa semakin berat. Namun beliau masih bisa keluar menemui para sahabat di masjid.
Di atas mimbar Rasulullah ﷺ berpesan,
"Hai orang-orang Muhajirin, terimalah nasehat yang baik dari orang-orang Anshar karena sesungguhnya manusia akan bertambah.
Tapi orang-orang Anshar akan tetap dalam keadaannya semula, tidak bertambah. Dan sesungguhnya mereka pernah menjadi tempat persembunyianku. Mereka telah melindungi aku. Maka balaslah kebaikan mereka dan maafkanlah kesalahan mereka."
Begitu indah kesetiaan mereka, Anshar kepada Rasulullah ﷺ. Dan Rasulullah ﷺ kepada Anshar.
Pada perang uhud ketika pasukan Mekah telah pulang dengan membawa kemenangan, Rasulullah dan para sahabatnya kembali ke medan pertempuran dan memeriksa tubuh-tubuh para syuhada. Rasulullah ﷺ memerintahkan agar mereka yang gugur itu dimakamkan.
Pada saat itu Rasulullah ﷺ bersabda,
"Lihatlah kepada Amir bin Jamuh dan Abdullah bin Amr bin Haram. Mereka berdua adalah dua orang yang bersahabat setia semasa di dunia, maka kuburkanlah mereka dalam satu kubur.
Ada orang-orang yang keluar begitu saja dari Majelis Rasulullah dengan tidak meminta izin seakan-akan dipandangnya segala yang dibicarakan Rasulullah ﷺ itu tidak ada harganya. Hal itu dilarang keras. Saat akan keluar dari majelis, orang itu mesti meminta izin terlebih dahulu. Setelah diberi izin barulah boleh keluar.
Rasulullah ﷺ memberi kita contoh untuk hidup sederhana. Beliau pernah mengalami hidup fakir maupun hidup kaya. Namun dalam keadaan itu beliau tetap sederhana. Pada saat kaya Rasulullah ﷺ mampu hidup seperti layaknya raja-raja. Namun, yang Rasulullah ﷺ contohkan adalah membagikan kekayaan kepada orang-orang yang membutuhkan. Beliau sendiri pulang ke rumah dan tidur beralaskan tikar sederhana, makan pun hanya dengan kurma dan roti gandum.
Suatu hari Ibnu Mas'ud  datang bertamu ke rumah Rasulullah ﷺ. Saat itu Rasulullah baru bangun tidur dan tampak bekas-bekas tikar pada lambung beliau. Ibnu Mas'ud pun berkata,
"Ya Rasulullah, bagaimana kalau kami buatkan kasur yang bisa tuan hamparkan antara tubuh tuan dan tikar? Kasur itu dapat memelihara tuan dari bekas-bekas tikar."
Namun Rasulullah ﷺ menjawab,
"Apalah artinya aku dan dunia ini? Aku dan dunia tak ubahnya seperti seorang kelana yang berteduh dibawah sebatang pohon. Kemudian Ia pun pergi meninggalkannya."
Qotadah bin an-Nu'man mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Apabila Allah mencintai seorang hamba, ia dipelihara-Nya dari dunia sebagaimana seseorang di antara kamu sekalian menjaga keluarga yang sedang sakit dari terkena air."
Pada saat lain Rasulullah ﷺ pernah keluar rumah dan bertemu dengan Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Rasulullah ﷺ bersabda,
"Mengapa kalian berdua keluar?"
Mereka menjawab, "Kami keluar karena lapar."
Rasulullah ﷺ bersabda, "Dan aku pun keluar tidak lain karena lapar."
Ketiganya lalu dijamu oleh Abu Haitsam yang menyembelih kambing dan menghidangkannya bersama kurma dan air. Selesai bersantap Rasulullah ﷺ bersabda,
"Sesungguhnya kita pasti ditanya tentang kenikmatan pada hari ini."
Ketika Fatimah az-Zahra meminta seorang pembantu kepada Rasulullah ﷺ karena tangannya lecet akibat menumbuk gandum, beliau menolak dengan bersabda,
"Bagaimana kalian sangat menginginkan sesuatu daripada ini, sedangkan ahlu Shuffah dalam keadaan fakir."
Beliau juga pernah bersabda ketika melihat gelang emas yang dikenakan Fatimah,
"Ya Fatimah gembirakah engkau jika orang berkata bahwa putri Rasulullah pada tangannya ada seikat rantai dari api neraka?"
Penyebab tamak setidaknya ada dua macam, yakni:
1. Memandang harta sebagai jiwa kehidupan adalah segala-galanya dalam hidup ini.
2. Menganggap bahwa setiap tindakan yang dilakukan harus selalu mendatangkan keuntungan, jika tidak ada untung tidak ada gunanya dilakukan.
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 3
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Kesederhanaan Rasulullah
Rasulullah ﷺ amat membenci penumpukan harta. Suatu saat ketika beliau sedang sholat Ashar datanglah seorang yang memberitahu Rasulullah ﷺ bahwa ada sedikit batangan emas dikirim ke rumah beliau. Rasulullah ﷺ segera mempercepat shalatnya. Beliau bergegas pulang dengan berjalan begitu cepat sampai orang-orang tersibakkan. Tidak lama kemudian beliau keluar rumah sambil bersabda, "Telah saya katakan ada sedikit batangan emas pada saya. Saya khawatir ia akan membuat saya tidak bebas, maka batangan emas ini saya bagi-bagikan."
Kemudian batangan-batangan emas itu beliau bagikan kepada orang banyak.
Bunda Aisyah pernah menceritakan tentang keadaan rumah tangganya, "Tidak pernah keluarga Muhammad kenyang dengan roti selai sampai tiga kali hingga beliau wafat dan tidak pernah keluarga Muhammad makan dua kali sehari kecuali salah satunya adalah kurma."
Diriwayatkan dari Anas bahwa Nabi Rasulullah ﷺ pernah bersabda, "Sesungguhnya aku merasa takut kepada Allah tentang sesuatu yang orang lain tidak merasa takut dan aku merasa tersiksa karena Allah mengenai sesuatu hal yang orang lain tidak merasa tersiksa. Dan sesungguhnya pernah aku alami selama 30 hari siang dan malam sedang aku dan Bilal tidak mempunyai makanan kecuali sedikit."
Rasulullah ﷺ tidak pernah merasa khawatir pada kemelaratan melebihi kekhawatiran beliau pada harta dan kekayaan.
Beliau tidak suka mengumpulkan harta, beliau tidak pernah membiarkan di rumahnya ada 3 dinar yang lalu dikumpulkan dengan dinar lain, kecuali digunakan untuk melunasi hutang.
Beliau pernah berdoa, "Ya Allah jadikanlah rezeki keluarga Muhammad secukupnya saja. Suatu hari dia datang ke tempat sekelompok sahabat berkumpul, mereka sedang membicarakan masalah harta. Melihat Rasulullah ﷺ datang mereka menanyakan pendapat beliau tentang harta. Rasulullah ﷺ menjawab,
"Tidakkah kamu sekalian mendengar? Tidakkah kamu sekalian mendengar? Sesungguhnya kesederhanaan berpakaian itu termasuk iman. Sesungguhnya kesederhanaan berpakaian itu termasuk iman."
Hidup manusia itu ada di perbatasan antara perangai malaikat dan perangai binatang. Oleh sebab itu kalau mereka meniru malaikat, mereka akan lebih dari malaikat sebab dicapainya dengan perjuangan yang lebih hebat daripada perjuangan malaikat sendiri, sebaliknya jika manusia meniru perangai binatang maka kehinaannya pun akan lebih dari binatang.
Sesungguhnya bumi mengeluh karena kerakusan penghuninya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjadikan bumi mampu memenuhi kebutuhan seluruh manusia, tetapi bumi tidak akan mampu memenuhi kerakusan dari satu manusia saja.
Jika seseorang diberi gundukan emas setinggi bukit, rasa rakusnya akan meminta satu gundukan lagi, kemudian satu gundukan lagi dan satu gundukan lagi demikian seterusnya. Kebanyakan manusia telah menganggap kesenangan dan kenikmatan adalah cita-cita hidup mereka. Jika kalian melihat orang-orang seperti itu, ingatlah akan kehidupan Rasulullah ﷺ.
Sebelum Perang Uhud Rasulullah ﷺ, Ali Bin Abi Thalib dan beberapa sahabat lain yang duduk di dalam masjid melihat kedatangan Mushab Bin Umair. Di Mekkah dulu Mushab adalah putra bangsawan yang sangat disayang oleh ibunya. Ia tampan dan cerdas, ia selalu menjadi bintang dan pusat perhatian pada pertemuan-pertemuan Quraisy. Pakaiannya indah dan mahal. Begitu banyak gadis Mekah yang memimpikan Mush'ab  menjadi suaminya.
Namun setelah masuk islam Mush'ab hidup sederhana, pakaiannya terbuat dari kain kasar yang tertutup burdah bertambal kulit yang masih terlihat bulunya.
Melihat itu Rasulullah ﷺ menangis. Bukan sedih, melainkan terharu karena beliau tahu bahwa Mush'ab sangat menikmati kesederhanaannya.
Beliau pun bersabda,
"Bagaimana pendapat kalian apabila ada salah seorang dari kamu berangkat pada pagi hari dengan memakai pakaian yang indah, dan pada sore harinya pulang dengan memakai pakaian indah yang lain. Kemudian kamu mendapatkan keuntungan berdagang dan dari hasilnya kamu dapat membeli kain untuk menutup rumahmu seperti kelambu Ka'bah?"
Para sahabat tersenyum membayangkan kenikmatan itu. Mereka segera menjawab, "Ya Rasulullah pada hari itu keadaan kita lebih baik daripada keadaan kita hari ini karena kita mempunyai cukup biaya hidup dan bisa sepenuhnya beribadah."
Namun Rasulullah ﷺ bersabda, "Bahkan keadaanmu sekarang lebih baik dari keadaan mu pada hari itu."
Rasulullah ﷺ menganjurkan agar umatnya senang bergaul dengan para fakir miskin. Dengan demikian segala angan-angan kita tentang kemewahan dan perhiasan akan teralihkan. Hal ini pernah dirasakan oleh Aun bin Abdullah bin Utbah.
Aun menuturkan, "Pernah aku bergaul dengan orang-orang kaya sehingga tidak seorang pun yang lebih banyak berduka daripada aku. Aku melihat kendaraan yang lebih bagus daripada kendaraanku dan pakaian yang lebih indah daripada apa yang kupakai."
Dalam keadaan seperti itu Aun bin Abdullah mendengar sabda Rasulullah ﷺ, "Jika seseorang dari kamu melihat orang yang dianugerahi harta dan rupa yang indah hendaklah ia melihat kepada orang yang lebih rendah darinya, karena itu lebih pantas supaya kamu tidak merasa kurang terhadap nikmat Allah yang diberikan kepadamu."
Aun berkata lagi, "Setelah aku mendengar itu aku pun menjadi lebih banyak bergaul dengan orang-orang fakir. Alhamdulillah aku mendapatkan ketenangan yang sebelumnya tidak terbayangkan."
Binatang apabila telah kenyang perutnya dia akan terus tidur istirahat, namun semakin manusia bertambah kaya semakin bertambah tidak senang hidupnya, semakin bertambah tamaknya, semakin bertambah sulitlah berpisah dengan harta.
Siapakah yang dinamakan orang kaya menurut Rasulullah ﷺ ? Dengarlah sabda beliau, "Barangsiapa aman perasaannya, sehat badannya pada hari itu padanya ada makanan pokok, maka seolah-olah terkumpul pada dirinya itu seluruh dunia beserta isinya.
Usman juga meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, Tidaklah akan ada selain pada hal-hal berikut rumah tempat tinggalnya, pakaian yang menutupi auratnya, roti kering tanpa lauk, dan air."
Abdullah bin Amru bin as adalah laki-laki yang meneladani kesederhanaan Rasulullah ﷺ. "Kemudian datanglah seorang laki-laki yang bertanya kepadanya, "Bukankah kita termasuk orang-orang fakir dari muhajirin?"
"Apakah kamu mempunyai seorang istri tempat kau pelindung?" tanya Abdullah. "Dan apakah kamu mempunyai nama tempat tinggalmu sendiri?"
"Ya aku punya keduanya."
"Kalau begitu kamu termasuk orang-orang kaya."
"Sebenarnya saya juga mempunyai seorang pembantu"
"Jadi kamu termasuk raja-raja."
Ingatlah kepada orang-orang yang diperdaya oleh kemewahan yang melebihi kekuatan bahwa hidup yang seperti itu mengorbankan harta,  selalu merasa tidak cukup, selalu merasa kekurangan, dan dia pun mengorbankan pikiran, menyesakkan hati, menghabiskan ketentraman, dan mempercepat ketuaan. Kebahagiannya hanya sebentar.
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 4
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah Melarang Orang Mengemis
Suatu kali pernah para sahabat bertanya kepada Rasulullah ﷺ
"Kekayaan apakah yang apabila telah dimiliki maka tidak perlu memintanya?"
Rasulullah ﷺ menjawab,
"Ialah apa yang dapat memberinya makan pada siang, atau pada malam hari."
Rasulullah ﷺ tidak menyukai orang yang suka meminta. Beliau bersabda, "Sekiranya kamu sekalian mengetahui akibat yang terdapat dari meminta, niscaya tidak akan ada seorang yang berjalan kepada yang lain dan meminta sesuatu darinya."
Seorang sahabat Anshar pernah datang dan meminta sesuatu kepada Rasulullah ﷺ.
"Tiadakah sesuatu di rumahmu?" tanya beliau.
"Ada ya Rasulullah. Selembar kain sprei sebagian kami kenakan, sebagian kami jadikan alas duduk dan sebuah gelas besar yang kami gunakan untuk minum air."
"Bawalah keduanya kepadaku," jawab Rasulullah.
Ketika keduanya tadi telah dibawa dia berkata kepada para sahabat yang lain, "Siapa yang mau membeli kedua barang ini?" seseorang menyambut, "Saya membeli dua barang itu dengan harga satu dirham."
"Siapa yang ingin menambahnya satu dirham?" tanya Rasulullah ﷺ.
"Saya boleh keduanya 2 dirham." sambut sahabat yang lain.
Maka Rasulullah ﷺ memberikan 2 dirham itu kepada laki-laki Anshar tadi dan bersabda, "Belilah makanan satu dirham lalu berikan kepada keluargamu, satu dirham lagi belikanlah kapak dan bawakan  kepadaku."
Setelah melaksanakan pesan Rasulullah ﷺ, laki-laki itu kembali dengan membawa kapak. Beliau kembali bersabda,
"Pergilah mencari kayu bakar dan juallah dan jangan sampai aku melihatmu selama 15 hari."
Laki-laki Anshar tadi melaksanakan perintah Rasulullah ﷺ Ketika 15 hari kemudian ia kembali, uang 10 dirham telah ada di tangannya. Sebagian ia belikan makanan dan sebagian untuk pakaian.
Rasulullah ﷺ tersenyum,
"Ini lebih baik bagimu. Kelak pada hari kiamat, meminta-minta itu akan datang berupa suatu noda pada wajahmu."

