KISAH RASULULLAH ﷺ

Ir. EKAJAYA
Bagian 158
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Nazak (sakaratul maut) سكرة الموت
Saat nazak mendatangi Rasulullah ﷺ,  Aisyah membiarkan Rasulullah ﷺ bersandar di dadanya. Hal ini dia  ceritakan olehnya:
"Sebenarnya di antara nikmat anugerah Allah kepadaku pada saat  Rasulullah meninggal di rumahku, di hari giliranku, di antara dada dan leherku, dan menautkan antara liurku dan liur  Rasulullah Ketika Rasulullah meninggal.
Sebelum itu Abdul Rahman bin Abu Bakar telah masuk ke kamar dengan memegang kayu suginya, dan aku membiarkan Rasulullah ﷺ bersandar, kulihat Rasulullah ﷺ memperhatikan ke arahnya, aku sadar bahwa Rasulullah ﷺ suka akan siwak (sugi) tersebut.
Maka aku bertanya: "Maukah aku ambil untukmu Rasulullah?" Rasulullah ﷺ pun mengangguk, kemudian aku berikan siwak kepada Rasulullah, tetapi siwaknya agar keras dan aku berkata: "Biarkan aku melunakkannya?"
Rasulullah menganguk, kemudian aku pun melembutkannya, kemudian Rasulullah ﷺ pun bersugi dengannya".
Dalam satu riwayat lain diriwayatkan, Rasulullah bersugi dengan sepuas-puasnya, pada waktu itu ada sebuah bejana berisi air di depan Rasulullah, Rasulullah memasukkan tangannya kemudian menyapukan air ke mukanya sambil berkata: "Sebenarnya kematian ini ada sakaratnya" - hadits.
Tidak berapa lama setelah Rasulullah selesai menyugi giginya, Rasulullah pun mengangkat tangannya dan jarinya menunjuk ke langit diikuti dengan renungan mata yang sayu, disusuli dengan gerakan bibirnya.
Aisyah mendengar ungkapan terakhir yang dilafazkan oleh Rasulullah ﷺ seperti berikut:
"Bersama-sama dengan mereka yang telah Engkau karuniai dan golongan para nabi, siddiqin, syuhada' dan salihin, Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah aku dan kasihanilah aku, letakkanlah aku dengan Kekasih yang Tertinggi, Ya Allah Ya Tuhanku Kekasih yang Tertinggi.
"
Rasulullah mengulangi lafaz yang terakhir sebanyak tiga kali dan tangan Rasulullah pun layu turun ke bawah, maka Rasulullah pun kemudian bersama Kekasih Yang Tertinggi.
  انا لله وانا اليه راجعون
inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun
"Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kita kembali".
Al-Baqarah 156
Peristiwa meninggalnya Rasulullah ini terjadi pada saat pagi matahari sudah mulai naik, pada hari Senin dua belas (12) Rabiulawwal tahun kesebelas (11) Hijriah di waktu usia Rasulullah genap enam puluh tiga (63) tahun lebih empat (4) hari.

