KISAH KETELADANAN RASULULLAH (BAB II)

Ir. EKAJAYA


Kisah Keteladanan Rasulullah (Sumber: Suprapto-YB2YY)
Bagian 11
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rahmat dan Kebaikan Rasulullah
Anas bin Malik pelayan Rasulullah ﷺ berkata, "Setelah melayani Rasulullah ﷺ selama 20 tahun tidak sekali pun beliau mengucapkan kepadaku, "Hus."
Demikianlah Rasulullah ﷺ setiap hari bergaul dengan orang-orang miskin, para pelayan, dan budak-budak. Beliau mengajak mereka berbicara, memenuhi undangan mereka, melayat mereka yang sakit, mengantarkan jenazah, dan melakukan shalat atas mereka.
Rasulullah ﷺ juga menetapkan untuk mengambil sebagian harta Baitul Maal guna membebaskan para budak, setelah budak itu dibebaskan, Rasulullah ﷺ membantunya pula agar ia tidak bergantung kepada orang lain.
Arti zuhud yang sebenarnya bukanlah tidak suka kepada dunia atau menghindar dari kehidupan. Zuhud adalah tidak terpengaruh oleh segala macam keindahan dan kesenangan dunia, tidak boleh cenderung pada dunia, meski dunia itu selalu digunakan dalam kehidupan setiap hari. Kehidupan dunia hanyalah perantara atau wasilah bagi hidup abadi di akhirat, dunia boleh dipakai tetapi tidak boleh menghanyutkan.

Kasih sayang Rasulullah ﷺ begitu luas. Tidak hanya kepada manusia tetapi juga kepada binatang, banyak sekali kebiasaan kejam orang Arab jahiliyah terhadap binatang yang beliau hapuskan. Orang Arab biasa memotong bagian tubuh binatang mereka hidup-hidup untuk mereka panggang dan makan. Rasulullah ﷺ mengharamkan hal itu.
Orang Arab jahiliyah juga sering menoreh unta mereka hidup-hidup untuk diambil darahnya dan dimasak, atau membelah punuk unta dan mengambil lemaknya untuk dimakan.
Mereka juga suka memberi cap pemilik dengan besi panas pada hewan-hewan ternak. Semua penganiayaan itu dilarang Rasulullah ﷺ. Untuk memberi cap Rasulullah ﷺ memberi keringanan kepada pemilik ternak bahwa mereka harus mencari alat yang tidak membuat sakit dan membubuhkan capnya pada bagian tubuh yang  tidak merasakan sakit.
Dalam perlombaan memanah, orang Arab juga mempunyai kebiasaan untuk membidik binatang hidup. Rasulullah ﷺ melarangnya. Beliau juga melarang orang memotong ekor kuda. Rasulullah ﷺ senantiasa akan memberi nasihat agar manusia takut kepada Allah mengenai perlakuan mereka terhadap binatang.
Beliau bersabda,
"Ada seseorang perempuan masuk ke dalam neraka karena seekor kucing yang diikat, kucing itu tidak diberi makan dan tidak dia biarkan memakan binatang kecil. Ada pula seseorang yang masuk surga karena memberi minum seekor anjing yang kehausan dengan menggigit terompahnya yang berisi air dari dalam sumur."

Para sahabat pernah  bertanya,
"Ya Rasulullah benarkah bahwa kita sesungguhnya mendapat pahala dalam memperlakukan binatang?"
Jawab Rasulullah ﷺ,
"Pada setiap hati yang basah ada pahalanya."
Beliau juga melarang kebiasaan jahiliyah yang menjadikan punggung binatang sebagai podium untuk berpidato. Beliau bersabda,
"Allah telah menundukkan binatang bagi sekalian tidak lain agar dia mengantarkan kamu sampai ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup mencapainya melainkan dengan kesukaran-kesukaran yang memayahkan diri."
Abdurrahman bin Abdullah berkata,
"Ketika kami dalam perjalanan bersama Rasulullah ﷺ salah seorang dari kami mengambil anak burung humarah. Kemudian induknya datang sambil menciap-ciap. Rasulullah ﷺ pun menghampiri kami dan bersabda, "Siapa yang menyusahkan burung ini lantaran anaknya? Kembalikan anak burung itu pada induknya."
Rasulullah ﷺ melarang membunuh binatang kalau tidak untuk dimakan kecuali binatang yang sangat berbahaya. Dilarang pula memikulkan beban yang terlalu berat ke punggung binatang sehingga ia tidak mampu membawanya. Rasulullah ﷺ bersabda,
"Apabila kamu melihat 3 orang mengendarai seekor hewan lemparlah mereka, sehingga salah seorang dari mereka turun."


Sudah tentu Rasulullah ﷺ sayang sekali kepada anak-anak. Wajah Rasulullah ﷺ selalu cerah berseri jika melihat seorang anak atau berpapasan di jalan dengan anak-anak. Jika berjumpa dengan anak-anak para sahabatnya dia tarik mereka ke dalam rengkuhan kedua tangan beliau yang halus dan hangat. Sambil melakukan itu Rasulullah ﷺ tampak sangat gembira.
Dia juga selalu mengucapkan salam jika melewati anak-anak. Jabir bin Sumarah  meriwayatkan sebuah hadis yang mengisahkan bahwa Rasulullah ﷺ telah melewati suatu tempat dan disitu dia melihat beberapa anak sedang berlomba lari. Beliau melihat dan bergabung dengan mereka dan ikut pula berlomba.
Jika Rasulullah ﷺ sedang menaiki kendaraan dan bertemu seorang anak yang berjalan sendiri, di ajak anak itu ke atas untanya. Jika melihat ada anak yang bersedih hati, beliau hibur anak itu, beliau naikkan ke atas unta dan beliau ajak jalan-jalan sehingga duka di hati semua anak terhapus.

Terhadap anak-anaknya sendiri Rasulullah ﷺ adalah seorang ayah yang sangat baik. Anas bin Malik pernah menjadi pelayan di rumah Rasulullah ﷺ berkata,
"Dia tidak pernah melihat ada orang yang lebih baik hati terhadap keluarga dan anaknya, dibandingkan Rasulullah ﷺ."
Usamah bin Zaid yang ketika  berumur 18 tahun sudah diangkat Rasulullah ﷺ menjadi seorang panglima perang melawan pasukan Romawi pernah menuturkan pengalaman indah masa kecilnya.
Kala kecil, Rasulullah ﷺ pernah menarik aku, lalu mendudukkan aku di atas pahanya. Al Hasan, cucu beliau didudukan di atas paha yang lain. Sesudah itu beliau merapatkan kedua paha beliau dan berdoa
"Ya Allah rahmatilah mereka berdua karena sesungguhnya aku sayang pada mereka."
Dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas ia berkata suatu hari seorang anak kecil bangsa Yahudi yang menjadi pembantu Rasulullah ﷺ terserang penyakit, kemudian Rasulullah ﷺ menjenguknya. Lalu ia duduk di dekat kepalanya dan berkata,
"Masuklah agama Islam," anak itu menoleh kepada ayahnya untuk meminta izin darinya.
Lalu Ayahnya berkata,
"Taatilah Abu Qasim (Nabi Muhammad ﷺ)."
Akhirnya anak itu mau memeluk Islam kemudian Rasulullah ﷺ keluar seraya berkata,
"Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari  api neraka."
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 12
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rahmat dan Kebaikan Rasulullah
Seorang Arab badui yang datang berkunjung ke Madinah, amat heran melihat Rasulullah ﷺ menciumi cucu-cucu beliau dan anak-anak para sahabatnya. Orang itu bernama Al Aqra bin Habis. Ia pun berkata,
"Sesungguhnya saya mempunyai 10 orang anak tapi tak seorang pun dari mereka yang pernah saya cium sama sekali."
Bukan hanya orang badui itu saja yang heran para sahabat beliau sendiri pun merasa heran.  Apa yang dilakukan Rasulullah ﷺ pada saat itu bukanlah merupakan hal yang lazim.
Aisyah meriwayatkan ada seorang Arab badui datang kepada Rasulullah ﷺ dan para sahabat ketika ia melihat Rasulullah ﷺ menciumi cucu-cucunya, orang Arab itu berkata, "Apakah tuan-tuan sekalian menciumi anak-anak? Kami tidak pernah mencium mereka."
Maka jawab Rasulullah ﷺ, "Dapatkah aku memberimu, manakala Allah telah mencabut rasa belas kasihan dari hatimu?"
Rasulullah ﷺ tidak ingin para sahabat memiliki perasaan yang kaku dan keras. Menyayangi anak-anak adalah teladan yang Rasulullah ﷺ berikan agar para pengikutnya berhati lembut dan penyayang.

Namun tidak selamanya kasih sayang menimbulkan keramahan, keceriaan, senang, dan bahagia. Orang dengan perasaan yang lembut seperti Rasulullah ﷺ juga menemukan bahwa kasih sayang seringkali berupa air mata dan kesedihan, ini tentu tidak mengurangi keagungan Rasulullah ﷺ.
Ketika salah seorang anak dari putri beliau meninggal dunia Rasulullah ﷺ mengangkat cucunya itu. Nafas beliau tersengal-sengal menahan sedih. Kemudian bagai hujan air mata membanjir menuruni pipi Rasulullah ﷺ. Para sahabat merasa heran maka Sa'ad bin Ubadah pun bertanya,
 "Ya Rasulullah apa ini? Mengapa engkau menangis hanya karena kematian seorang cucu lagi pula bukankah engkau mengajarkan kami agar tabah menerima cobaan?"
Rasulullah ﷺ bersabda, "Ini adalah Rahmat yang Allah jadikan dalam hati hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang pengasih di antara hamba-hamba-Nya."
Rasulullah ﷺ mengingatkan orang-orang dewasa untuk menjaga kata-kata dan sopan santun dalam majelis yang dihadiri anak-anak kecil.
Thabrani meriwayatkan dari Sahl bin Sa'ad bahwa Rasulullah bersabda, dalam suatu majelis tidak boleh ada yang duduk di antara ayah dan anaknya.

Sa'ad bin Ubadah jatuh sakit. Orang-orang memberitahu Rasulullah ﷺ beliau segera ke rumah Sa'ad untuk menjenguk. Namun ketika beliau sampai, tubuh Sa'ad bin Ubadah telah ditutupi dengan selimut istrinya.
"Sudah meninggal?" tanya Rasulullah ﷺ.
"Belum, Ya Rasulullah," jawab orang-orang di situ.
Maka, Rasulullah ﷺ bersabda,
"Tidakkah kalian mendengar bahwa Allah tidak akan menyiksa karena air mata atau pun kesedihan hati. Akan tetapi, Allah akan menyiksa karena ini." Rasulullah ﷺ menunjuk lidah beliau.
Kasih sayang Rasulullah ﷺ bukan terbatas kepada para sahabatnya saja. Kepada musuh pun beliau menunjukkan kasih sayangnya. Pernah beliau mendengar ada beberapa anak kecil yang terbunuh di dalam barisan musuh seusai menjalani sebuah pertempuran dengan pasukan muslim.
Beliau pun tampak sangat berduka. Melihat beliau seperti itu, para sahabat bertanya heran,
"Mengapa Tuan berduka cita, ya Rasulullah? Padahal mereka itu anak-anak orang yang musyrik?"

Rasulullah ﷺ marah mendengarnya. Beliau bersabda,
"Sesungguhnya anak-anak itu lebih baik daripada kalian, mereka itu masih suci, maka janganlah kamu sekali-kali membunuh anak-anak! Janganlah kamu sekali-kali membunuh anak-anak!"
Al Bukhari meriwayatkan hadits dari Jabir bin Abdullah yang berkata,
"Ada sesosok jenazah diusung dalam suatu iringan melewati kami. Melihat hal itu, berdirilah Rasulullah ﷺ sehingga kami pun ikut berdiri. Ketika iringan itu lewat, kami berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya itu adalah jenazah seorang Yahudi."
"Maka Rasulullah ﷺ bersabda,
"Bukankah ia seorang manusia juga? Apabila kamu melihat iringan jenazah berdirilah."
Rasulullah ﷺ menjelaskan apabila seorang memasak makanan dan baunya sampai tercium oleh tetangga, tetapi tidak dibagikannya masakan itu kepada tetangga, maka hilanglah barokah makanan itu.