Zuhud Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
Rasulullah ﷺ adalah laki-laki yang menyukai kerendahan hati Ia membenci sikap sombong pamer atau apa saja yang menjurus pada menambahkan kemewahan. Suatu ketika Rasulullah ﷺ mengambil kain sutra dan meletakkannya di tangan kanan, sementara tangan kiri dia menggenggam emas. Kemudian beliau bersabda,
"Sesungguhnya kedua barang ini haram dikenakan umatku yang laki-laki."
Umar Bin Khattab pernah menunjukkan Sutra yang sedang dijual dan berkata kepada Rasulullah ﷺ,
"Rasulullah belilah ini. Kemudian, pakailah ia, buat berhari raya dan melakukan kunjungan."
Rasulullah ﷺ menjawab, "Ini tidak lain adalah pakaian orang yang tidak akan mendapat jatah kebaikan."
Pada saat yang lain Rasulullah ﷺ mendapat seperlima bagian harta rampasan perang. Seperti yang telah diatur Allah subhanahu wa ta'ala. Maka,  Rasulullah ﷺ meletakkan jatah beliau di halaman masjid. Tempat itu segera dipenuhi benda-benda berharga. Namun tidak satu pun yang dibawa pulang oleh beliau. Dibagikannya seluruh benda itu kepada semua orang sampai uang dirham terakhir. Setelah itu barulah Rasulullah ﷺ pulang ke rumah dengan perasaan lega dan tidur di atas kasur berupa sehelai kulit binatang yang berisi kulit kurma.
Bunda Aisyah berkata bahwa setiap kali makan Rasulullah ﷺ selalu merasa puas dan bersikap sederhana. Setiap kali pula beliau bersabda,
"Cukuplah untuk anak Adam beberapa suap yang dapat menegakkan kembali punggungnya."
Lama setelah Rasulullah ﷺ wafat, Anas yang pernah menjadi pelayan Rasulullah ﷺ berkata,
"Saya sama sekali tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ dibuatkan roti dari tepung halus."
"Jadi Rasulullah ﷺ tidak pernah makan roti halus?" tanya Suhail bin Saad.
"Rasulullah ﷺ tidak pernah melihat roti dari tepung halus sejak Allah mengutusnya sampai mewafatkannya."
Inilah sikap zuhud yang diajarkan Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ tidak bermaksud mengajarkan kita untuk menyia-nyiakan harta atau mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah, yaitu berupa perhiasan dan kesenangan.
Menurut Alquran naluri manusia itu senang pada harta. Lebih lanjut Alquran mengajarkan kepada kita bahwa harta adalah titipan dari Allah, perhiasan hidup, ujian keimanan, bekal ibadah, dan nikmat yang harus disyukuri.