Kepiluan Menyelubungi Para Sahabat
Kini berita meninggalnya Rasulullah yang memilukan itu tersebar luas, suasana muram
menyelubungi tanah Madinah, kata Anas:
"Tidak pernah aku melihat satu hari lebih ceria dan bercahaya dari hari kedatangan Rasulullah ﷺ ke Madinah dan tidak pernah pula aku lihat satu hari yang lebih buruk dan muram dari hari meninggal Rasulullah ﷺ".
Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ puteri Rasulullah, Fatimah رضي الله عنه telah mengucapkan suatu ungkapan:
"Duhai ayahku, kau menyahut seruan Tuhanmu, duhai ayahku, syurga Firdaus akhirmu, duhai ayahku, kepada Jibril jua kami bertakziah mengenai kewafatanmu"
Sikap Umar
Di hari itu Umar telah berdiri di depan khalayak dan menurut riwayat menceritakan bahwa dia telah mengigau dengan berkata:
"Sebenarnya ada beberapa orang munafiqin telah menyebut bahwa Rasulullah telah wafat, sesungguhnya Rasulullah ﷺ tidak wafat, cuma dia pergi menemui Tuhannya seperti Musa bin Amran pergi menemui Tuhannya, Musa menghilang diri untuk selama empat puluh malam, kemudian Musa pulang kembali setelah orang berkata, ya Musa telah mati. Demi Allah, Rasulullah ﷺ pasti akan pulang kembali, siapa pun yang menyangka bahwa Rasulullah ﷺ telah wafat mesti dipotong tangan dan kaki-kaki mereka.
Pendirian Abu Bakar
Abu Bakar menyambuk kudanya, berlari dari rumahnya di Sanh, sesampainya di perkarangan masjid dia kemudian masuk ke dalam masjid. Tanpa bicara sepatah kata pun dengan orang banyak, dia memasuki kamar Aisyah menuju ke tempat Rasulullah yang sedang berbaring ditutup dengan kain. Dia membuka tutup muka Rasulullah ﷺ, kemudian memeluk dan mencium muka Rasulullah sambil menangis dan berkata:
"Demi dikaulah ibu ayahku, Allah tidak akan mengenakan kau dua kematian, adapun kematian yang telah ditentukan kepada mu ini sudah kau hadapinya".
Setelah itu Abu Bakar dan Umar keluar menemui orang banyak, Abu Bakar berkata:
"Wahai Umar silakan duduk" Namun Umar enggan untuk duduk. Orang banyak pun mengerumuni Abu Bakar dan membiarkan Umar di situ. Abu Bakar berkata kepada semua yang hadir:
"Setelah mengucap tahmid dan syukur maka ingin aku sampaikan di sini, siapa pun di antara kamu yang menyembah Muhammad sesungguhnya Muhammad telah meninggal dan siapa pun yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah itu hidup dan tidak akan mati ".
Kemudian dia membaca ayat Allah:
وَ مَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوۡلٌ ۚ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِہِ الرُّسُلُ ؕ اَفَا۠ئِنۡ مَّاتَ اَوۡ قُتِلَ انۡقَلَبۡتُمۡ عَلٰۤی اَعۡقَابِکُمۡ ؕ وَ مَنۡ یَّنۡقَلِبۡ عَلٰی عَقِبَیۡہِ فَلَنۡ یَّضُرَّ اللّٰہَ شَیۡئًا ؕ وَ سَیَجۡزِی اللّٰه الشّٰکِرِیۡنَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
{
Ali 'Imran (آل عمران) / 3:144}

Kata Ibn Abas: Demi Allah, pada waktu itu manusia banyak yang tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini kecuali setelah Abu Bakar membacanya, dengan itu orang banyak pun menerima dan membacanya.
Kata Ibn Musaiyab: Umar telah menyebut:
"Demi Allah, setelah aku mendengar apa yang disampaikan oleh Abu Bakar, kakiku merasa tidak berdaya lagi untuk berdiri, kemudian aku terkulai ke tanah, karena apa yang disampaikan oleh Abu Bakar itu, telah memastikan bahwa Rasulullah meninggal".

Bersambung
-
03:30
1/18/2018
YB2YY@Suprapto
-
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 159
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Kafan dan Persemayaman Tubuh Mulia ke Pembaringan Terakhir
Telah timbul selisih pendapat di antara para sahabat sebelum mengafani, mengenai siapa yang akan ditunjuk menjadi khalifah. Pembahasan dan perdebatan terjadi di antara kaum Muhajirin dan Anshor di halaman rumah Bani Sa'adah, yang akhirnya mereka semua setuju melantik Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah. Pembahasan dan perdebatan ini memakan waktu hingga petang di hari Senin, bahkan sampai masuk ke malam berikutnya, menyebabkan semua orang sibuk.
Pemakaman tubuh Rasulullah tertunda hingga ke malam Selasa bahkan hingga menjelang subuh hari berikut,  tubuh Rasulullah yang penuh berkah itu terletak di tempat tidurnya, tertutup dengan kain menyebabkan ahli keluarga Rasulullah menutup pintu rumahnya.
Pada hari Selasa barulah tubuh Rasulullah ﷺ dimandikan, tanpa membuka bajunya, mereka yang bertugas memandikan Rasulullah adalah Abbas, Ali, Fadhl dan Qatham (anak Abbas), Syaqran (hamba Rasulullah), Usamah bin Zaid dan Aus bin Khawli.
Abbas, Fadhl dan Qatham membalikkan badan Rasulullah, Usamah dan Syaqran menyiramkan air, Ali menggosoknya sedang Aus menyandarkan Rasulullah ke dadanya.
Kemudian mereka semua mengafani tubuh Rasulullah ﷺ dengan tiga lapis kain kafan berwarna putih tenunan dari Yaman, tidak berbaju atau berserban. Pengafanannya dilakukan dengan cermat dan hemat.
Terjadi perbedaan pendapat lagi mengenai tempat pemakaman jenazah Rasulullah ﷺ.
Abu Bakar berdiri dan berkata: "Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah ﷺ pernah berkata: Tidak dimatikan - nabi kecuali di tempat itulah ia disemayamkan".
Karena itu maka Abu Talhah pun mengangkat tempat tidur Rasulullah ﷺ dan menggalinya untuk liang lahad sebagai tempat penguburan.
Sebelum penggalian, kaum muslimin datang masuk membanjiri ke kamar Rasulullah ﷺ dengan bergantian sepuluh, sepuluh, untuk menunaikan sholat jenazah, masing-masing tanpa imam. Sebelumnya, keluarga Rasulullah telah menyolati almarhum, kemudian Muhajirin lalu diikuti oleh Anshor.
Kaum wanita sholat setelah kaum lelaki selesai, dan diakhiri oleh remaja dan anak-anak.
Kesemuanya ini diselenggarakan pada hari selasa sehari penuh, bahkan hingga ke malam Rabu.
Kata Aisyah: "Kami tidak menyadari akan pemakamannya, kecuali setelah kami mendengar suara cangkul menggali tanah di tengah malam yakni malam Rabu.