Suatu ketika para sahabat yang sudah sangat jengkel kepada musuh-musuh Islam meminta Rasulullah ﷺ mengutuk para musuh itu. Namun Rasulullah ﷺ menjawab dengan agung,
"Aku datang bukan sebagai seorang pengutuk tetapi sebagai seorang penyampai kasih sayang."
Abdullah bin Ubay bin Salul adalah seorang pemimpin kaum munafik di Madinah walau di depan Rasulullah ﷺ ia bermanis-manis, di belakang Rasulullah ﷺ ia sering mencela, mencemooh, bahkan pernah mengajak 300 orang pasukan mundur pada saat kritis menjelang perang uhud.
Disamping itu banyak peristiwa lain yang menunjukkan keburukan Abdullah bin Ubay antara lain menuduh Aisyah sebagai wanita yang tidak baik.
Namun ketika Abdullah bin Ubay meninggal, anaknya yang mengetahui kemunafikan sang ayah memohon kepada Rasulullah ﷺ agar beliau yang membungkus tubuh ayahnya itu dengan baju yang beliau kenakan.
Maka Rasulullah ﷺ mengabulkan permintaan itu. Dia pun pergi ke kubur Abdullah bin Ubay dan hendak melaksanakan shalat jenazah, untuk Abdullah bin Ubay, ketika itulah Umar Bin Khattab berseru,
"Ya Rasulullah Apakah tuan akan melaksanakan shalat atas Ibnu Ubay ini? Padahal dia pernah berkata begini dan begitu?"
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 13
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rahmat dan Kebaikan Rasulullah
Rasulullah ﷺ mengingatkan agar dalam pergaulan hendaklah kita bersabar dengan tingkah laku teman sepergaulan.
Bersabda beliau,
"Seorang mukmin yang bergaul dengan sesama manusia dan sabar serta tabah menahan sifat dan tingkah laku teman bergaulnya adalah lebih baik daripada orang mukmin yang tidak mau bergaul dengan sesamanya dan tidak pula sabar menderita siksaan karena tingkah laku mereka."
(Hadist riwayat Tirmidzi)


Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling fasih dalam berkata-kata. Para sahabat pernah berterus terang di hadapan beliau, "Kami tidak pernah mengetahui seseorang yang lebih baik daripada Tuan."
Dengan rendah hati Rasulullah ﷺ menjawab, "Dan mengapa tidak? Sedang Al-Quran itu benar-benar telah diturunkan lewat lidahku, lidah Arab yang terang."
Kemudian Rasulullah ﷺ menerangkan bahwa kefasihan beliau disebabkan beliau dibesarkan di pedesaan Bani Sa'ad yang murni bahasanya, dan karena beliau lahir di lingkungan Quraisy yang indah tutur katanya. Beliau juga mampu bicara kepada tiap kabilah dengan dialek bahasa masing-masing dengan tutur kata yang menyenangkan, mengandung pengertian menyeluruh serta menawan hati pendengarnya.
Aisyah menuturkan "Susunan kata Rasulullah ﷺ tidaklah seperti susunan kata kamu sekalian, akan tetapi beliau berbicara dengan perkataan yang terang dan jelas mudah dihafal oleh siapapun yang beliau hadapi."
Para penyair Arab terkenal dengan kefasihannya, orang Arab telah menuliskan syair-syair terbaik dalam tinta emas yang digantungkan pada dinding Ka'bah di antara para penyair yang paling disegani baik semasa jahiliyah maupun setelah islam adalah Abu Bakar As Siddiq. Namun pada suatu hari Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah ﷺ.
"Sebenarnya saya telah berkeliling ke seluruh negeri Arab dan saya telah mendengarkan semua penyair. Namun tidak seorang pun yang lebih fasih daripada engkau. Siapakah kiranya yang mengajari tuan?"


Rasulullah ﷺ menjawab, "Allah yang mengajariku, aku diajari-Nya dengan sangat baik."
Ibnu Abbas yang masih remaja pernah dibonceng di atas unta Rasulullah ﷺ sambil memperdengarkan sabda beliau yang indah.
"Hai anak muda peliharalah Allah, niscaya engkau dapati Dia dihadapanmu."
"Kenalilah Allah pada saat bahagia niscaya dia akan kenal kepadamu pada saat sengsara. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah  jika memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah, karena sesungguhnya sekalipun semua hamba Allah sepakat melakukan sesuatu kepadamu yang tidak Allah tulis untuk dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya."

Dalam semua pergaulan Rasulullah ﷺ sangat ramah dan menjaga perasaan serta nama baik sesama manusia. Beliau berlemah lembut dalam  berhubungan dengan orang lain. Dalam satu keterangan dijelaskan,  "Tahukah kamu siapa yang diharamkan bagi mereka bagi neraka?"
Para sahabat menjawab,
"Allah dan rasulNya lebih tahu."
Sabda Rasulullah ﷺ, "Mereka adalah orang yang mudah bergaul lemah lembut dan suka beramah tamah."

Keseharian Rasulullah
Rasulullah ﷺ adalah orang yang sangat rendah hati. Aisyah berkata, "Rasulullah ﷺ memperbaiki sendiri sandalnya, menjahit bajunya serta membantu istri-istrinya membereskan pekerjaan sebagaimana layaknya yang bekerja di rumah kalian sendiri. Apabila waktu sholat telah tiba beliau berwudhu dan keluar untuk mengerjakan shalat."
Beliau juga sangat rendah hati di hadapan kaum wanita. Rasulullah ﷺ tidak segan-segan berjalan dengan seorang janda tua dan miskin dia selalu mempunyai waktu untuk menolong orang yang membutuhkan. Pada suatu hari seorang wanita tua datang menemui Rasulullah ﷺ, karena merasa hanya beliau saja yang mampu membantunya. Maka Rasulullah ﷺ keluar bersamanya, lalu berbincang bersama di jalan sampai urusan wanita tua tadi terselesaikan.
Pada saat lain tidak segan-segan seorang budak wanita menemui beliau di tengah jalan dan membawa beliau ke tempatnya untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Begitulah kerendahan hati kesayangan umat muslim ini, sampai beliau tidak suka puja dan puji yang berlebihan kepada dirinya. Beliau tidak mau diperlakukan seperti perlakuan umat Nasrani yang begitu memuja Nabi Isa  Alaihi Salam.

Rasulullah ﷺ sangat teguh memegang rahasia orang lain yang datang untuk mencurahkan isi hatinya kepada beliau. Hal itu tidak kalah teguhnya seperti pilihan memegang rahasia rumah tangganya sendiri dari orang lain.
Tidak pernah beliau terdengar mengadukan kesulitan hidup beliau kepada para sahabatnya, maka tidak seorang pun yang mengetahui bahwa sebenarnya beliau telah menggadaikan baju besinya pada seorang Yahudi karena beliau mempunyai hutang 3 liter bahan makanan untuk keperluan rumah tangganya.
Sudah menjadi kebiasaan beliau untuk datang menengok orang sakit, duduk di sebelah kepalanya sambil menghibur hati orang sakit itu atau bertanya kepadanya dengan suara lemah lembut. Kadang-kadang beliau letakkan tangan beliau yang mulia itu di tempat yang terasa sakit sambil berdoa "mudah-mudahan Allah lekas menyembuhkannya."
Ijaz berarti singkat dan padat. Begitulah cara Rasulullah ﷺ berbicara. Selain itu ciri-ciri lain cara berbicara Rasulullah ﷺ adalah tenang dan selalu konsentrasi, menggunakan bahasa yang bisa dimengerti semua orang dan mengulangnya sampai tiga kali sehingga bisa tertanam dalam jiwa pendengarnya.
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 14
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah selalu Shalat Jamaah di Masjid
Kita tentu sudah tahu bahwa Rasulullah ﷺ selalu melaksanakan shalat fardu dengan berjamaah di Masjid. Di rumah waktu beliau dilewatkan dengan membaca Al-Quran dan mengerjakan shalat sunnah. Namun tahukah juga kalian bahwa selain sangat tekun beribadah Rasulullah ﷺ adalah seorang ilmuwan yang sangat cerdas.
Kecerdasan Rasulullah ﷺ yang sangat luar biasa membuat beliau mampu membaca kejadian menembus batas waktu: masa lampau, masa kini, dan akan datang.
Sebagai nabi terakhir Rasulullah ﷺ dapat menceritakan kehidupan para nabi dan rasul sebelumnya secara terinci. Beliau juga dapat menceritakan kejadian pada akhir zaman mulai dari keadaan umatnya sampai tibanya hari kiamat.
Rasulullah ﷺ juga dapat menceritakan apa isi kandungan bumi dan laut bahkan sampai ke alam kubur.
Beliau juga mampu berdialog dengan segala jenis makhluk Allah: hewan, jin, iblis, dan Malaikat.
Tidak ada isi jagat raya ini yang lepas dari pandangan Rasulullah ﷺ: di darat, di laut, di langit, sampai di dalam bumi.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rasulullah ﷺ sendiri pernah bersabda,
"Aku telah diberi kunci pembuka kalam pengetahuan, kekuasaannya  dan kesimpulannya."

Berkat kecerdasan inilah dalam waktu singkat Rasulullah ﷺ mengubah budaya jahiliyah masyarakat Arab menjadi budaya Islami yang menjunjung tinggi akhlakul karimah, perilaku yang baik.
Muslim meriwayatkan dari Amir  bin Akhtab Al Ansori yang berkata,
"Kami pernah sholat subuh dengan Rasulullah ﷺ. Kemudian beliau naik ke mimbar untuk berkhotbah sampai waktu Dhuhur, lalu turun sebentar untuk sholat, dan kemudian naik ke atas mimbar lagi meneruskan khotbahnya hingga waktu ashar, beliau turun untuk sholat ashar, dan naik ke mimbar lagi untuk meneruskan khotbahnya yang sangat penting ini sampai matahari terbenam.
Dalam khotbah ini beliau memberitahukan kepada kami apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi sampai hari kiamat. Orang terpandai di antara kami adalah orang yang paling ingat isi khotbah beliau itu."
Abu Darda berkata, "Tidak ada satu pun yang ketinggalan dan tidak diberitakan oleh Rasulullah ﷺ kepada kita. Sampai-sampai tiada seekor burung yang terbang di angkasa dengan kedua sayapnya, melainkan telah diceritakan oleh Rasulullah ﷺ pada kita, termasuk segala apa yang patut diketahui."
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Sholatlah seperti sholat orang yang berpamitan atau menjelang ajal. Sembahlah Allah seakan-akan engkau melihatnya. Apabila engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Allah melihatmu. Jauhkan angan-anganmu dari sesuatu yang dimiliki orang lain, niscaya engkau merasa hidup berkecukupan."

*Cerita Cucu Rasulullah ﷺ *
Husein cucu Rasulullah ﷺ dan para sahabat Rasulullah ﷺ berkisah bahwa kakeknya itu adalah orang yang ramah, terbuka, mudah berkomunikasi dengan siapa pun, lemah lembut, dan sopan.
Sifat ini dengan jelas terlihat ketika Rasulullah ﷺ didatangi suami Halimah as Sadiyah yang dulu merawat beliau tatkala kecil. Rasulullah ﷺ menghamparkan sorbannya dan mempersilahkan suami Halimah untuk duduk diatasnya. Setelah itu datanglah Halimah sendiri, maka Rasulullah pun berdiri menyambutnya dan menghamparkan separuh sorbannya lagi.
Setelah itu datanglah saudara sesusuan beliau anak dari Halimah. Beliau pun berdiri menyambut dengan hangat dan mempersilahkan saudara sesusuan itu duduk di hadapan beliau. Setelah itu beliau sendiri duduk di atas tanah.
Karena keramahan Rasulullah ﷺ juga diberikan kepada sahabatnya yang tidak segan-segan melucu di hadapan beliau. Dikisahkan ada seorang sahabat bernama Abdullah. Di kalangan para sahabat lain ia dijuluki keledai, tingkah laku sang keledai ini sering membuat Rasulullah ﷺ tersenyum.
Suatu hari dia pernah mengirim hadiah kepada Rasulullah ﷺ berupa madu dan minyak Samin. Namun ia belum membayar kepada pedagang yang menjualnya. Datanglah pedagang ke rumah Rasulullah ﷺ untuk menagih uang. Dikerjai begitu oleh Abdullah Rasulullah ﷺ malah tersenyum sambil membayar pedagang tadi.