Kesederhanaan Rasulullah
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Zuhud terhadap dunia bukanlah dengan cara mengharamkan yang halal maupun menyia-nyiakan harta, melainkan jika kamu lebih kuat mempercayai apa yang ada pada kekuasaan Allah daripada apa yang ada pada tanganmu.
Hendaklah kamu lebih menyukai pahala musibah apabila ia mengenai kamu daripada terhadap musibah itu sendiri sekiranya ia tetap ada padamu. Hal itu karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-nya kepadamu."
Rasulullah ﷺ sangat menyukai kebersihan, keharuman, dan keadaan yang baik serta menginginkan itu. Suatu ketika datanglah seorang laki-laki menemui Rasulullah ﷺ dalam keadaan yang tidak rapi rambut, dan janggut nya terlihat kusut dan acak-acakan. Maka Rasulullah ﷺ memberi isyarat agar laki-laki itu memperbaiki penampilannya. Orang itu segera pulang dan merapikan rambut serta janggutnya.
Ketika  bertemu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam lagi beliau bersabda,
"Bukankah begini ini lebih baik daripada seseorang di antara kamu datang sedang rambut di kepalanya tidak rapi seperti setan?"
Jika Rasulullah ﷺ melihat orang berpakaian kotor beliau bertanya, "Tidakkah orang ini menemukan sesuatu untuk mencuci pakaiannya?"
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 5
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Kerendahan Hati dan Kemudahan Rasulullah
Sifat Rasulullah ﷺ yang lain adalah kerendahan hatinya dan kemudahan beliau dalam berurusan dengan orang lain.
Setelah Thaif ditaklukan tentara Islam, Adiy bin Hatim sempat lari ke Romawi. Namun akhirnya Ia memutuskan untuk menemui Rasulullah ﷺ di Madinah.
Adiy menuturkan, "Ketika saya menemui Muhammad, dia tengah berada di masjid. Saya salami dia dan dia bertanya, "Siapakah engkau?"
"Adiy bin Hatim," sahutku.
"Muhammad berdiri dan membawa aku ke rumahnya. Demi Allah aku merasa kagum ketika tiba-tiba seorang perempuan tua memintanya berhenti dan dia pun berhenti. Kemudian beliau berdiam diri cukup lama untuk mendengarkan perempuan tua itu mengutarakan keinginannya. Aku berkata dalam hati, "Demi Allah, ia bukan seorang raja."
"Seterusnya, Rasulullah ﷺ mengajakku masuk ke rumahnya. Beliau mengambil bantal yang terbuat dari kulit binatang berisi kulit kurma dan memberikannya kepadaku sambil berkata, "Duduklah di sini."
Melihat dia sendiri duduk di lantai aku menyahut, "Sebaiknya Tuanlah yang patut duduk di situ."
"Sebaiknya anda," katanya.
Saya berkata lagi dalam hati, "Demi Allah ini bukanlah sikap seorang raja."