Muhammad ﷺ Nabi Yang Terakhir
Nabi Muhammad ﷺ adalah Nabi yang ter-akhir dan tidak akan ada Nabi setelahnya. Ini adalah kesepakatanumat Islam (ijma'). Di dalam agama pun merupakan hal harus dipercayai ('Aqidah).
Hadits Nabi:
"Aku dan Para nabi sebelumku 'ibarat satu bangunan yang dibangun oleh seorang laki-laki. Lalu ia memeliharanya dengan baik dan terus disempurnakan kecuali tempat sekeping batu-bata pada suatu sudut. Maka orang banyak datang mengelilinginya dan kagum melihat dan berkata mengapa tidak diletakkan sepotong batu-bata di tempat yang kosong itu, maka akulah batu-bata itu dan akulah yang paling akhir dari segala Nabi".
Ada kesinambungan dakwah Nabi Muhammad ﷺ dengan dakwah para Para nabi sebelumnya, Muhammad sebagai nabi terakhir melengkapi dakwah yang dilakukan oleh nabi-nabi sebelumnya, sebagaimana Hadits di atas. Ini jelas sekali bila melihat dakwah para nabi.
Semua Para nabi menyandarkan dua asas penting ini:
1. 'Aqidah kepercayaan.
2. Hukum dan akhlaq.
Dari segi aqidah kepercayaan tidak berubah sejak Nabi Adam 'Alaihi Sallam sampai ke zaman Nabi Muhammad ﷺ, Nabi yang terakhir, yaitu
kepercayaan kepada Allah Yang Esa. Mensucikan Allah dan percaya akan hari akhirat, hisab amalan manusia, syurga dan neraka.
Setiap Nabi menyeru kaumnya pada kepercayaan tersebut dan tiap Nabi juga membantu dan menegaskan apa yang dibawa oleh Nabi yang terdahulu.
Seluruh rangkaian utusan para nabi, semuanya menunjukkan kepada kita bahwa semua nabi di utus agar menyeru manusia kepada keimanan dengan Allah عز وجل Yang Esa, seperti yang dinyatakan dalam kitabnya:
شَرَعَ لَکُمۡ مِّنَ الدِّیۡنِ مَا وَصّٰی بِہٖ نُوۡحًا وَّ الَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ وَ مَا وَصَّیۡنَا بِہٖۤ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ مُوۡسٰی وَ عِیۡسٰۤی اَنۡ اَقِیۡمُوا الدِّیۡنَ وَ لَا تَتَفَرَّقُوۡا فِیۡہِ ؕ کَبُرَ عَلَی الۡمُشۡرِکِیۡنَ مَا تَدۡعُوۡہُمۡ اِلَیۡہِ ؕ اَللّٰہُ یَجۡتَبِیۡۤ اِلَیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ وَ یَہۡدِیۡۤ اِلَیۡہِ مَنۡ یُّنِیۡبُ
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
{Asy-Syura (الشورى) / 42:13}
Sehingga tergambar kepada kita bahwa para nabi itu tidak akan menyampaikan aqidah yang berlainan di antara satu dengan yang lain. Karena soal aqidah adalah soal wahyu.
Hukum (ahkam) bertujuan mengatur kehidupan manusia di dalam masyarakat. serta berguna bagi manusia. untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Utusan Allah yang terdahulu hanya diperuntukkan kaumnya saja, bukan utusan untuk seluruh manusia.
Apa yang dibawa oleh Nabi 'Isa lebih sederhana dari apa yang dibawa oleh Nabi Musa. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam kitab Alquran:
وَ مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیَّ مِنَ التَّوۡرٰىۃِ وَ لِاُحِلَّ لَکُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ حُرِّمَ عَلَیۡکُمۡ وَ جِئۡتُکُمۡ بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّکُمۡ ۟ فَاتَّقُوا اللّٰہَ وَ اَطِیۡعُوۡنِ
Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
{Ali 'Imran: 3: 50}