Ada sahabat lain bernama Nu'aiman bin Amru. Di kalangan sahabat, Nu'aiman sering dijuluki pelawak Rasulullah. Ia juga sering mengerjai Rasulullah ﷺ. Suatu hari seorang Badui mengikat untanya di luar masjid dan masuk untuk sholat. Beberapa sahabat Nu'aiman berkata kepadanya, "Wahai Nu'aiman bagaimana seandainya kamu menyembelih unta Badui itu kemudian dagingnya kita makan bersama-sama, nanti biar saja Rasulullah ﷺ yang membayar harganya."
Tanpa pikir panjang Nu'aiman melakukannya. Ketika Badui itu keluar masjid,  Ia berteriak,
"Ya Muhammad untaku telah disembelih!"
Maka Rasulullah ﷺ menelusuri pelakunya dan menemukan Nu'aiman bersembunyi di lubang dengan muka berlumuran tanah. Kata Nu'aiman,  "teman-temannya lah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ yang akan membayar unta itu." Sambil tersenyum, Rasulullah ﷺ membersihkan wajah Nu'aiman dan membayar ganti rugi kepada pemilik unta.
Dari Sahl bin Sa'ad, Rasulullah ﷺ pernah disuguhi minuman. Beliau meminumnya sedikit. Di sebelah kanan beliau ada seorang bocah dan di sebelah kiri duduk para orang tua. Beliau bertanya kepada si bocah,
"Apakah engkau rela jika minuman ini aku berikan kepada mereka (dan bukan kepadamu)?"
 Si bocah menjawab, "Aku tidak rela ya Rasulullah, demi Allah aku tidak akan memperkenankan siapapun merebut bagianku dari Tuan. Rasulullah ﷺ pun meletakkan minuman itu ke tangan si bocah kecil."
(Hadits Riwayat Muslim dan Bukhari).

Rasulullah Sangat Menyayangi Putrinya
Rasulullah ﷺ sangat menyayangi putri bungsunya. Sewaktu Fatimah kecil Rasulullah ﷺ sering mengajaknya berjalan. Tangan Rasulullah ﷺ menggenggam tangan putri  kecilnya yang cantik itu. Rasulullah ﷺ mencium penuh sayang pipi Fatimah sambil mendudukkannya di pangkuan beliau. Hampir tiada hari yang dilalui tanpa bermain dan bercanda dengan Fatimah.
Setelah Fatimah dewasa dan menjadi istri Ali Bin Abi Thalib rasa sayang Rasulullah ﷺ kepadanya tidak pernah berkurang. Suatu ketika beliau sedang duduk-duduk bersama istri-istrinya,  tiba-tiba datanglah Fatimah yang sudah rindu melihat sang ayah.  Maka mata Rasulullah ﷺ berbinar gembira dan senyumnya terbit begitu indah. Dengan gembira disambutnya Fatimah dan dimintanya putrinya itu duduk di sisi beliau.
Demikianlah Rasulullah ﷺ  mengajarkan agar umat muslim menyayangi anak. Rasulullah ﷺ pernah mempunyai seorang pelayan kecil keturunan Yahudi, ketika anak itu sakit beliau menjenguknya dan mengajaknya memeluk Islam. Maka anak itu pun memeluk Islam.
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 15
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah Sangat Menyayangi Putrinya
Seseorang datang menemui Rasulullah ﷺ dan bertanya, "Ya Rasulullah apakah hak anakku ini?"
Rasulullah ﷺ bersabda, "Memberinya nama yang baik juga memberinya kedudukan yang baik dalam hatimu."
Beliau juga bersabda, "Cintailah anak-anak dan sayangilah mereka. Jika menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui, hanya kamulah yang memberi mereka rezeki."
Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling memperhatikan dan menyayangi anak. Karena perhatiannya yang besar, beliau sampai didoakan oleh anak-anak waktu itu. Semua anak di Madinah mengenal Rasulullah ﷺ. Apabila Rasulullah ﷺ mengucap sayang kepada seorang anak kecil, teman-temannya akan mengetahui walau tidak melihatnya sebab sentuhan tangan Rasulullah ﷺ sangat harum dan membekas di rambut anak yang beruntung tadi.
Nama Fatimah tidak bisa lepas dari peta sejarah. Kemuliaan dan keagungannya begitu masyur. Dari Fatimahlah keturunan Rasulullah ﷺ terus berlanjut. Rasulullah ﷺ bersabda, "Fatimah adalah sebagian dari darah dagingku, apa saja yang menyakitinya maka akan menyakitiku, dan apa saja yang membimbangkannya juga akan membimbangkanku." (Hadits Riwayat Bukhari Muslim)

Rasulullah Sangat Menyayangi Aisyah
Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang siapakah orang yang paling beliau sayangi. Rasulullah ﷺ menjawab, "Aisyah binti Abu Bakar."
Istri beliau yang satu ini memang memiliki kelebihan dibandingkan kebanyakan orang. Aisyah memiliki kecerdasan yang tinggi, tampaknya hal ini turun dari ayahnya yaitu Abu Bakar. Aisyah juga cantik lembut dan penuh kasih sayang. Di pipinya yang putih tampak rona merah semu yang menambah anggun wajah beliau. Maka Rasulullah ﷺ pun memiliki panggilan kesayangan untuknya Humaira artinya yang memiliki rona kemerahan.
Pada saat lain Rasulullah ﷺ sering memanggil Aisyah dengan Aisy yang juga merupakan panggilan kesayangan beliau.Banyak sekali hal indah yang beliau lalui bersama Aisyah. Rasulullah ﷺ sering makan sepiring berdua dengan istrinya itu, dia juga senang bergurau dengan Aisyah, bahkan mereka berdua sering sekali berlomba lari.
Malaikat Jibril sendiri pernah menyampaikan salam kepada Aisyah melalui Rasulullah ﷺ.  Rasa sayang yang melimpah ini tentu dibalas Aisyah dengan sebaik-baiknya. Beliaulah yang paling banyak meriwayatkan hadits Rasulullah ﷺ dibandingkan Ummul mukminin yang lain. Dari ingatan Aisyah yang tajam kita banyak mengetahui kebiasaan sehari-hari Rasulullah ﷺ.
Aisyah berkata, "Rasulullah ﷺ menyukai buah-buahan manis dan madu." Aisyah pun pernah berkata, "Ketika makan, Rasulullah ﷺ  makan apa saja yang ada di dekatnya. Jika ada kurma dihidangkan ia memilih kurma."
Dari Aisyah juga kita mengetahui bahwa setiap Rasulullah ﷺ bangun dari tidur siang atau malam dia selalu menggosok gigi terlebih dahulu sebelum melakukan hal lainnya.
Dari Aisyah pula kita mengetahui bahwa Rasulullah ﷺ selalu tidur pada awal malam dan bangun pada akhir malam untuk shalat malam.
Sebaliknya Aisyah pun begitu menyayangi Rasulullah ﷺ sehingga terkadang suka bertindak melewati batas. Pernah suatu hari Shafiyah yang memang pandai memasak mengirimkan makanan kepada Rasulullah ﷺ. Saat itu Rasulullah ﷺ di rumah Aisyah. Melihat Rasulullah ﷺ mendapatkan makanan itu Aisyah jengkel. Beliau membanting bejana tempat makanan itu sampai hancur berkeping-keping. Setelahnya timbul rasa sesal Aisyah.  Rasulullah ﷺ berkata, "Bahwa bejana harus diganti dengan bejana dan makanan diganti makanan pula."

Rasulullah Menangis Mendengar Al Quran
Hati Rasulullah ﷺ yang lembut sangat tersentuh apabila melihat penderitaan manusia. Maka tidaklah kita merasa heran jika hati Rasulullah ﷺ juga bergemuruh haru mendengar ayat-ayat Al Quran dibacakan.
Bukhari meriwayatkan hadits dari Abdullah Bin Masud. Suatu ketika Rasulullah ﷺ bersabda kepada Abdullah Bin Masud, "Wahai Abdullah bacakan Al Quran kepadaku."
Abdullah memandang beliau penuh khidmat, namun dengan rasa heran,  "Bagaimana aku membacakan Al Quran kepada engkau, sementara Al Quran itu sendiri diturunkan kepada engkau?"
Rasulullah  ﷺ menjawab, "Aku ingin mendengarnya dari orang lain."
Maka Abdullah Bin Masud membacakan surat An-Nisa' sampai ayat,
فَکَیۡفَ اِذَا جِئۡنَا مِنۡ کُلِّ اُمَّۃٍۭ بِشَہِیۡدٍ وَّ جِئۡنَا بِکَ عَلٰی ہٰۤؤُلَآءِ شَہِیۡدًا
"Maka Bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)."
(Quran An-Nisa' (النساء) / 4:41)
Pada saat itu Rasulullah ﷺ bersabda, "Cukup."
Abdullah Bin Masud menghentikan bacaannya dan menoleh kearah Rasulullah ﷺ. Ia melihat bahwa Rasulullah ﷺ menangis.
Rasulullah Menangis Membaca Al Quran
Suatu ketika, turunlah firman Allah
اَفَمِنۡ ہٰذَا الۡحَدِیۡثِ تَعۡجَبُوۡنَ
Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?
{An-Najm (النجم) / 53:59}
وَ تَضۡحَکُوۡنَ وَ لَا تَبۡکُوۡنَ
Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?
{An-Najm (النجم) / 53:60}
Mendengar ayat ini para ahlu suffah menangis hingga air mata mengalir memenuhi pipi mereka. Ahlus suffah adalah orang-orang fakir yang tinggal di selasar masjid karena tidak memiliki tempat tinggal. Ketika Rasulullah ﷺ mendengar isak tangis ahlus suffah, beliau pun ikut menangis. Para sahabat lain juga ikut menangis.
Setelah itu Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidak akan masuk  neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah dan tidak akan masuk surga orang yang terus melakukan maksiat. Sekiranya kalian tidak melakukan dosa pasti Allah akan mengganti kalian dengan orang-orang yang berbuat dosa, lalu Dia ampuni mereka."
Orang yang menangis di dunia karena takut kepada Allah akan tertawa di akhirat nanti.
Satu dari tujuh golongan yang akan diteduhi Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى pada hari kebangkitan kubur yang amat panas nanti adalah orang yang menyebut asma Allah dalam kesendirian, lalu berlinanglah air matanya. Rasulullah ﷺ bersabda, "Apabila bulu roma seseorang tegak disebabkan rasa takutnya kepada Allah maka berguguran lah dosanya seperti bergugurannya daun-daun dari pohon."
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 16
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah Berkisah tentang Neraka
Suatu ketika Rasulullah ﷺ membaca firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى,
فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ ۚۖ اُعِدَّتۡ لِلۡکٰفِرِیۡنَ
Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) -- dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.
{Al-Baqarah (البقرة) / 2:24}

Setelah membacakan ayat itu, Rasulullah ﷺ menggambarkan neraka,
"Api neraka itu dinyalakan selama 1000 tahun hingga memerah,  1000 tahun hingga memutih, 1000 tahun hingga menghitam.  Neraka itu hitam legam, nyala apinya tak pernah padam."
Tiba-tiba seorang pria hitam di hadapan Rasulullah ﷺ menangis. Jibril Alaihissalam turun menemui Rasulullah ﷺ dan bertanya,
"Siapa orang yang menangis dihadapanmu itu?"
Rasulullah ﷺ menjawab, "Seseorang dari negeri Habasyah."
Beliau pun memuji orang itu di hadapan Jibril. Setelah itu beliau kembali membacakan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى kepada para sahabatnya,
"Demi keagunganKu dan ketinggianKu di atas  Arsy-Ku, tidak ada mata yang menangis di dunia karena takut kepada-Ku kecuali Aku perbanyak ketawanya di surga."
Hani adalah seorang bekas budak Utsman bin Affan. Ia merasa heran sebab Utsman selalu menangis sampai janggutnya basah jika berdiri di sebuah kuburan. Hani pun bertanya,
"Anda mengingat surga dan neraka, tetapi anda tidak menangis namun jika Anda mengingat kuburan, anda menangis?"