Setelah bercakap-cakap, sadarlah Adiy bahwa orang ada di hadapannya adalah utusan Allah.
"Ya Adiy," panggil Rasulullah ﷺ selanjutnya,
"Boleh jadi anda akan masuk agama ini tidak lain karena anda menyaksikan kefakiran mereka.  Maka demi Allah sesungguhnya sebentar lagi harta akan membanjir kepada mereka, sehingga tidak ada orang yang mau mengambilnya, anda masuk agama ini karena Allah melihat banyak musuh mereka, sedang jumlah mereka sedikit. Maka demi Allah Sesungguhnya hampir tiba saatnya ada seorang wanita keluar dari Qadisiyah dan berkunjung ke Ka'bah tanpa merasa takut. Anda merasa enggan karena anda tidak melihat raja di lingkungan mereka. Namun demi Allah akan segera tiba saatnya istana-istana putih di Babilonia takluk kepada mereka."
Adiy bin Hatim masih hidup di kemudian hari, ketika menyaksikan kebenaran kata-kata Rasulullah ﷺ itu.
Begitu indah akhlak yang diajarkan Rasulullah ﷺ sehingga kita dilarang membalas penghinaan dengan penghinaan pula.
Hadis riwayat Abu Daud beliau bersabda,
"Jika engkau dicaci-maki atau dihina dari hal apa yang diketahui tentang dirimu, janganlah pula engkau menghina dari hal apa yang kau ketahui tentang dirinya sebab hal seperti itu adalah bahaya terhadapnya."

Keramahan dan Kemudahan  Rasulullah
Kisah berikut ini juga merupakan contoh betapa rendahhatinya Rasulullah ﷺ .
Jabir bin Abdullah berkata,
"Di Madinah ada seorang Yahudi, ia memberikan pinjaman kepada saya dengan jaminan buah kurma yang masih menunggu saat petiknya tiba.
Namun pada tahun itu kurma terlambat berbuah, maka ketika orang Yahudi itu datang kepadaku pada musim petik, aku tak punya apa-apa untuk membayar. Aku minta dia menunggu, tapi dia tidak mau. Maka hal itu saya adukan kepada Rasulullah ﷺ .
Beliau bersabda kepada para sahabat,
"Berangkatlah kalian. Kita tidak akan meminta tangguh kepada orang Yahudi itu untuk Jabir. Para sahabat datang menemui saya di kebun kurma, mulailah Rasulullah ﷺ Alaihi Wasallam berbicara pada Yahudi itu. Maka si Yahudi berkata kepada beliau, "Abdul Kosim, Aku tidak mau menangguhkan dia."
Rasulullah ﷺ bangkit dan berjalan-jalan sebentar mengitari kebun. Kemudian beliau datang lagi kepada Yahudi itu dan mengajaknya berbicara. Namun dia tetap tidak mau.
Saya bangkit membawa sedikit kurma yang belum masak, lalu saya letakkan di hadapan Rasulullah ﷺ. Beliau makan kemudian berkata, "Di mana tempatku berteduh,  Hai Jabir?"
Beliau saya beritahu maka sabdanya, "Berilah saya tikar di tempat itu." Saya  menggelar sehelai tikar. Rasulullah ﷺ pun masuk, lalu tidur. Kemudian beliau bangun. Untuk selanjutnya diserahkan kepada beliau segenggam kurma yang lain, lalu dimakannya. Kemudian beliau bangkit. Diajaknya Yahudi itu berbicara lagi. Kali ini pun tetap menolak permintaan beliau. Maka beliau berkata kepadaku
"Hai Jabir, tebanglah kurmamu dan lunasi hutangmu."
Jabir melaksanakannya dan Allah kemudian memberi berkah kepadanya. Ia dapat melunasi hutang dan masih memiliki kelebihan pula.
Demikianlah betapa mudahnya dan ramahnya sikap Rasulullah ﷺ dalam mendamaikan Yahudi itu dengan Jabir. Beliau makan dan tidur juga dengan penuh kesopanan. Maka tatkala dirasa bahwa beliau tidak bisa menurunkan ketegangan orang Yahudi itu. Beliau pun hanya menyuruh sahabatnya melunasi kewajibannya saja.
Rasulullah ﷺ mengajarkan agar orang muslim bermartabat yang baik. Sebagaimana telaga di kaki gunung pada musim kemarau, ia tidak kering, pada musim hujan tidak banjir. Ia tetap tenang dalam semua musim, hujan maupun panas atau seperti laut yang bisa menerima dan menampung apa saja namun pada suatu saat ia juga bisa menghancurkan apa saja.
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 7
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Kerendahan Hati dan Kemudahan Rasulullah
Rasulullah ﷺ adalah manusia terhormat yang justru tidak ingin diperlakukan secara berbeda dari orang lain.
Dalam sebuah kisah perjalanan jarak jauh bersama para sahabat Rasulullah ﷺ bangkit mencari kayu bakar. Ketika itu mereka sedang beristirahat para sahabat berusaha mencegah dan ingin beliau tetap beristirahat. Namun Rasulullah ﷺ tidak mau dicegah karena Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى membenci orang yang menganggap dirinya lebih tinggi daripada teman-temannya.
Pernah seorang Arab badui berdiri di hadapan beliau dengan tubuh gemetar karena takut. Namun, beliau menenangkan orang itu dan mengatakan bahwa beliau hanyalah anak dari seorang perempuan Quraisy yang memakan dendeng.
Pada saat lain Rasulullah ﷺ mendatangi sekelompok sahabat sambil bertopang pada sebatang tongkat. Serentak para sahabat berdiri hendak memberi hormat, namun beliau bersabda janganlah kalian berdiri seperti orang-orang asing itu berdiri ketika sebagian memberi hormat kepada sebagian yang lain.
Beliau juga tidak menyukai tangannya dicium sebagai bentuk hormat karena itu juga menyerupai budaya orang asing. Itu pun beliau larang. Rasulullah ﷺ juga tidak suka segala macam gelar. Ketika menerima delegasi dari bani Amir, mereka berkata kepada beliau, "Engkau Tuan kami."
Maka jawab Rasulullah ﷺ, "Yang dipertuan adalah Allah."
Mereka berkata pula, "Engkaulah orang paling mulia di antara kami dan yang terbesar kekuasaannya."
Beliau menjawab,
"Berbicaralah sesukamu tapi jangan sekali-kali kamu mau dipermainkan setan."
Abubakar bercerita, "Ada seorang laki-laki menyanjung laki-laki yang lain di sisi Rasulullah ﷺ. Maka beliau bersabda, "Celaka engkau telah kau patahkan leher sahabatmu!"
Maksud Rasulullah ﷺ adalah, jika kita memuji-muji seseorang, besar kemungkinan orang yang kita puji akan takjub kepada dirinya sendiri dan menjadi sombong. Itulah yang membinasakan dia seolah-olah seperti dipatahkan lehernya.
Suatu hari Hafsah menceritakan bahwa alas tempat tidur Rasulullah ﷺ adalah dua lapis. Pada suatu hari tanpa sepengetahuan beliau kami jadikan empat lapis keesokan harinya Rasulullah ﷺ memperingatkan kami agar perbuatan itu jangan sampai terulang lagi. Biarkanlah tempat tidurku tetap dengan dua lapis saja. Akibat empuknya kasur Itu menghalangi shalatku semalam.
Rasulullah ﷺ adalah orang yang penuh dengan kerendahan hati, sempurna budi pekertinya. Beliau selalu mulai mengucapkan salam kepada orang lain dan menaruh perhatian sepenuhnya kepada orang yang mengajaknya bicara, bahkan walau yang sedang diajak bicaranya adalah anak kecil.
Apabila berjabat tangan Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling akhir menarik tangannya, sedangkan jika bersedekah beliau sendirilah yang menyerahkan ke tangan Si Miskin.
Rasulullah ﷺ begitu rendah hati dan amat santun kepada orang lain. Jika sedang menerima tamu, beliau baru duduk setelah semua tempat duduk telah ditempati oleh para tamunya. Beliau tidak pernah menghindari bekerja yang harus beliau lakukan untuk memenuhi kebutuhan beliau sendiri atau memenuhi kebutuhan sahabat dan para tetangganya.
Beliau sering terlihat membawa barang dagangannya ke pasar. Jika ada orang yang hendak membantu, beliau menolak dengan halus.
"Sayalah yang lebih berhak membawanya."
Rasulullah ﷺ sama sekali tidak merasa enggan melakukan pekerjaan kasar seperti menggali parit dalam Perang Khandaq. Pada saat itu Rasulullah ﷺ adalah panglima perang. Seorang Panglima biasanya tidak melakukan pekerjaan seorang prajurit.
Pakaian beliau sama dengan pakaian orang-orang lain di sekitarnya dan itu tidak pernah berubah walaupun kemudian beliau sudah memerintah seluruh Jazirah Arab tempat tinggal beliau adalah gambar-gambar sederhana yang dibangun dari batu bata antara kamar satu dengan lainnya hanya dibatasi dinding dari pelepah kurma yang dicampur tanah yang di tutup dengan kulit dari kain hitam dari bulu binatang.
Pergaulan antara Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya berlangsung dalam suasana santun penuh cinta dan kepatuhan yang sempurna. Beliau tidak sombong, tetapi juga tidak suka jika ada orang yang bersikap kurang ajar. Sering kali beliau menerangkan kepada para sahabat tentang bagaimana mereka mestinya bertindak tanduk dan bicara di hadapan beliau.
Semua ini tidak mengurangi kewibawaan Rasulullah ﷺ sebagai seorang pemimpin, bahkan orang berkata tentang beliau.
"Semua orang yang melihatnya untuk pertama kali akan merasa hormat dan orang yang telah bergaul dengannya akan mencintainya."
Rasulullah ﷺ tidak mau dibedakan dari para sahabatnya yang lain. Beliau makan bersama-sama para pemuda. Beliau duduk bersama fakir miskin. Beliau tidak suka ada yang mengiringinya dari belakang dan mengawalnya jika berjalan karena tidak ada yang ditakutinya selain Allah. Kepada Allah beliau berserah diri.