Bersambung
-
05:34
1/19/2018
YB2YY@Suprapto
-
Pengingat bagi yang sedang SAKIT

Sungguh luar biasa makna dari sakit, ternyata dengan datangnya penyakit pada diri kita itu mendatangkan berbagai kebaikan.
Bahkan sebagian ulama mengatakan orang yang sedang sakit dipastikan orang tersebut sedang dicintai Allah...
Sakit kalau kita sikapi dengan positif:
~ Sakit itu "Zikrullah"
Orang yang sedang sakit akan lebih sering menyebut Asma Allah dibandingkan ketika dalam sehatnya.
~ Sakit itu "Istighfar"
Orang yang sedang sakit akan teringat dosa-dosa yang pernah diperbuat, sehingga lisan akan terbimbing untuk selalu beristigfar dan memohon ampunan kepada Allah.
~ Sakit itu "Tauhid"
Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibah yang akan terus digetar?
~ Sakit itu "Muhasabah"
Orang yang sedang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri, menghitung-hitung bekal apa yang telah dikumpulkan untuk kembali menghadap Illahi.
~ Sakit itu "Jihad"
Orang yang sedang sakit tidak diperbolehkan hanya pasrah akan tetapi diwajibkan terus berusaha dan berikhtiar untuk mencapai kesembuhan.
~ Sakit itu "Ilmu"
Bukankah ketika sakit, kita akan memeriksa, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri utk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit.
~ Sakit itu "Nasihat"
Orang sakit mengingatkan yang sehat untuk jaga diri. Yang sehat menghibur yang sakit agar mau bersabar.
Allah cinta dan sayang keduanya.
~ Sakit itu "Silaturrahim"
Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang bertemu akhirnya datang membesuk, penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah.
~ Sakit itu "Penggugur Dosa"
Orang yang sedang sakit sesungguhnya dia sedang dicintai sang Pencipta sekaligus sedang diberi ujian..tentu kalau diterima dengan sabar dan tawaqal akan merontokan dosa-dosa.
~ Sakit itu "Mustajab Do'a"
Sesungguhnya doa orang yang sedang sakit mustajab, maka saat kita menengok yang sakit disamping kita mendoakan maka mintalah doanya.
Imam As-Suyuthi  selalu keliling kota mencari orang sakit lalu beliau minta dido'akan.
~ Sakit itu salah satu keadaan yang "Menyulitkan Syaitan"
Orang yang sedang sakit diajak maksiat tak mampu dan tak mau. Dosa yang lalu disesali dan mohon ampunan.
~ Sakit itu membuat "Sedikit tertawa dan banyak menangis"
Satu sikap ke-Insyaf-an yang disukai Nabi dan para makhluk langit.
~ Sakit meningkatkan kualitas "Ibadah"
Rukuk - Sujud lebih khusyuk,
Tasbih - Istighfar lebih sering,
Bermunajat - Do'a jadi lebih lama.
~ Sakit itu memperbaiki "Akhlak"
Kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu'.
~ Dan pada akhirnya "SAKIT" membawa kita untuk selalu ingat akan "KEMATIAN"
=
03:43
YB2YY@Suprapto
-
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 160 - (terakhir)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah Nabi Terakhir
Apa yang dibawa oleh Nabi 'Isa adalah membenarkan dan menegaskan apa yang tedapat pada Taurat mengenai soal aqidah dan kepercayaan, dan yang bersangkut paut dengan hukum ada sedikit perubahan yaitu kelonggaran dari yang dahulu.
Kepercayaan dan aqidah yang dibawa oleh seorang Nabi berfungsi menguatkan dan mendukung aqidah para nabi yang terdahulu.
Sedangkan syari'at fungsinya membatalkan dan mengganti syari'at para nabi sebelumnya dan kadang kalanya mendukung yang lama.