Setelah reda, Utsman bin Affan menjawab,
"Sebab aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, Kuburan adalah tempat persinggahan pertama akhirat. Kalau seseorang selamat dari azab-Nya, yang setelah itu akan lebih ringan. Namun jika seseorang tidak selamat darinya, yang setelahnya akan terasa lebih berat."
Aku juga mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
"Tidak pernah aku melihat sebuah pemandangan kecuali kuburan lebih mengerikan darinya."
Demikianlah Rasulullah ﷺ selalu mengingatkan kita akan tibanya nanti masa kekal di negeri akhirat. Para sahabat mencapai derajat keimanan yang tinggi karena mereka mengingat hal itu terus-menerus.
Abu Hurairah menangis menjelang ajalnya ketika ditanya mengapa? Abu Hurairah menjawab,
"Aku berada di lereng pendakian menuju surga dan neraka. Aku tidak tahu akan digiring ke surga atau neraka."
Dalam shahih Imam Bukhari dari Ibnu Mas'ud,  Rasulullah ﷺ bersabda,
"Orang mukmin melihat dosa-dosa seakan-akan ia duduk di bawah sebuah gunung, ia takut tertimpa. Adapun orang yang hanyut dalam kemaksiatan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang melintasi hidungnya. Ia hanya mengibaskan tangan untuk mengusirnya."
Dari hadits ini jelaslah bahwa orang mukmin tidak menganggap remeh dosa-dosa kecil seperti yang dilakukan orang fasik.

Utaibah bin Abu Lahab
Sebelum hijrah,  dulu di Mekah ada sebuah peristiwa yang begitu menyakitkan hati Rasulullah ﷺ sampai menangis. Kejadian itu dimulai oleh Abu Lahab. Ia adalah paman Rasulullah ﷺ tetapi juga merupakan orang yang paling keras menentang beliau.
Setelah turunnya surat Al-Lahab yang mengancamnya dengan neraka, Abu Lahab mendatangi kedua putranya yaitu  Utaibah dan Utbah. Kedua putranya ini adalah para menantu Rasulullah ﷺ. Utaibah menikah dengan Ummu Kultsum, Utbah menjadi suami Ruqayyah.
Tiba di hadapan kedua putranya itu ia menunjuk mereka dengan telunjuknya yang besar sambil berkata,
"Haram aku bertemu kalian sesudah ini jika kalian tidak juga mau menceraikan kedua putri Muhammad!"
Diceritakannya juga bahwa Rasulullah ﷺ membacakan firman Allah yang sangat mengganggu hati istri Abu Lahab. Ummu Jamil yang dalam surat Al-Lahab itu disebut sebagai pembawa kayu bakar datang memarahi putra-putranya,
"Anak-anakku, ceraikanlah mereka. Keduanya telah keluar dari agama leluhur kita!"
Kedua pemuda itu menurut, mereka menceraikan kedua putri Rasulullah ﷺ yang kemudian mereka pulang sambil menangis. Setelah menceraikan Ummu Kultsum,  Utaibah Bin Abu Lahab mempersiapkan diri untuk pergi berdagang bersama kafilah Mekah. Namun sebelum berangkat dia mendatangi Rasulullah ﷺ dan berkata,
"Aku tidak beriman kepada agamamu aku ceraikan putrimu! Kamu tidak boleh mendatangiku dan aku pun tidak akan mendatangimu!"
Belum cukup berkata kasar Utaibah menjulurkan tangannya dan menarik baju Rasulullah ﷺ sampai robek. Bisa kalian bayangkan perasaan Rasulullah ﷺ. Maka Rasulullah ﷺ berdoa,
"Semoga Allah membinasakannya dengan singa-Nya."
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
 mengabulkan doa itu. Dalam perjalanan dagang menuju Syam rombongan Utaibah berhenti di tempat bernama Az Zarqaa. Pada malam itu seekor singa mengintai mereka. Utaibah berkata,
"Celaka demi Allah, binatang ini pasti akan memangsaku seperti yang dikatakan Muhammad."
Teman-teman Utaibah menenangkannya dan menyuruhnya tidur di tengah, sementara mereka tidur berkeliling melindunginya. Singa itu pergi, namun ia datang lagi pada tengah malam dan menerkam kepala Utaibah sampai mati.
Rasulullah ﷺ bertanya kepada iblis,

"Berapa teman-temanmu dari umatku?" Ia menjawab, "10, yaitu penguasa zalim, orang kaya yang takabur, pedagang khianat, peminum khamr, pengadu domba, orang yang riya, pemakan riba, pemakan harta anak yatim, orang yang enggan berzakat, dan orang yang panjang angan-angan."
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 17
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Ummu Jamil
Allah yang Maha Penyayang tentu sangat mengasihi Rasulullah ﷺ. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى selalu menurunkan pertolongannya kepada Rasulullah ﷺ yang setia dan sangat besar cintanya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى a itu.
Seperti terekam dalam peristiwa berikut:
Ummu Jamil istri Abu Lahab adalah wanita yang cantik, namun ia tidak kalah dari suaminya dalam memusuhi keponakan mereka  Rasulullah ﷺ. Setiap malam ia menebarkan duri dijalan yang akan dilalui Rasulullah ﷺ pada keesokan harinya. Mulutnya juga kasar sekali. Dengan mulutnya itu ia menyumpahi Rasulullah ﷺ  sindiran-sindiran menyakitkan dan menciptakan isu-isu bohong mengenai diri Rasulullah ﷺ. Di sulutnya api fitnah, hingga besar berkobar. Dihasutnya semua orang untuk memerangi Rasulullah ﷺ dan pengikutnya tanpa tanggung-tanggung lagi. Karena itulah Al Quran menyebutnya sebagai wanita pembawa kayu bakar neraka. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengancam wanita ini di dalam firman-Nya,
فِیۡ جِیۡدِہَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ ٪
"Yang di lehernya ada tali dari sabut"
(QS Al-Lahab ayat 5)
Ketika mendengar ayat Al-Quran mengenai dirinya tersebut Ummu Jamil sangat marah. Dengan kalap diambilnya segenggam batu dan dia pun pergi mencari Rasulullah ﷺ. Ummu Jamil mendatangi kabah karena ia tahu bahwa Rasulullah ﷺ sering pergi kesana. Kebetulan di tempat itu Rasulullah ﷺ sedang duduk bersama Abu Bakar. Ketika Ummu Jamil hampir tiba di tempat keduanya, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى membutakan sebagian penglihatan Ummu Jamil sehingga hanya Abu Bakar yang ia lihat.
"Abu Bakar di mana temanmu itu?" bentak Ummu Jamil geram sekali. "Aku dengar dia menjelekkan diriku. Demi Allah, seandainya aku menemukannya akan aku sumpal mulutnya dengan batu di tanganku ini. Demi Allah aku adalah seorang penyair ulung".
Saat itu juga Ummu Jamil bersyair:
Kami membangkangnya hingga dia terhina.
Kami tidak mempedulikan perintahnya.
Kami berpaling dari agamanya.
Selanjutnya wanita ini pergi. Kemudian Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Rasulullah apakah dia tidak melihat Anda?"
"Dia tidak melihatku, Allah telah menahan matanya agar tidak melihatku" demikian sabda Rasulullah ﷺ.
Siksaan Keras Bagi Rasulullah
Rasulullah ﷺ adalah teladan dalam kesabaran. Beliau sering diganggu dan didzalimi dengan keras, sehingga membuat para sahabatnya menangis. Namun beliau tetap tabah dan terus berjuang.
Suatu ketika pernah para pemuka Quraisy berkumpul di Hijr, mereka membicarakan Rasulullah ﷺ dan dakwahnya. Salah seorang pemuka Quraisy itu berkata,
"Belum pernah kita menyaksikan kelakuan seperti yang diperbuat lelaki ini.
"Dia telah melecehkan akal kita, menjelek-jelekkan agama kita, memecah-belah jamaah kita, mencaci tuhan-tuhan kita. Kita terlalu sabar menahan diri atas perkara besar ini."
Tapi ketika itu Rasulullah ﷺ dengan tenang  mendekati Ka'bah dan melakukan Thawaf. Hujan sindiran dan lecehan yang terjadi terhadap firman Allah atau sabda beliau  terlontar deras dari mulut mereka. Wajah Rasulullah ﷺ berubah mendengar sindiran itu, namun beliau terus melakukan thawaf. Ketika Rasulullah ﷺ lewat di dekat mereka, lagi-lagi hujan sindiran kembali datang. Wajah beliau berubah lagi, tetapi beliau terus melakukan thawaf. Ketika untuk ketiga kalinya orang-orang kafir itu menyindir, Rasulullah ﷺ berhenti dan bersabda,
"Dengan cara apakah kalian mendengar wahai kaum Quraisy? Ketahuilah demi Allah aku telah datang kepada kalian dengan membawa ancaman azab."

Ucapan yang beliau lontarkan itu begitu menusuk hati.
Sehingga semua orang itu pucat ketakutan sampai-sampai orang yang paling keras menyindir pun akhirnya berkata lembut kepada Rasulullah ﷺ yang terus menatap mereka dengan tajam.
"Pergilah wahai Abul Qosim pergilah dengan damai. Demi Allah kamu bukan orang bodoh."
Namun orang-orang itu berkumpul lagi keesokan harinya dengan rasa malu Mereka berkata  satu sama lain,
"Kemarin kita telah menyinggung Muhammad tentang kelakuannya kepada kita tetapi ketika ia mengancam kita dengan azab kita malah ketakutan!"
Maka ketika Rasulullah ﷺ lewat mereka berlompatan menghadang beliau,
"Kamukah yang berkata begini dan begitu untuk mengejek tuhan-tuhan kami?"
"Ya akulah yang mengatakannya," jawab Rasulullah ﷺ.
Maka salah satu dari mereka menarik selendang beliau dan menjambak rambut beliau dengan sangat keras. Saat itulah, Abu Bakar datang mencegah mereka dengan air mata bercucuran. Orang-orang itu pun pergi dengan rasa puas.
Melihat besarnya dan berat penderitaan Rasulullah ﷺ dalam berjuang timbullah dalam hati rasa cinta yang amat sangat kepada beliau. Cinta kita ini adalah tanda keimanan seperti yang disabdakan Rasulullah ﷺ,
"Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku merupakan orang yang paling dicintainya lebih dari ayahnya, anaknya atau orang lain."
(Hadits Riwayat Bukhari).