Rasulullah ﷺ bergaul dengan semua orang, baik orang Merdeka maupun hamba sahaya, baik laki-laki maupun perempuan, orang kaya maupun orang miskin. Beliau menjahit sendiri pakaian yang robek, membetulkan sandal, melayani diri sendiri, beliau menonton untanya sendiri, makan bersama para pelayan, serta selalu siap menolong orang lemah dan miskin.
Seluruh kehidupan Rasulullah ﷺ merupakan sebuah lukisan tentang kesederhanaan.
Kecintaan orang kepada Rasulullah ﷺ adalah karena sikapnya yang penuh kasih sayang sabar mengutamakan orang lain serta dermawan tanpa batas.Tidak pernah beliau menolak permintaan tolong orang lain siapa pun orang itu beliau tidak pernah menunjukkan wajah tidak suka menerima hadiah yang bagaimanapun remehnya. Tidak pernah beliau menonjolkan diri sendiri dalam setiap majelis, bahkan beliau melarang orang berlagak fasih jika berbicara seperti yang beliau sabdakan,
"Barangsiapa belajar kecakapan berbicara untuk memikat hati orang, maka Allah tidak akan menerima kecakapan dan usahanya pada hari kiamat."
Setiap orang yang berada di sisi beliau selalu merasa jadi orang yang paling istimewa karena limpahan perhatian yang beliau berikan jika bertemu dengan seorang yang sedang gembira dan mengalami keberhasilan beliau pegang tangan orang itu dan ikut bergembira bersamanya.
Sedang terhadap orang yang sedang terkena musibah dan bersedih hati, beliau adalah orang yang ikut merasakan dengan kasih yang amat sangat dan membantunya dengan baik, pada musim-musim paceklik, beliau membagikan makanan unfurl orang lain.
Pikiran beliau senantiasa disibukkan untuk menyejahterakan dan membahagiakan orang-orang di sekelilingnya.
Sesungguhnya orang yang paling aku sukai dan duduk paling dekat kepadaku pada hari kiamat adalah orang-orang yang baik budi pekertinya di antara kalian, demikian sabda Rasulullah ﷺ ,
"Sedangkan orang-orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang tsartsar, mutasyaddiq, dan mutafaihiq.
Tsartsar adalah mereka yang bicara terbanyak di buat-buat.
Mutasyaddiq adalah mereka yang berbicara sepenuh mulut, berlagak fasih dan minta dihormati.
Mutafaihiq adalah orang-orang yang sombong.
Limartin dalam bukunya Catatan Sejarah menulis Muhammad Agung karena sejarah telah mencatat: tujuan yang agung, sarana yang sederhana, hasil yang mengejutkan, adalah tiga kriteria kejeniusan manusia.
Siapa yang berani membandingkan orang besar mana pun pada abad modern ini dengan Muhammad.
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 8
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Pengabdian dan Ibadah Rasulullah
Betapa sibuk Rasulullah ﷺ. Beliau kini memimpin negara Islam yang masih muda. Sementara itu beliau juga menanggung banyak keluarga fakir. Membina umat terus-menerus mengirimkan delegasi kepada raja-raja untuk mengajak mereka kepada Islam, memimpin pasukan, berdebat dengan para pemeluk agama lain yang membenci Islam, mengatur dengan cermat penarikan tentara, mengirim para pegawai, memungut harta kekayaan, dan membagi-bagikannya dengan adil.
Namun semua kesibukan itu tidak mengurangi ibadah ritual beliau. Begitu cinta Rasulullah ﷺ kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى sampai kaki beliau bengkak-bengkak pada saat melaksanakan shalat malam.
Ibnu Mas'ud bertutur, "Pada suatu malam, saya sholat bersama Rasulullah ﷺ. Beliau berdiri terus sampai aku berniat melakukan sesuatu yang buruk."
"Apa yang anda niatkan?" tanya seseorang kepada Ibnu Mas'ud.
"Saya berniat akan duduk saja membiarkan Rasulullah ﷺ berdiri terus."
Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah berkata kepadanya,
"Shalat yang paling disukai Allah ialah sholat tahajud dan shaum yang paling disukai Allah ialah shaum daud. Dia tidur separuh malam dan melakukan sholat sepertiganya, lalu tidur seperenamnya, dan bershaum sehari dan berbuka sehari."
Demikian terpaut hati Rasulullah ﷺ kepada Allah sehingga bila menyebut nama Allah dalam setiap perbuatan yang beliau kerjakan. Dalam shalatlah beliau menemukan kesenangan.
Tidak ada pahlawan lain di dunia ini yang memadukan kegiatan dunia dan akhirat dengan begitu sempurna seperti Rasulullah ﷺ. Karena itulah beliau tidak menyukai jika ada umatnya yang cenderung mengejar dunia, harta atau sebaliknya cenderung mengabaikan kehidupan dunia demi beribadah semata-mata, seperti yang dapat kita lihat dari kisah berikut ini.
Suatu ketika Rasulullah ﷺ menerima uang sejumlah 90.000 dirham. Uang itu beliau letakkan di atas tikar dan dibagi-bagikan kepada orang banyak hingga habis tak satu sen pun beliau ambil. Puncak kedermawanan beliau adalah perasaan sangat malu jika tidak dapat memberikan sesuatu kepada orang yang datang meminta bantuan. Beliau yang merasa malu melepaskan seseorang dengan tangan hampa.