Karenanya agama dan aqidah Ilahi hanya satu, sebaliknya ada berbagai syari'at Ilahi yang kemudian menggantikan syari'at yang dahulu (yang baru membatalkan yang lama), dengan syari'at terakhir yang diakhiri oleh Nabi yang terakhir.
'Aqidah dan agama yang benar itu hanya satu. Tiap Nabi dan Rasul yang diutus mulai dari Adam عليه السلم hingga ke Nabi Muhammad ﷺ semuanya menyeru manusia kepada agama yang satu yaitu agama Islam.
Karena Islam, maka diutus Ibrahim, Isma'il dan Ya'qub عليه السلم seperti firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
وَ مَنۡ یَّرۡغَبُ عَنۡ مِّلَّۃِ اِبۡرٰہٖمَ اِلَّا مَنۡ سَفِہَ نَفۡسَہٗ ؕ وَ لَقَدِ اصۡطَفَیۡنٰہُ فِی الدُّنۡیَا ۚ وَ اِنَّہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ لَمِنَ الصّٰلِحِیۡنَ
Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
{Al-Baqarah (البقرة) / 2:130}
اِذۡ قَالَ لَہٗ رَبُّہٗۤ اَسۡلِمۡ ۙ قَالَ اَسۡلَمۡتُ لِرَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
{Al-Baqarah (البقرة) / 2:131}
وَ وَصّٰی بِہَاۤ اِبۡرٰہٖمُ بَنِیۡہِ وَ یَعۡقُوۡبُ ؕ یٰبَنِیَّ اِنَّ اللّٰہَ اصۡطَفٰی لَکُمُ الدِّیۡنَ فَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ؕ
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
{Al-Baqarah (البقرة) / 2:132}
Dengan aqidah inilah juga Allah mengutus Nabi Musa kepada keturunan Israel di mana Allah telah menceritakan tentang ahli sihir Fir'aun yang telah beriman dengan Nabi Musa.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
قَالُوۡۤا اِنَّاۤ اِلٰی رَبِّنَا مُنۡقَلِبُوۡنَ ۚ
Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali.
{Al-A'raf (الأعراف) / 7:125}
وَ مَا تَنۡقِمُ مِنَّاۤ اِلَّاۤ اَنۡ اٰمَنَّا بِاٰیٰتِ رَبِّنَا لَمَّا جَآءَتۡنَا ؕ رَبَّنَاۤ اَفۡرِغۡ عَلَیۡنَا صَبۡرًا وَّ تَوَفَّنَا مُسۡلِمِیۡنَ ٪
Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan Islam (kepada-Mu)".
{Al-A'raf (الأعراف) / 7:126}
Dengan aqidah ini jugalah Tuhan mengutus 'Isa 'Alaihi sallam, Tuhan telah
menceritakan tentang kaumnya yang telah beriman dengan ajaran yang dibawanya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰهِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰهِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ ۚ وَ اشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang Muslim.
{Ali 'Imran (آل عمران) / 3:52}
اِنَّ الدِّیۡنَ عِنۡدَ اللّٰہِ الۡاِسۡلَامُ ۟ وَ مَا اخۡتَلَفَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ فَاِنَّ اللّٰہَ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
{Ali 'Imran (آل عمران) / 3:19}
Dan tegas Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى  dalam surah Syura:
شَرَعَ لَکُمۡ مِّنَ الدِّیۡنِ مَا وَصّٰی بِہٖ نُوۡحًا وَّ الَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
{Asy-Syura (الشورى) / 42:13}
وَ مَا تَفَرَّقُوۡۤا اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ بَغۡیًۢا بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ لَوۡ لَا کَلِمَۃٌ سَبَقَتۡ مِنۡ رَّبِّکَ اِلٰۤی اَجَلٍ مُّسَمًّی لَّقُضِیَ بَیۡنَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اُوۡرِثُوا الۡکِتٰبَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ مُرِیۡبٍ
Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu.
{Asy-Syura (الشورى) / 42:14}
Para nabi diutus bersama-sama mereka yang Islam, agama yang diakui oleh Allah. Ahli Kitab mengetahui bahwa agama itu satu dan diutus nabi-nabi untuk memberi dukungan kepada nabi-nabi yang terdahulu.

Selesai


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAKI-LAKI IDAMAN

BAHASA ARAB YANG BIASA DIPAKAI SEHARI-HARI