Kasih Sayang Abu Bakar kepada Rasulullah
Ketabahan dan keteguhan hati Rasulullah ﷺ dalam berjuang menimbulkan kesetiaan dan kasih sayang yang luar biasa pada diri sahabat-sahabatnya terhadap beliau. Ketika jumlah kaum muslimin baru 38 orang Abu Bakar mendesak Rasulullah ﷺ agar mereka berdakwah secara terang-terangan.
Mulanya Rasulullah ﷺ menolak karena jumlah mereka masih sedikit. Namun Abu Bakar terus memohon sampai akhirnya Rasulullah ﷺ mengabulkan kaum Muslimin  pergi ke Ka'bah dan berpencar ke beberapa sudut, sementara itu Abu Bakar berdiri di depan Ka'bah dan menyeru semua orang agar memeluk Islam.
Demikianlah Abu Bakar menjadi khatib pertama yang menyeru ke jalan Allah. Dalam waktu singkat kaum musyrikin berdatangan dan memukuli Abu Bakar serta kaum muslimin.
Utbah bin Rabiah memukul wajah Abu Bakar dengan sepasang sepatu bersol dan menginjak perut Abu Bakar. Abu Bakar terluka begitu parah sampai orang tidak bisa membedakan lagi mana wajah dan hidungnya.
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 18
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Kasih Sayang Abu Bakar kepada Rasulullah

Ketika bani Tamim, kabilah Abu Bakar berhasil menyelamatkan Abu Bakar, beliau ditandu dengan sehelai kain. Baru sore hari Abu Bakar bisa bicara, namun kata-kata yang pertama keluar dari mulutnya adalah,
"Bagaimana keadaan Rasulullah?"
Keluarganya terus membujuk agar Abu Bakar mau makan dan minum, namun Abu Bakar hanya bertanya dan bertanya lagi,
"Bagaimana keadaan Rasulullah?"
Ketika malam telah larut dan keadaan di luar sepi Ummu Alkhoir, Ibu Abu Bakar membimbing Abu Bakar menemui Rasulullah ﷺ di rumah Arqam. Rasulullah ﷺ langsung memeluk dan mencium Abu Bakar, demikian pula dengan para sahabat yang lain. Mereka merasa sangat iba kepada Abu Bakar. Abu Bakar berkata,
"Wahai Rasulullah demi Allah aku tidak apa-apa, kecuali pukulan si fasik itu pada wajahku. Ini Ibuku, beliau amat sayang kepada anaknya. Anda orang yang membawa berkah. Karena itu ajaklah dia masuk islam dan doakanlah dia, semoga Allah menyelamatkannya dari neraka melalui tangan Anda.”
Rasulullah ﷺ mendoakan ibu Abu Bakar dan menyuruhnya masuk Islam, akhirnya Ibu Abu Bakar pun memeluk Islam.
Demikianlah besarnya kasih sayang Abu Bakar kepada Rasulullah ﷺ. Begitu pula kasih sayang Rasulullah ﷺ kepada para sahabat dan umatnya.
Selain Aisyah, putri Abu Bakar yang lain adalah Asma. Asma pernah berkata,
"Sesungguhnya kebahagiaanku dalam imanku dan sesungguhnya imanku dalam hatiku dan sesungguhnya hatiku tidak dikuasai oleh siapa pun selain Allah. Itulah kebahagiaan jiwa yang sebenarnya yang tidak dipengaruhi berbagai rintangan yang  mengelilingi hidup kita."

Rasulullah Sangat Menyayangi Kaum Anshor
Ketika Rasulullah ﷺ menderita sakit keras, yang paling merasa sedih adalah kaum Anshor. Mereka menangis karena takut beliau meninggal. Seorang sahabat datang ke sisi tempat tidur Rasulullah ﷺ sambil melapor,
"Kaum Anshor lelaki dan wanita berkumpul di masjid mereka menangisi Anda."
Rasulullah ﷺ bertanya, "Apa yang membuat mereka menangis?"
"Mereka takut Anda akan meninggal dunia."
Rasulullah ﷺ pun keluar dalam keadaan sakit, dia duduk di atas mimbar sambil berpegangan dengan menggunakan selimut yang dihamparkan di bahunya, kepala Beliau juga dibalut dengan perban. Setelah duduk membaca Hamdalah lalu bersabda,
"Wahai manusia kalian akan bertambah banyak, tetapi kaum Anshor sedikit. Mereka seperti garam bagi makanan. Siapa saja yang memegang urusan mereka, hendaknya menerima kebaikan dari mereka, dan memaafkan orang yang bersalah dari mereka."
Dalam riwayat lain Rasulullah ﷺ juga bersabda,
"Setiap nabi punya peninggalan, kaum Anshor adalah peninggalanku. Orang-orang lain makin banyak sedang kaum Anshor makin sedikit. Terimalah yang baik dari mereka, dan maafkanlah yang salah dari mereka."

Rasulullah ﷺ  disambut baik oleh kaum Anshar termasuk oleh anak-anak dan para pembantu mereka. Dengan penuh kasih sayang beliau tatap wajah orang-orang yang mencintainya. Mata beliau sayu saat bersabda,
"Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, aku sungguh mencintai kalian."
Kemudian Rasulullah ﷺ berpaling kepada sahabat yang lain dan bersabda,
"Kaum Anshor telah menunaikan kewajiban mereka. Tinggal kalian. Maka terimalah orang yang baik dari mereka dan maafkanlah orang yang bersalah dari mereka."
Beliau kembali menatap kaum Anshor dan berkata,
"Kaum Anshor, kalian akan mendapat ketidakadilan setelahku."
Kaum Anshor pun bertanya,
"Jika begitu apa pesan anda?"
Rasulullah ﷺpun berpesan,
"Aku perintahkan kalian bersabar sampai kalian bertemu dengan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى  dan rasul-Nya."
Begitu sayangnya Rasulullah ﷺ sampai beliau menitipkan kaum Anshor kepada yang lain.
Dari Al Baro' bin Azib bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda perihal orang Anshar,
"Tidak ada yang mencintai mereka  kecuali orang mukmin dan tidak ada yang membenci mereka kecuali orang-orang munafik. Barang siapa mencintai mereka maka Allah akan mencintainya dan barangsiapa membenci mereka maka Allah akan membencinya."

 Doa Rasulullah ﷺ untuk Bundanya
Rasulullah ﷺ adalah orang yang sangat suka menjalin tali kekerabatan dan silaturahim.  Khadijah istri beliau bahkan menyebut suaminya itu sebagai
"Orang yang menyambung kekeluargaan dan berkata benar."
Begitu sempurnanya Rasulullah ﷺ menyambung tali silaturrahim sampai-sampai ketika belum diangkat menjadi rasul, beliau diberi gelar Al Amin. Bahkan sejak kecil, ketika ditinggalkan oleh ayah dan bundanya, Rasulullah ﷺ sudah menjalankan hak dan kewajibannya sebagai seorang anak. Saat berumur 7 tahun atau 1 tahun setelah ibunya wafat  Muhammad kecil pergi mengunjungi makam sang bunda yang letaknya jauh di Yatsrib.
Jadi jangankan kepada orang yang masih hidup kepada yang telah wafat pun Rasulullah ﷺ tidak memutuskan hubungan silaturahim. Abu Hurairah berkata,
"Pernah Rasulullah ﷺ berziarah ke makam ibunya lalu menangis dan membuat orang di sekitarnya juga menangis karena tangisnya, kemudian beliau bersabda,
"Aku minta izin kepada Allah untuk meminta ampun atas ibuku tapi tidak diberi izin."
"Kemudian aku minta izin untuk menziarahi makamnya, lalu aku diizinkan. Maka ziarahilah kuburan karena itu akan mengingatkanmu pada kematian."
Kecintaan Rasulullah ﷺ kepada kaum kerabatnya sangat besar. Beliau rela dicaci dan disiksa oleh paman-pamannya sendiri dalam upaya menyelamatkan mereka kelak, dari siksa neraka.
Beliau pernah  menyeru kepada seluruh keluarganya,
"Ya Bani Abdi Syams, Bani Ka'ab bin Lu'ay selamatkan dirimu dari api neraka! Wahai bani Abdi Manaf, selamatkan diri kalian dari api neraka! Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari api neraka! Wahai Bani Abdul Mutholib, jagalah diri kalian dari siksa neraka! Wahai Fatimah anakku, selamatkan dirimu dari api neraka!
Aku tidak bisa membela kalian kelak di hadapan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى  walau kalian adalah kaum kerabatku, kecuali aku akan meneteskan air mata kekeluargaan ini semampuku untuk menjaga hubungan dengan kalian di dunia."
Ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah ﷺ seraya berkata,
"Ya Rasulullah, saya ingin ikut berjihad, tapi saya tidak mampu!"
Rasulullah ﷺ bertanya,
"Apakah orangtuamu masih hidup?"
Orang itu menjawab,
"Ibu saya masih hidup." Maka Rasulullah ﷺ menjelaskan,
"Temuilah dia dengan bersikap menjaga, memelihara dan menghormati orangtuamu  (Birrul Walidain). Jika engkau melakukannya, sama dengan engkau berhaji, berumroh, dan berjihad."
(Hadist riwayat Abu Ya'la dan at Thabrani dengan sanad Jayyid)

Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 19
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Canda Rasulullah ﷺ
Rasulullah  ﷺ tidak pernah tertawa terbahak-bahak. Beliau hanya tersenyum. Seperti yang dikatakan oleh Aisyah,
"Aku belum pernah melihat Rasul tertawa lebar sampai gusinya kelihatan, namun kulihat beliau cukup tersenyum saja."
Namun tidak tertawa bukan berarti Rasulullah ﷺ tidak suka bergurau. Beliau senang bermain dan bercanda dengan anak-anak sehingga membuat mereka riang dan ceria. Pada saat itu orang dewasa tidak lazim bergurau dengan anak-anak, sehingga anak-anak bertanya,
"Wahai Rasulullah mengapa engkau bercanda dengan kami?"

Rasulullah ﷺ memang tidak mungkin berdusta walau dalam keadaan santai dan bercanda. Dengarlah apa yang beliau katakan kepada Anas bin Malik saat bergurau dengan sahabatnya itu. Rasulullah ﷺ memanggil Anas, "Wahai orang yang berkuping dua."
Canda Rasulullah ﷺ sering ditunjukkan untuk menghibur hati yang sedih walau yang sedang bersedih itu seorang anak kecil. Suatu ketika anak Ummu Sulaim yang bernama Abu Umar sedang bersedih hati karena burung pipitnya mati. Maka Rasulullah ﷺ mendekat dan berkata,  "Hai Abu Umair,  apa yang dilakukan burung pipitmu?"
Abu Umar pun menumpahkan semua kesedihan hatinya kepada beliau sampai dukanya hilang.

Suatu ketika ada seorang Badui bernama Zahir bin Hiram datang untuk berdagang. Zahir termasuk orang yang buruk rupa. Tiba-tiba Rasulullah ﷺ memeluk Zahir dari belakang dan menutup kedua mata Zahir dengan telapak tangannya. Zahir berseru,
"Lepaskanlah aku, siapakah ini?"
Setelah tahu yang mendekapnya adalah Rasulullah ﷺ, Zahir balas memeluknya. Namun Rasulullah ﷺ masih terus bergurau dengan berseru,
"Siapa yang mau beli budak ini?"
Zahir menjawab,
"Ya Rasulullah, kalau begitu, aku tidak laku."
"Ya," jawab Rasulullah ﷺ, "Sebab di sisi Allah kamu sangat mahal harganya.

Tidur Rasulullah ﷺ

Seluruh segi kehidupan Rasulullah ﷺ merupakan kegiatan yang rapi, teratur dan memiliki adab yang indah. Semua itu dapat menjadi bahan untuk kita teladani bersama bahkan sampai tidur sekali pun beliau mengajarkan cara-cara yang baik kepada kita.
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Apabila salah seorang di antara kamu hendak masuk ke dalam kamar tidur atau hendak tidur, hendaklah mengambil ujung selimut dan menyempurnakannya untuk melingkupi seluruh tubuhnya."
Hendaklah ia juga menyebut nama Allah karena sesungguhnya dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi sesudah itu dalam tidurnya. Apabila dia hendak memiringkan badannya hendaklah dia memiringkannya pada sisi kanan dan hendaklah berkata,
"Maha suci Engkau ya Allah Tuhanku karena Engkau aku meletakkan sisi badanku dan karena Engkau aku mengangkatnya. Jika Engkau merenggut jiwaku ampunilah dia dan jika Engkau melepaskannya jagalah sebagaimana engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang shalih."
Setelah tidur Rasulullah ﷺ selalu bangun pada akhir malam untuk mendirikan sholat, menghidupkan malam dengan bermunajat kepada Allah. Begitu khusuknya beliau sholat malam sampai kaki beliau bengkak. Jika sholat malam sendirian, bukan main lamanya beliau sholat, namun jika salat berjamaah di masjid beliau mempercepat sholatnya karena memahami bahwa tidak semua jamaah sholat memiliki kekuatan sewaktu berdiri berlama-lama.
Hudzaifah bin Yaman berkata,
"Aku pernah sholat malam bersama Rasulullah. Beliau membaca surat Al Baqarah lalu ruku ketika sampai pada ayat yang ke-100, setelah itu beliau bangun dan menamatkannya pada rakaat yang kedua. Kemudian beliau bangun lagi dan membaca surat Ali Imron lalu Anisa kalau ada ayat tasbih beliau bertasbih. Kalau membaca doa beliau berdoa. Kemudian ruku lama sekali seakan-akan sama dengan 1 rakaat, lalu bangun dan diam agak lama, kemudian sujud lama sekali hampir sama dengan bangunnya."
Setelah sholat subuh Rasulullah ﷺ meneruskan ibadah paginya.