Dalam suatu perjalanan bersama Rasulullah ﷺ seorang sahabat melihat sebuah gua yang amat jarang ditemui di Jazirah Arab yang tandus.  Di samping gua tersebut terdapat sebuah sumber air dan tanaman yang hijau begitu indah dan segar.
Hati sahabat tersebut tertarik,
"Aku akan menggunakan tempat ini untuk menyendiri dan beribadah."
Mendengar hal itu Rasulullah ﷺ marah beliau bersabda kepada orang itu bahwa beliau tidak membawa agama Yahudi atau Nasrani yang mempersilahkan umatnya menjadi rahib.
Agama yang dibawa Rasulullah ﷺ ialah agama Ibrahim yang mudah dan gampang. Beberapa kali beliau menegur sahabat-sahabat lainnya yang serupa, karena bersemangatnya malah ada sahabat yang pantang makan daging.
Di samping itu ada saat-saat tertentu ketika orang yang tidak melakukan ibadah tertentu malah mendapat pujian dari Rasulullah ﷺ. Annas menuturkan, kami dalam suatu perjalanan bersama Rasulullah ﷺ. Di antara kami ada yang bershaum dan ada yang tidak.
Pada suatu hari panas sampailah kami ke suatu tempat. Di antara kami yang paling banyak mendapatkan keteduhan ialah mereka yang membawa kain, tapi di antara kami ada pula yang berlindung hanya dengan tangannya dari sengatan matahari.
Orang-orang yang shaum berjatuhan, sedangkan mereka yang tidak shaum tetap bisa berdiri. Mereka bisa membantu orang-orang yang kelelahan dan memberi minum para musafir. Maka Rasulullah ﷺ bersabda,
"Pada hari ini orang-orang yang tidak sahur pergi membawa pahalanya."
Rasulullah ﷺ bersabda kepada para sahabat bahwa Allah memberi beliau kekuatan untuk melakukan ibadah yang melebihi manusia mana pun. Karena itu beliau tidak menghendaki agar para sahabat berlebih-lebihan dalam ibadah sampai melupakan urusan sehari-harinya.
Allah telah berfirman,
وَ ابۡتَغِ فِیۡمَاۤ اٰتٰىکَ اللّٰہُ الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰہُ اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
{Al-Qasas (القصص) / 28:77}
Meski Rasulullah telah mengajarkan demikian masih ada sahabat yang melakukan ibadah berlebihan.
Rasulullah ﷺ mengingatkan kepada kita apabila seorang muslim ditimpa suatu musibah, akan terhapus dosanya seperti bergugurannya daun dari pohonnya. Sesungguhnya senjata ampuh seorang mukmin adalah bersabar dan berdoa.

Suatu hari Salman Al-Farisi berkunjung ke rumah Abu Darda. Mereka berdua adalah dua orang yang dipersaudarakan Rasulullah ﷺ di Madinah. Salman Al Farisi melihat istri Abu Darda memakai pakaian yang compang-camping.
"Kenapa?" tanya Salman heran kepada istri Abu Darda.
"Saudaramu Abu Darda  tidak lagi memiliki perhatian kepada dunia," jawabnya.
Kemudian Abu Darda menyuguhkan makanan untuk Salman sambil berkata, "Makanlah, sesungguhnya saya sedang shaum."
"Aku mau makan kecuali jika kaupun mau," jawab Salman. Abu Darda terperangah tapi akhirnya ia menurut dan ikut makan malam.
Tengah malam, Abu Darda  melakukan shalat Salman Al Farizi menunggu. "Tidurlah sudah ada yang menunggu kamu".
Tak lama kemudian ia bangun dan shalat lagi untuk kedua kalinya. Salman meminta Abu Darda tidur dan kembali ia menurut.
Menjelang malam berakhir  Salman Al Farizi membangunkan Abu Darda dan mereka berdua mengerjakan shalat tahajud. Setelah itu Salman memberi nasihat,
"Sesungguhnya Tuhanmu memiliki hak yang wajib kamu penuhi, dirimu memiliki hak yang wajib kamu penuhi, dan keluargamu juga punya hak yang wajib kamu penuhi, maka kepada yang masing-masing punya hak berikanlah haknya itu."
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 9
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Pengabdian dan Ibadah Rasulullah
Abu Darda datang kepada Rasulullah ﷺ dan menanyakan apa yang didengarnya dari Salman. Maka beliau bersabda, "Salman benar."
Ada 3 orang sahabat mendatangi istri-istri Rasulullah ﷺ. Mereka menanyakan ibadah beliau. Setelah mendapat penjelasan ketiganya saling berjanji untuk beribadah sekuat tenaga.
"Saya akan melakukan shalat malam tanpa tidur buat selamanya," kata yang satu.
"Aku akan shaum terus-menerus," sambut yang lain.
"Saya akan menghindari wanita dan tidak beristri buat selamanya," tekad yang ketiga.
Maka Rasulullah ﷺ mendatangi mereka dan bersabda, "Demi Allah, Sesungguhnya akulah orang yang paling takut kepada Allah dan paling taqwa kepadaNya akan tetapi aku shaum dan berbuka, aku sholat malam dan juga tidur, dan aku menikahi para wanita. Siapa pun yang tidak menyukai apa yang aku lakukan maka ia bukan dari golongan Rasulullah ﷺ."
Rasulullah ﷺ bersabda, "Bagi seorang muslim semua kehidupan ini adalah rahmat. Hanya orang yang beriman sajalah yang merasakan hal ini. Jika kebahagiaan datang kepadanya dan ia bersyukur niscaya ia akan menerima lebih banyak lagi rahmat dan barokah dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Demikian pula sebaliknya jika ia menerima kesengsaraan dan musibah dengan sabar, niscaya dia akan menerima lagi rahmat dan barokah dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى karena kesabarannya.