 Ibadah Pagi Rasulullah ﷺ
Setiap kali sholat subuh berjamaah, Rasulullah ﷺ duduk berdzikir sampai matahari terbit.  Kemudian, beliau sholat lagi dua rakaat.  Rasulullah ﷺ sendiri bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Anas,
"Barang siapa sholat subuh berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian sholat dua rakaat, maka ia mendapat pahala haji dan umrah. Sempurna, sempurna, sempurna.”
Saat pagi beranjak siang dan sinar matahari sudah menerpa wajah wajah manusia,  itulah waktu dhuha,  yakni waktu memulai segala aktivitas di dunia,  waktu bekerja, dan beramal shalih. Waktu memeras keringat dan membanting tulang.  Rasulullah ﷺ menggunakan waktu ini untuk menerima tamu,  mengajar,  bersilaturahim,  juga untuk melakukan shalat.

Aisyah pernah ditanya, "Apakah Rasulullah ﷺ selalu shalat dhuha? "
Aisyah menjawab,
"Ya, sebanyak empat rakaat dan beliau menambah lagi berapa saja yang beliau mau."
Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 20
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Keseharian Rasulullah ﷺ
Canda Rasulullah ﷺ dengan siapapun bersumber dari sifat beliau yang ramah dan terbuka. Beliau pernah bersabda kepada Aisyah dalam hadist riwayat Ahmad,
"Ya Aisyah, milikilah sifat ramah dan kasih sayang karena sesungguhnya apabila Allah menghendaki kebaikan dalam penghuni sebuah rumah, maka Allah akan menunjukkan kepada mereka sifat ramah."
Rasulullah ﷺ sangat menganjurkan kepada kita agar tidak hanya mengisi sepenuh malam dengan tidur tetapi juga mengisinya dengan beribadah. Rasulullah ﷺ bersabda,
"Apabila seseorang bangun malam kemudian membangunkan keluarganya, seraya sholat bersama, keduanya dicatat sebagai orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah."
(Hadist riwayat Ibnu Hibban)
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Hendaklah  kamu, setiap pagi bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya. Setiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, melarang keburukan adalah sedekah, dan sebagai ganti dari semua itu cukuplah mengerjakan dua rakaat salat Dhuha."
(Hadist riwayat Ahmad, Muslim dan Abu Daud)
Rasulullah ﷺ tidak pernah marah kepada pembantunya. Suatu hari, datanglah seorang lelaki meminta nasehat dan Rasulullah ﷺ bersabda,  "Jangan marah! "
Tidak lama kemudian kabilah lelaki itu terlibat pertengkaran dengan kabilah lain. Orang itu segera mencabut pedang dan bergegas maju, tetapi tiba-tiba ia teringat pesan Rasulullah ﷺ. Nasehat Rasulullah ﷺ untuk mengajak kabilah lawannya itu berbicara baik-baik. Perang terhindarkan dan pertumpahan darah dapat dicegah oleh pesan kecil itu...

 Cara Rasulullah ﷺ Memperlakukan Pembantunya
Banyak orang menganggap rendah seorang pembantu. Para pembantu sering dianggap sebagai orang berkelas rendah yang bahkan bisa diperlakukan semena-mena.  Namun bukan itu yang Rasulullah ﷺ ajarkan. Beliau mengajarkan bahwa nilai seseorang ditentukan oleh iman dan takwanya.
Dengarlah pesan beliau tentang pembantu kita,
"Mereka adalah saudara kalian. Allah menjadikan mereka di bawah kendali kalian, maka berikanlah mereka makanan sebagaimana yang kalian makan. Berilah mereka pakaian sebagaimana pakaian kalian. Janganlah sekali-kali kalian menyuruh sesuatu di luar batas kemampuannya. Jika kalian menyuruh sesuatu,  bantulah pekerjaannya semampu kalian."
Tidak hanya sampai di situ, Rasulullah ﷺ bahkan menyenangkan para pembantu dan mendoakannya.
Anas bin Malik ketika kecil pernah menjadi pembantu rumah tangga di rumah Rasulullah ﷺ selama 10 tahun. Suatu hari ibu Anas datang dan berkata, "Ya Rasulullah Anas ini pembantumu,  doakanlah dia."
Maka Rasulullah ﷺ pun berdoa
"Ya Allah berilah dia harta dan anak yang banyak dan berkatilah atas apa yang kau berikan."

Setelah Rasulullah ﷺ wafat, Anas pindah ke Basrah dan berkeluarga di sana. Apa yang didoakan Rasulullah ﷺ benar-benar memberkahi kehidupannya. Umur Anas panjang sampai lebih dari 100 tahun. Hartanya berkah melimpah dan cucunya berjumlah ratusan.
Walau dikenal sebagai seorang yang sangat berani, Rasulullah ﷺ tidak pernah menggunakan keberaniannya itu untuk hal-hal yang tidak pada tempatnya. Aisyah berkata,
"Belum pernah Rasulullah ﷺ memukul seseorang dengan tangannya, apalagi perempuan dan pembantu, kecuali dalam jihad meneguhkan kalimat Allah."
Aisyah juga menuturkan,
"Belum pernah aku melihat Rasulullah ﷺ membalas dendam atau menagih sesuatu yang bersifat pribadi. Namun kalau sudah melihat kemungkaran dan kemaksiatan, beliau adalah orang yang paling keras. Apabila di hadapkan pada dua pilihan beliau memilih yang paling mudah di antara keduanya."
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berpesan, "Allah itu lembut dan senang kepada kelembutan dalam segala urusan."

*Hadiah untuk Rasulullah ﷺ *
Salah satu tali pengikat persahabatan dan persaudaraan itu adalah hadiah. Aisyah berkata,
"Rasulullah ﷺ suka menerima hadiah dari orang lain dan beliu pun membalasnya dengan memberi hadiah pula.”
Memberi hadiah termasuk tanda kemurahan hati dan kemuliaan diri. Rasulullah ﷺ bersabda,
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah dia menghormati tamunya. Hak tamu sebagai hadiah adalah sehari semalam dan hak orang bertamu itu selama tiga hari, selebihnya adalah sedekah. Tamu tidak boleh melakukan sesuatu yang membuat kesal tuan rumah.”
Suatu ketika ada seorang wanita datang kepada Rasulullah ﷺ membawa sebuah kain bersulam yang indah. Ia berkata,
"Aku menyulamnya sendiri dengan tanganku. Pakailah  ini ya Rasulullah!"
Rasulullah ﷺ menerima dengan senang hati dan penuh terimakasih seakan-akan dia benar-benar sangat membutuhkannya. Ketika tamu yang baik itu pulang,  beliau memakainya sebagai sarung. Tiba-tiba datanglah seorang sahabat dan meminta,
"Berikanlah sarung itu kepadaku wahai Rasulullah, Alangkah indahnya!"
Rasulullah ﷺ mengangguk, "Ya."
Beliau pulang merapikan dan melipat kain itu. Setelah itu beliau kembali dan memberikannya kepada orang yang meminta. Orang itu senang bukan main. Namun beberapa sahabat mengecamnya,
"Alangkah indahnya kain itu. Telah dipakai Rasulullah ﷺ dan engkau minta. Kita tahu Rasulullah ﷺ tidak akan menolak permintaanmu."
Orang yang mendapatkan itu berkata,
"Demi Allah aku memintanya bukan untuk aku pakai. Kain ini akan aku jadikan sebagai kain kafanku nanti jika aku mati."
Apa yang diharapkan orang itu pun terjadi. Ketika ia mati, kain bersulam indah itulah yang menjadi kain kafannya.

Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 21
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Keseharian Rasulullah ﷺ
Kemurahan dan keteladanan Rasulullah ﷺ selalu dibarengi dengan kebersihan jiwa dan ketulusan cinta. Tidak pernah beliau  memberi dengan muka masam atau bersungut-sungut. Jabir bin Abdullah berkata, "Rasulullah ﷺ kalau diminta oleh sesama tidak pernah menolak dan atau mengatakan tidak."
Senyum kepada saudara muslim kita adalah sedekah. Dalam Hadits Riwayat Bukhari, Jarir bin Abdullah berkata, "Belum pernah aku melihat Rasulullah ﷺ atau Rasulullah melihatku sejak aku masuk Islam, kecuali beliau dalam keadaan tersenyum. Sampai-sampai banyak orang yang berada di dekat beliau mengira bahwa dialah yang paling akrab dengan Rasulullah ﷺ.

 Kasih Rasulullah ﷺ untuk Anak-anak
Sebelum  putra Rasulullah ﷺ yang bernama Ibrahim meninggal pada waktu bayi, beliau seringkali mengambil merangkul dan mencium Ibrahim. Hati beliau  yang lembut adalah hati yang penuh sayang dan pengertian. Beliau mengajarkan  bahwa hati yang keras pun bisa dilembutkan perlahan-lahan. Salah satu cara yang diajarkan Rasulullah ﷺ untuk melembutkan hati adalah dengan mencintai anak-anak.
Kasih sayang Rasulullah ﷺ melimpah kepada seluruh anak tidak cuma terbatas kepada keluarganya semata. Rasulullah ﷺ selalu memberi salam jika bertemu anak-anak. Para sahabat beliau pun meneladani ini. Rasulullah ﷺ tahu bahwa anak-anak memang suka nakal dan manja, tetapi tidak pernah sekali pun dia memarahi, membentak, atau menegur mereka.
Aisyah menuturkan, "Sekelompok anak kecil dan bayi dibawa ke hadapan Rasulullah ﷺ. Lalu beliau mendoakan dan menggendong anak-anak kecil itu. Salah seorang anak kencing dan membasahi baju beliau. Kemudian beliau minta air dan disiramkan ke bajunya."
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bercanda dengan cucunya Hasan bin Ali sambil menjulurkan lidah sehingga kelihatan merahnya. Hasan pun tertawa.

Anas berkata, "Rasulullah ﷺ mencandai anak kecil, Zainab Putri Ummu Salamah. Beliau berkata lucu dengan panggilan sayang, "Wahai Zuwainab, Zuwainab,  wahai Zuwainab."
Pada waktu sholat pun beliau masih memperhatikan kasih sayang terhadap anak kecil. Beliau pernah shalat sambil menggendong cucunya, Umamah putri Zainab. Saat beliau sujud Umamah didudukkan di sampingnya. Ketika berdiri Umamah digendongnya lagi.
Rasulullah ﷺ bahkan suka bermain air dengan anak-anak. Mahmud bin Rabi mengatakan, "Ketika masih berumur 5 tahun aku ingat Rasulullah ﷺ pernah memercikkan air ke mukaku dari sebuah sumur di rumahku."
Ingatlah pesan Rasulullah ﷺ, "Wahai anak-anak kalau kamu minta sesuatu, mintalah kepada Allah, jika kamu minta tolong minta tolonglah kepada Allah."
Bukanlah menyayangi anak jika seorang muslim memperlakukan anaknya dengan lembut tapi tidak mengajarkan Islam kepadanya.
Rasulullah ﷺ bersabda "Suruhlah anak-anakmu shalat pada umur 7 tahun dan pukullah mereka jika tidak melaksanakannya sampai umur 10 tahun. Perintah memukul di atas bukan untuk menyakiti anak tetapi untuk memberikan kesan kepada anak akan kesungguhan ayah dalam  menyuruhnya menjalankan ibadah dan betapa ayah akan marah kalau perintah itu dilanggar."

Rasulullah ﷺ Membalas dengan Kebaikan
Rasulullah ﷺ sangat tidak menyukai sifat keras, kasar dan kejam.  Beliau memerintahkan kita mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan jalan yang baik dan lemah lembut. Dengan berbuat baik kepada orang lain tidak mungkin orang berbuat jahat kepada kita. Kalau bisa walaupun kita disakiti, janganlah dibalas dengan tindakan serupa. Rasulullah ﷺ menyuruh kita agar membalasnya dengan kebaikan. Inilah sifat Kelembutan (Al-Hilm) yang diajarkan Rasulullah ﷺ.
Beliau tidak pernah membalas dendam. Beliau tidak pernah memukul kecuali saat berjihad. Rasulullah ﷺ tidak cepat marah dan memaklumi orang yang berbuat salah karena tidak tahu atau karena lupa.
Anas meriwayatkan, "Aku berjalan bersama Rasulullah ﷺ beliau memakai sorban tebal buatan Najran yang beliau lilitkan di lehernya. Tiba-tiba ada orang desa menarik sorban tersebut dengan keras dan kasar sehingga aku melihat bekasnya dibahu beliau.
Orang itu berkata, "Wahai Muhammad berilah aku harta Allah yang ada padamu!" Rasulullah ﷺ menoleh dan tertawa kemudian menyuruh untuk memberi uang kepada orang tersebut."
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa suatu hari seorang Badui datang ke masjid dan kencing di dalamnya. Para sahabat yang melihatnya marah. Mereka berlompatan dan menghambur untuk memukulinya. Namun Rasulullah ﷺ cepat-cepat mencegah. Beliau bersabda, "Biarkan dia dan siramlah bekas kencingnya. Kita diutus bukan untuk memberatkan, melainkan untuk mempermudah." Sikap mudah memaafkan dan memaklumi ketidaktahuan orang inilah yang disebut rifq (lemah lembut).

Sifat Rasulullah ﷺ yang lain adalah kesabaran. Beliau sabar menerima ejekan dan cacian. Suatu hari seseorang yang bernama Hakam bin Ash pergi mencari Rasulullah ﷺ. Ia berhasil menemukan beliau yang ketika itu sedang berjalan sendirian. Maka diikutinya langkah Rasulullah ﷺ itu dari belakang kemana pun beliau pergi dengan mengejek dan menghina.  Hakam bin Ash mengembang kempotkan mulutnya dan mencungir-cungirkan hidungnya.
Rasulullah ﷺ menoleh ke belakang. Beliau tidak marah. Beliau bahkan berkali-kali menasehati Hakam untuk menghentikan perbuatannya. Namun Hakam bahkan semakin menjadi-jadi sampai akhirnya Allah mengubah hidung dan mulutnya menjadi seperti itu.
Seorang sahabat berniat ingin meminta tolong kepada Rasulullah ﷺ karena ia sangat miskin. Namun di tengah jalan ia teringat sebuah pesan Rasulullah ﷺ sehingga tidak jadi meminta pertolongan. Kejadian demikian terjadi 3 kali, akhirnya ia mencari kayu bakar lalu menjualnya. Lama-kelamaan hidupnya pun berkecukupan. Pesan Rasulullah ﷺ yang didengarnya adalah, "Barangsiapa meminta pertolongan kepadaku akan kuberi dia pertolongan. Dan barangsiapa mencukupkan diri maka Allah akan mencukupkannya."

Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 22
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Kesabaran Rasulullah ﷺ dalam Berjihad
Suatu ketika Aisyah bertanya kepada Rasulullah ﷺ,
"Apakah ada saat bagi engkau yang kau rasakan lebih berat daripada Perang Uhud?"
Rasulullah ﷺ menjawab,
"Ada yaitu permusuhan dari kaum Quraisy di Aqabah. Ketika aku tawarkan Islam melalui diriku kepada Ibnu Abdi Jalil bin Abdi Kilal ia tidak menerima diriku, kemudian aku pun pergi dalam keadaan sedih. Kemudian aku melihat di atas awan Jibril berseru memanggilku, "Sesungguhnya Allah mendengar apa yang dikatakan kaummu kepadamu dan apa yang telah mereka lakukan terhadapmu. Aku diutus kepadamu untuk memerintah Malaikat Penjaga Gunung agar patuh kepada perintahmu."
Kemudian Malaikat Penjaga Gunung  mengucapkan salam kepadaku dan berkata,
"Wahai Muhammad Allah telah mendengar apa yang dikatakan oleh kaummu kepadamu. Aku ditugaskan oleh Allah untuk memenuhi perintahmu. Kalau engkau mau, dua gunung ini akan kubalikkan dan kukubur mereka."
Aku menjawab,
"Jangan, aku hanya berharap semoga diantara anak cucu mereka ada yang mau menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya."
Begitu sabar dan sayangnya Rasulullah ﷺ kepada sesama sehingga beliau tidak pernah ingin membalas perlakuan jahat orang lain kepada dirinya. Ibnu Mas'ud seorang sahabat dekat Rasulullah ﷺ berkata,
"Aku melihat Rasulullah ﷺ seakan-akan seperti seorang nabi yang dipukul oleh kaumnya sampai berdarah kemudian membersihkan darah dari wajahnya sambil berkata, "Ya Allah ampunilah kaumku karena mereka tidak tahu."

Kesabaran, ketabahan dan ketekunan Rasulullah ﷺ dalam berjuang tidak akan pernah tertandingi oleh siapa pun di bumi ini. Ejekan cacian hujatan fitnahan bahkan usaha pembunuhan sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Namun akhlak beliau yang begitu mulia tidak memberi tempat sedikit pun bagi tumbuhnya dendam di hati beliau.
Padahal menurut suatu riwayat Utbah bin Abdul Mu'ith bahkan pernah menaruh kotoran dan seekor bangkai ke punggung beliau ketika sujud. Utbah ini juga pernah menginjak bahu Rasulullah ﷺ saat beliau sujud dengan begitu keras sampai mata beliau hampir melotot.
Maka wajarlah kalau Ibnu Said meriwayatkan dari Ismail bin Iyash yang berkata bahwa "Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling sabar dalam menghadapi kejahatan manusia."
Sabar itu bukan berarti menyerah pada kedholiman yang menimpa kita dan membuat kita tidak mau melakukan tindakan pembelaan sabar seperti ini disebut dholim li nafsih (menganiaya diri sendiri). Rasulullah ﷺ bersabar dalam berjuang, bukan dalam berdiam diri. Sabar itu terbagi dua sabar kecil dan sabar besar. Sabar kecil adalah sabar terhadap sesuatu yang tidak disukai sementara sabar besar adalah sabar terhadap sesuatu yang dicintai.

 Ujian dari Seorang Pendeta Yahudi
Berikut ini adalah kisah lain tentang betapa dalamnya kesabaran Rasulullah ﷺ.
Suatu hari ada seorang Yahudi datang kepada Rasulullah ﷺ. Ketika itu beliau sedang duduk bersama beberapa sahabatnya. Tiba-tiba tanpa sopan-santun sedikit pun bahkan sama sekali tidak melirik kepada orang-orang di sekeliling Rasulullah ﷺ,  orang Yahudi itu  langsung datang menuju Rasulullah ﷺ dan menarik selendang beliau dengan kasar.
Yahudi bernama Zaid bin Su'nah itu bermaksud hendak menagih hutang. Ia melotot memandang Rasulullah ﷺ dan membentak beliau dengan kasar,
"Wahai Muhammad, apakah kamu tidak mau membayar hutangmu yang menjadi hakku?"
Umar bin Khattab yang saat itu juga berada di tengah para sahabat tidak rela jika kekasihnya diperlakukan demikian kasar, sementara ia ada di situ dengan mata menyala seperti bola api.
Umar bin Khattab berkata kepada Zaid bin Su'nah dengan nada sengit,
"Wahai musuh Allah apa perlu kamu menagih sambil berkata begitu kepada Rasulullah dan memperlakukan beliau seperti yang kulihat ini? Demi Dzat yang mengutus beliau dengan kebenaran, seandainya Rasulullah tidak melarangku niscaya akan kupenggal kepalamu dengan pedang ini."

Zaid bin Su'nah melirik. Ia melihat buku-buku jari Umar Bin Khattab memutih karena begitu erat menggenggam pedangnya. Mau tidak mau dia merasa gentar hatinya.
Namun Rasulullah ﷺ memandang Umar dengan tatapan teduh dan berkata,
"Wahai Umar aku dan dia perlu perlakuan yang lebih baik dari ucapanmu tadi. Seharusnya engkau menyuruhku menepati pembayaran dan menyuruhnya menagih dengan cara yang baik. Pergilah wahai Umar dan cukupilah membayar orang ini dan tambahkanlah kepadanya 20 sha' kurma."
Ketika mengetahui bahwa Umar melebihi pembayaran dengan 20 sha' kurma,  Yahudi yang ternyata seorang pendeta itu berkata,
"Umar aku sengaja berkata kasar untuk mengetahui kenabiannya. Aku melihat dua hal yang kutahu bahwa dia benar-benar seorang nabi. Pertama dia bersifat lembut kedua semakin aku kasar semakin sabar beliau. Maka saksikanlah bahwa aku sekarang menjadi seorang muslim dan kuberikan separuh hartaku untuk kepentingan Islam."
Seorang Yahudi datang kepada Rasulullah ﷺ dan berkata,
"Ya Muhammad,  kami menyembah Allah tanpa takut bisikan setan, sementara kalian menyembah Allah tapi was-was dengan godaan setan."
Rasulullah ﷺ menyuruh Abu Bakar menjawab.
Abu Bakar pun berkata,
"Ada dua rumah yang satu dipenuhi emas dan permata sementara yang satu adalah rumah rusak mana yang lebih diincar pencuri?"
"Rumah yang makmur," jawab si Yahudi.
"Hati kami dipenuhi iman," kata Abu Bakar lagi.
"Sementara hati kalian kosong. Karena itu setan datang berbisik untuk menggelincirkan orang mukmin. Namun Allah  menjaga para kekasih-Nya."

Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 23
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah ﷺ Sangat Suka Bersedekah
Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah ﷺ. Ketika itu di antara dua buah gunung terkumpul harta rampasan perang berupa kambing yang sangat banyak. Laki-laki itu benar-benar tergiur untuk memiliki  banyak kambing. Nafsu mendorongnya untuk meminta semua kambing itu kepada  Rasulullah ﷺ. Pada awalnya, ia agak ragu karena bagaimanapun permintaan itu benar-benar berlebihan, apalagi ia baru saja memeluk Islam. Namun desakan hati sudah keluar melampaui lidahnya sehingga ia pun meminta juga kepada beliau. Tanpa banyak menimbang, Rasulullah ﷺ segera memberikan kambing sepenuh lembah diantara dua gunung itu kepada laki-laki tadi.
Terkejut campur senang karena kedermawanan yang luar biasa ini, laki-laki itu membawa pulang rombongan kambing dan menemui kaumnya.  Di hadapan mereka Ia  berseru, "Wahai kaumku masuklah ke dalam agama Islam. Sesungguhnya Muhammad telah memberiku pemberian yang banyak dia adalah laki-laki yang tidak takut miskin. Maka seluruh kaum itu pun menyambut seruan untuk memeluk Islam. Anas bin Malik berkata,
"Orang tersebut masuk Islam hanya untuk mengharapkan keduniawian. Namun ternyata pada kemudian hari ia lebih mencintai keislamanya dari pada dunia beserta isinya."

Sifat dermawan adalah dasar dari akhlak yang baik. Orang dermawan adalah orang yang sangat peka hatinya pada penderitaan orang lain,  sehingga ia mudah sekali memberi.  Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling dermawan bahkan melebihi tiupan angin.
Ya, mengapa tidak? Bukankah Rasulullah ﷺ tidak pernah mengatakan "tidak" kepada mereka yang meminta bantuan? Bukankah Rasulullah ﷺ selalu memberikan bantuan atau harta walaupun dirinya sendiri dalam keadaan tidak berpunya.
Tirmidzi meriwayatkan, bahwa pada suatu hari ada seseorang datang kepada Rasulullah ﷺ dan meminta berbagai macam barang kebutuhannya. Kebetulan, hari itu Rasulullah ﷺ tidak mempunyai apa yang diminta, maka beliaupun bersabda,
"Belilah apa saja yang kau butuhkan dengan mengatasnamakan aku. Aku yang menanggung utangnya."
Tidak ada yang dapat menyebutkan contoh sikap dermawan seseorang yang melebihi kedermawanan Rasulullah.
Agar jiwa kita tenang Rasulullah ﷺ selalu mencegah kita mengamati apa yang orang lain miliki dan mencegah kita dari sifat rakus. Sabda beliau,
"Hendaklah engkau tidak berputus asa kepada Allah dengan apa yang ada di tangan orang lain dan berhati-hatilah dari sifat rakus, sesungguhnya ia merupakan kemiskinan yang nyata."