Sikap Memberi Maaf dan Kebebasan
Memaafkan orang yang telah menyakiti kita adalah sebuah sikap yang diajarkan Rasulullah ﷺ. Beliau memaafkan Abu Sufyan padahal orang itu telah menghina dan menganiaya beliau sampai keterlaluan.
Beliau juga memaafkan penduduk kota Thaif, padahal mereka melempari beliau dengan batu sampai darah beliau bercucuran. Bukan itu saja, ketika Jibril menawarkan diri untuk menimpakan gunung kepada penduduk Thaif, Rasulullah ﷺ menolaknya dan justru mendoakan kebaikan buat mereka.
Rasulullah ﷺ juga memaafkan si budak hitam yang membunuh pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib dengan cara pengecut. Dengarlah penuturan Wahsyi bin Harb sendiri.
"Seusai penaklukan kota Mekah dan Thaif, Saya berangkat sampai akhirnya saya tiba di tempat Rasulullah ﷺ maka beliau terus memperhatikan saya yang tetap berdiri tepat dihadapan beliau sambil mengucapkan syahadat dengan sungguh-sungguh. Setelah beliau mengenali saya, beliau  menegur, "Wahsyi kah engkau?"
"Betul ya Rasulullah," jawab saya.
"Duduklah!" beliau mempersilahkan.
"Ceritakan kepadaku Bagaimana ketika engkau membunuh Hamzah."
Sikap Memberi Maaf dan Kebebasan
Lalu, aku ceritakan kepada beliau. Dan setelah habis ceritaku, maka kata beliau,
"Celaka engkau! Sembunyikan wajahmu dariku sehingga aku tak lagi melihatmu!"
"Maka aku pun selalu menghindar dari pandangan Rasulullah ﷺ sehingga beliau tidak melihat aku sampai Allah memanggil beliau kehadirat-Nya."
Begitulah cara Rasulullah ﷺ menahan keinginan untuk membalas dendam dan memilih untuk memaafkan. Padahal ketika itu para sahabat yang juga sangat menyayangi Hamzah lebih suka melihat darah Wahsyi mengalir sebagaimana dulunya mengalirkan darah Hamzah dengan tombaknya.
Allah berfirman,
خُذِ الۡعَفۡوَ وَ اۡمُرۡ بِالۡعُرۡفِ وَ اَعۡرِضۡ عَنِ الۡجٰہِلِیۡنَ
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
{Al-A'raf (الأعراف) / 7:199}
Rasulullah ﷺ menjelaskan arti wahyu di atas dengan sabdanya,
"Hubungi orang yang memutuskan kamu dan beri maaf orang yang menganiaya dirimu."
Rasulullah selalu bersegera mengerjakan semua pekerjaan yang dapat beliau kerjakan dan tidak menundanya sampai keesokan harinya. Beliau  tidak memerintah orang mengerjakan sesuatu sebelum ia sendiri mengerjakan terlebih dahulu.

Rahmat dan Kebaikan Rasulullah
Satu lagi sifat Rasulullah ﷺ yang tidak ditemukan pada pahlawan terbesar dari mana pun adalah kasih sayang dan kebaikan beliau kepada fakir miskin. Beliau bersabda,
"Sesungguhnya kebaikan itu menuntun menuju surga. Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya kamu disayangi oleh siapa saja yang ada di langit. Allah tidak menyayangi orang yang tidak sayang kepada sesama. Orang-orang yang pengasih, mereka disayangi oleh Allah yang Maha Pengasih, rahmat itu hanya akan dicabut dari seseorang yang tiada berbudi."
Kasih sayang Rasulullah ﷺ merata kepada setiap orang. Kebaikan hati beliau bukan hanya sampai kepada orang-orang beriman tetapi juga kepada mereka yang masih musyrik. Namun dari semua itu, orang-orang fakir dan orang-orang lemah adalah manusia-manusia yang paling dekat kepada hati beliau yang besar dan penuh kasih.
Bunda Aisyah meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ berdoa,
"Ya Allah hidupkanlah aku sebagai seorang miskin, matikanlah aku sebagai seorang miskin, dan kumpulkanlah aku dalam golongan orang-orang miskin."
"Mengapa ya Rasulullah?" tanya bunda Aisyah.
Sabda Rasulullah ﷺ, "Karena sesungguhnya mereka itu masuk surga 40 tahun lebih dulu sebelum orang-orang kaya. Hai Aisyah janganlah engkau menolak orang miskin meski dengan sebiji kurma. Cintailah orang miskin dan dekatkan mereka kepadamu niscaya Allah mendekatkan kamu kepadanya pada hari kiamat."

Rahmat dan Kebaikan Rasulullah
Hidup Rasulullah ﷺ selalu berhubungan dengan orang-orang fakir. Apa pun yang ada di dalam rumah dan tangan beliau adalah untuk mereka.
Suatu hari Rasulullah ﷺ sedang duduk bersama para sahabatnya, lewatlah seorang laki-laki berpakaian Indah. Rasulullah ﷺ bertanya,
"Bagaimana pendapatmu tentang orang ini?"
"Dia adalah laki-laki bangsawan, demi Allah jika orang seperti ini meminang sepantasnya dinikahkan dan jika memberi pertolongan terimalah pertolongannya," jawab sahabat.
Rasulullah ﷺ diam saja. Tidak lama kemudian lewatlah seorang laki-laki berpakaian sederhana. Rasulullah ﷺ bertanya lagi,
"Bagaimana pendapatmu mengenai orang ini?"
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 10
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rahmat dan Kebaikan Rasulullah
Suatu hari Rasulullah ﷺ sedang duduk bersama para sahabatnya, lewatlah seorang laki-laki berpakaian Indah. Rasulullah ﷺ bertanya,
"Bagaimana pendapatmu tentang orang ini?"
"Dia adalah laki-laki bangsawan, demi Allah jika orang seperti ini meminang sepantasnya dinikahkan dan jika memberi pertolongan terimalah pertolongannya," jawab sahabat.
Rasulullah ﷺ diam saja. Tidak lama kemudian lewatlah seorang laki-laki berpakaian sederhana. Rasulullah ﷺ bertanya lagi,
"Bagaimana pendapatmu mengenai orang ini?"
Para sahabat menjawab dia seorang laki-laki muslim yang fakir. Demi Allah orang seperti ini jika meminang sepatutnya jangan dinikahkan, jika memberi pertolongan jangan diterima pertolongannya, jika berbicara jangan didengar kata-katanya.
Maka Rasulullah ﷺ bersabda, "Orang inilah yang lebih baik daripada sepenuh bumi dibandingkan orang pertama."
Beliau selalu merasa gembira jika orang-orang fakir berkumpul ke tempat beliau. Seringkali orang-orang Quraisy justru menghina beliau karena beliau demikian hormat kepada orang miskin dan karena beliau mau pergi bersama-sama mereka ke Masjidil Haram.
Orang-orang Quraisy itu mencemooh,
"Orang-orang macam ini kah yang diberi anugerah oleh Allah, sementara kita tidak."
Namun tidak ada yang bisa menghalangi kasih sayang Rasulullah ﷺ kepada fakir miskin. Abdullah bin Amru bin Ash pernah melihat Rasulullah ﷺ masuk di masjid. Di tempat itu beliau duduk bersama orang-orang fakir dan menggembirakan mereka dengan surga yang akan mereka peroleh.

Tampaklah wajah mereka begitu bahagia. Semua duka seolah terusir dari hati mereka buat selama-selamanya. Maka Abdullah berkata sambil menundukkan kepala,
"Saya sedih sekali karena tidak termasuk salah seorang dari mereka."

Rasulullah ﷺ pernah melihat Sa'ad bin Abi Waqqash bersikap sombong terhadap orang-orang miskin. Maka Rasulullah ﷺ menegurnya.
Beliau mengatakan bahwa apapun yang Sa'ad peroleh baik berupa kekayaan atau kemenangan perang, tidak lain adalah jasa orang-orang fakir itu juga.
Sabda beliau,
"Carilah untukku orang-orang yang lemah di antara kamu karena sesungguhnya kalian mendapat rezeki dan kewenangan tidak lain adalah karena orang-orang lemah dari kalian."
Apa yang dikatakan Rasulullah ﷺ kemudian terbukti, ketika benar-benar memimpin pasukan orang-orang fakir dan lemah itu untuk menaklukkan negara adikuasa Persia. Ia menaklukkan tentara Persia yang dipimpin Rustum dan menduduki negeri para Kaisar. Padahal sebelumnya, sebagian bangsa Arab adalah rakyat jajahan Persia.
Rasulullah ﷺ pernah berdoa,
"Ya Allah aku hamba-Mu yang menderita fakir yang penuh harap, yang memohon perlindungan yang takut kepadamu, yang mengakui semua dosa. Aku meminta sebagaimana orang miskin meminta kepada-Mu. Aku berlutut sebagaimana seorang berdosa lagi hina berlutut kepada-Mu. Aku mohon sebagaimana hamba yang takut penuh penyerahan kepada-Mu dengan bercucuran air mata, yang membungkukkan tubuhnya tanda kehinaan, yang mendekatkan dirinya ke bumi tanda penghambaan."

Pada suatu hari Rasulullah ﷺ ingat kepada seorang laki-laki hitam dia bertanya kepada orang-orang,
"Apa yang dikerjakan orang itu sekarang?"
Orang-orang menjawab,
"Dia telah meninggal dunia ya Rasulullah."
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Mengapa kalian tidak memberi tahu aku?"
Maka orang-orang itu menceritakan kehidupan si laki-laki hitam.
"Dia itu begini dan begitu," demikian kata mereka.
Cerita orang-orang itu merendahkan kedudukan si almarhum.  Namun Rasulullah ﷺ bersabda,
"Tunjukkan kepadaku kuburnya?" maka Rasulullah ﷺ mendatangi kubur orang hitam itu dan menshalatkannya.
Rasulullah ﷺ benar-benar berjuang untuk membebaskan budak dan mengangkat derajat mereka. Sebelum diangkat menjadi rasul, beliau pernah mempunyai seorang hamba sahaya yang kemudian menjadi sahabat besar, Zaid bin Haritsah.
Karena sayangnya Rasulullah ﷺ  kepada Zaid, beliau membebaskan Zaid dengan memilih ikut beliau atau kembali pulang bersama ayahnya yang sudah lama tidak ditemui. Zaid memilih ikut Rasulullah ﷺ.
Zaidlah yang diangkat Rasulullah ﷺ menjadi panglima perang melawan Romawi di Mu'tah. Jarang sekali dalam sejarah ada bekas budak yang diangkat menjadi seorang panglima perang melawan sebuah negara yang sangat kuat.

Rasulullah tidak cuma menyayangi Zaid, Rasulullah ﷺ juga mengasihi putra Zaid, Usamah bin Zaid. Beliau  juga mengangkat Usamah yang baru berusia 18 tahun untuk melawan Romawi. Padahal dalam pasukan itu banyak sekali para sahabat yang jauh lebih tua dan berpengalaman.
Demikianlah, Rasulullah ﷺ mengangkat derajat seorang hamba menjadi seorang yang sangat terhormat sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Abu Hurairah meriwayatkan  bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
"Apabila seseorang dari kamu sekalian dihidangi makanan oleh pelayannya,  Maka kalau pelayan itu tidak kamu ajak duduk bersama, berilah dia 1 atau 2 suap makanan itu."
Muawiyah bin Suwaid berkata,
"Kami anak-anak Muqrim yang pada masa hidup Rasulullah ﷺ hanya mempunyai seorang pelayan saja. Ketika salah seorang di antara kami menempelengnya, Rasulullah ﷺ bersabda,
"Merdekakanlah dia!"
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Barangsiapa yang suka menyebutkan keunggulan nama Allah seperti tahlil, takbir, dan tahmid, maka semua bacaan itu akan menari-nari di sekitar Arasy Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, dengan berdengung seperti lebah menyebut nama pemiliknya. Tidakkah kamu ingin memiliki sesuatu yang menjadi penyebutnya?"

Abu Mas'ud berkata,
"Pernah saya memukul seorang budak saya dengan cambuk.Maka terdengar oleh saya sebuah suara dari belakang ternyata Rasulullah ﷺ."
Beliau mengatakan,
"Ketahuilah hai Abu Mas'ud sesungguhnya Allah itu lebih berkuasa atas dirimu daripada kekuasaan atas budak ini."
Begitu sayang Rasulullah ﷺ kepada sesama, sampai beliau tidak tahan jika ada orang memanggil budaknya dengan sebutan, Amaati (wahai hamba perempuanku) atau Abdi (wahai hamba laki-lakiku). Beliau segera melarang kaum muslimin mengucapkan kata-kata itu.
Beliau mengajarkan para sahabat mengucapkan panggilan wahai Fataatii (Wahai pemudiku) atau Fataaya (wahai pemudaku) kepada para budak mereka.
Pendidikan dari Rasulullah  ﷺ ini yang mempercepat proses pembebasan para budak dan mempercepat persamaan antara manusia untuk mengalahkan rasa angkuh kesukuan dan kebanggsaan yang lazim berlaku pada saat itu.
Al Ma'ruf bin Suwaid berkata,
"Pernah saya melihat Abu Dzar mengenakan pakaian indah dan budaknya begitu juga. Maka saya tanyakan hal itu kepadanya."
Jawab Abu Dzar sama dengan Rasulullah ﷺ:
"Mereka adalah saudara-saudara kalian yang Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى serahkan mereka ke dalam tanggungan kalian. Maka barangsiapa menanggung saudaranya, hendaklah ia memberinya makan seperti yang dia makan, memberinya pakaian seperti yang dia pakai, dan jangan membebani mereka pekerjaan yang melampaui kemampuan mereka."


GUDANG DAKWAH ONLINE ISLAM   https://www.youtube.com/playlist?list=PLPTtU5jt9QhminoU9s2f2MATY_HBNrPzE

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAKI-LAKI IDAMAN

BAHASA ARAB YANG BIASA DIPAKAI SEHARI-HARI