Kesederhanaan Makanan Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ adalah seorang pemimpin besar. Umat beliau semakin lama semakin banyak dan wilayah yang tunduk kepada
beliau juga semakin meluas. Kepada beliau, datanglah unta-unta penuh muatan berharga, zakat dari berbagai pelosok, bahkan emas dan perak.
Para pemimpin dengan wilayah kekuasaan yang bahkan lebih kecil daripada beliau pun pasti hidup senang dengan hidangan lezat dan mewah. Akan tetapi apa yang Rasulullah ﷺ dan keluarganya makan sangat sederhana.
Sungguh, sebenarnya Rasulullah ﷺ dan keluarganya tidak pernah makan kenyang. Orang-orang mulia itu hanya makan sekadarnya agar tidak lapar. Rasulullah ﷺ bahkan sering kekurangan makanan sehingga beliau mengajak keluarganya untuk berpuasa. Sering sekali Rasulullah ﷺ tidur tanpa ada sesuatu pun yang dapat dimakan untuk mengisi perut.
Ibnu Abbas meriwayatkan,
"Rasulullah ﷺ melewatkan malam-malamnya bersama keluarga tanpa makan malam, kalau pun ada roti itu pun roti kering yang terbuat dari gandum."
Rasulullah ﷺ tidak miskin. Harta datang mengalir seiring makin berkembangnya Islam ke tempat-tempat yang jauh, namun Rasulullah ﷺ tidak pernah menggunakan harta itu sedikit pun untuk kepentingan beliau dan keluarganya, bahkan tidak untuk sekedar membeli makanan yang layak.

Apa yang beliau dan keluarganya makan benar-benar merupakan hasil keringat mereka sendiri. Harta berlimpah yang tiba di tangan mereka selalu mengalir ke tangan orang-orang fakir tanpa ada sedikit pun yang tertinggal.
Rasulullah ﷺ pernah bertanya kepada  Aisyah,
"Aisyah, apakah ada sesuatu yang bisa dimakan?"
"Tidak ada," jawab  Aisyah
"Kalau begitu aku akan berpuasa," sabda Rasulullah ﷺ.
Dengan makanan yang amat sedikit ini beliau banyak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Itulah sebabnya beliau tidak pernah mencela makanan dan selalu berterimakasih kepada orang yang telah menyediakannya.
Akhlak mulia dalam makanan adalah memakan sedikit dari yang beliau suka, tidak menolak makanan yang disediakan dan tidak mencari-cari apa ya tidak dihidangkan.
Dalam hadits dari Jabir bin Abdillah diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah menunjukkan bangkai anak kambing yang cacat.
"Apakah kalian mau jika anak kambing ini kuberikan kepada kalian?" tanya Rasulullah ﷺ. Orang-orang menolak. Rasulullah ﷺ berkata, "Demi Allah sesungguhnya dunia itu lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai kambing ini dalam pandangan kalian."

Rasulullah Membela Kehormatan Orang Lain
Tempat berkumpul yang paling mulia adalah majelis  menuntut ilmu dan berzikir. Di  tempat seperti inilah Rasulullah ﷺ sering berkumpul dengan para sahabat untuk memberikan petunjuk dan pengajaran. Dalam majelis itu beliau meluruskan kesalahan, mengingatkan yang lupa, dan memberikan segala petunjuk kebaikan. Rasulullah ﷺ selalu melarang gosip, gunjingan, dan adu domba. Beliau tidak rela jika seseorang menceritakan aib orang lain.
Urban bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ sedang bersiap-siap memimpin sholat. Beliau menoleh dan memeriksa jamaahnya. Saat itulah,beliau teringat seseorang.
"Di mana Malik bin Dakhsyam?" tanya Rasulullah ﷺ.
Mengetahui Malik  sudah beberapa kali tidak ikut sholat berjamaah, dengan disengaja seseorang menjawab,
"Dia adalah munafik yang tidak suka kepada Allah dan Rasul-Nya."
Rasulullah ﷺ menatap orang yang berkata begitu dengan pandangan menegur beliau bersabda,
"Janganlah begitu, bukankah dia telah mengatakan tiada Tuhan selain Allah dengan mengharap ridho Allah? Sesungguhnya, Allah mengharamkan masuk neraka bagi orang yang mengatakan "lailahailallah" untuk meraih keridhaan Allah."

Kisah Keteladanan Rasulullah
Bagian 24
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah Membela Kehormatan Orang lain
Beliau mengulangi pernyataan tersebut sampai tiga kali. Demikianlah Rasulullah ﷺ melarang orang bersaksi palsu dan menggunjing. Abu Bakar meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersandar di tembok dan bertanya kepada para sahabatnya,
"Maukah kalian kuberitakan tentang dosa yang paling besar?"
Para sahabat mengiyakan lalu Rasulullah ﷺ bersabda,
"Yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada orangtua."
Kemudian Rasulullah ﷺ duduk dan bersabda,
 “Ingatlah juga kesaksian palsu dan berbohong."
Beliau mengulangi kata-kata terakhir itu terus menerus sampai para sahabat berharap dalam hati agar beliau berhenti mengucapkan itu.
Aisyah pernah menceritakan tentang  Sofia kepada Rasulullah ﷺ begini dan begitu. Namun Rasulullah ﷺ menasehati Aisyah agar tidak mengulangi percakapan demikian.
Tingkatan cinta kepada saudara yang paling rendah adalah berlapang dada pada yang lain. Tidak patut seorang muslim dengki kepada yang lain kecuali seperti dalam hadits Riwayat Bukhari bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
"Tidak boleh dengki kecuali dua hal, yaitu seorang yang diberi Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى kekayaan dan dipergunakannya kekayaan itu untuk mempertahankan yang haq dan kepada seseorang yang diberi Allah ilmu yang dengan ilmu itu diajarkan dan diamalkannya."

Rasulullah ﷺ dan Khadijah
Istri Rasulullah ﷺ yang tidak akan pernah beliau lupakan adalah Khadijah. Walau usia  Khodijah jauh lebih tua dan telah 2 kali menjanda, Rasulullah ﷺ yang saat itu belum menerima risalah kenabian tidak ragu menikah dengannya.
Khadijah dikaruniai kecantikan, kelembutan, kekayaan harta yang melimpah, dan kecerdasan. Namun bukan hanya itu yang membuat Muhammad tertarik, melainkan juga karena keluhuran budi Khadijah yang sudah sangat terkenal di seluruh Mekah.
Khadijah dikenal sebagai wanita bangsawan yang sangat dermawan dan sangat menjaga pergaulannya sebagai wanita terhormat, sehingga orang-orang menjuluki beliau at thohiroh sang wanita suci.
Demikian pula sebaliknya Khatijah memilih Muhammad sebagai suaminya bukan karena ketampanan, semangat, dan kecerdasan saja. Apalagi sebenarnya Muhammad adalah pemuda miskin dan biasa hidup sengsara. Khadijah memilih pemuda sederhana itu karena keluhuran budi dan dalam usia yang sangat muda Muhammad sudah dijuluki al amin orang yang dapat dipercaya. Padahal seluruh bangsawan Mekah dengan harta melimpah sebelumnya berlomba-lomba meminang  Khodijah.

Rasulullah ﷺ dan Khadijah
Pilihan Khadijah ternyata tepat. Dengan Rasulullahlah Khadijah menemui kebahagiaan yang mungkin tidak akan pernah didapatkan wanita lain di dunia ini. Padahal hidup yang dilalui suami istri ini begitu berat dan melelahkan. Khadijah menyerahkan seluruh kesetiaannya kepada Rasulullah ﷺ. Dia begitu bangga dan percaya kepada Rasulullah ﷺ, sehingga cukuplah kata-kata Rasulullah ﷺ untuk menghibur hatinya pada saat berduka.
Khadijah pernah kehilangan dua anak laki-lakinya dari Rasulullah ﷺ Al-Qosim dan Abdullah Ath-Thahir ketika keduanya masih bayi. Ketika salah seorang bayinya itu wafat,  Khadijah mendekapnya erat-erat ke dada, sementara seluruh air matanya turun meleleh memenuhi pipi.
Rasulullah ﷺ menghibur istrinya itu,
"Di surga ada yang akan menyusuinya."
"Kalau begitu hatiku tidak akan terlalu susah," jawab  Khadijah.
"Kalau engkau mau akan kuperdengarkan suaranya di surga," sabda Rasulullah ﷺ lagi.
"Tidak, tidak perlu. Aku percaya kepada Allah dan utusan-Nya," jawab Khadijah.
Ada tiga wanita yang menjadi pembela nabi-nabi Allah sebelum nabi itu mendapatkan wahyu dan mengimaninya setelah mereka kemudian menjadi Nabi.
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Banyak kaum lelaki yang menjadi manusia utuh, namun tiada wanita utuh kecuali Maryam binti Imran ibu Nabi Isa عليه السلم, Asiyah istri Fir'aun dan Khadijah binti Khuwailid."
Orang bijaksana mengatakan,
"Di belakang setiap pria besar terdapat wanita yang membentenginya. Maka  Khadijah adalah benteng dibalik semua perjuangan Nabi Muhammad ﷺ.

Rasulullah ﷺ dan Saudah binti Zum'ah
Setelah  Khadijah wafat tidak ada wanita yang mengurus rumah tangga beliau. Maka Khaulah binti Hakim Assalamiyah istri Umar bin Mashur tergerak hatinya. Ia  menawarkan kepada Rasulullah ﷺ dua orang wanita untuk menjadi istri beliau yaitu Aisyah binti Abu Bakar dan Saudah binti Zum'ah.
Rasulullah ﷺ menerima keduanya. Beliau melamar Aisyah, tetapi menunda pernikahannya sampai Aisyah dewasa. Beliau juga melamar Saudah binti Zum'ah.
Saudah binti Zum'ah termasuk salah seorang wanita pertama yang memeluk Islam. Bersama suaminya terdahulu, ia hijrah ke Habasyah bersama rombongan kedua. Di tempat itulah, suaminya meninggal dan ia pulang sebagai seorang janda. Usianya sudah tidak muda lagi, telah lima puluh tahun.
Ia termasuk seorang wanita yang sangat miskin namun kegigihannya melawan penindasan Quraisy sudah tidak diragukan lagi. Maka Rasulullah ﷺ menikahi Saudah untuk menolongnya dan memberinya perlindungan.
Alangkah terkejut dan gembiranya Saudah dilamar oleh Rasulullah ﷺ. Begitu pula ayahnya yang sudah kehilangan harapan bahwa putrinya akan mendapat lagi seorang suami.

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 25
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah ﷺ dan Saudah binti Zum'ah
Dengan mas kawin 400 dirham kini Saudah menjadi Ummul Mukminin, ibu orang-orang mukmin. Ia menempuh hidup penuh perjuangan bersama Rasulullah ﷺ. Ia sangat mengasihi Rasulullah ﷺ sehingga ketika Rasulullah ﷺ menikahi Aisyah, Saudah memberikan waktu gilirannya untuk Aisyah.
Aisyah berkata,
"Telah menjadi kebiasaan bagi Rasulullah ﷺ jika akan ke luar kota beliau selalu mengundi nama istrinya, siapa yang namanya keluar maka dialah yang beruntung ikut bersama beliau. Beliau juga menggilir setiap istrinya sehari semalam. Namun, giliran Sa'udah binti Zum'ah kadang-kadang diberikannya untukku dengan mengharap kasih sayang dan keridhoan Rasulullah ﷺ."
Rasulullah ﷺ yang menyayangi Sa'udah merasa khawatir istrinya itu tidak bahagia karena selalu mengalah. Maka beliau bertanya bahwa apabila Sa'udah merasa berat menjalani hidup sebagai istri beliau, beliau bersedia menceraikannya agar bisa lebih bahagia. Namun Sa'udah memberi jawaban mengharukan,
"Demi Allah aku ingin tetap menjadi istrimu karena aku ingin kelak dihidupkan Allah sebagai istrimu di akhirat."
Salah satu keutamaan pernikahan Rasulullah ﷺ dengan Sa'udah adalah untuk melunakkan sikap bani Abdul Syam yang selama ini memusuhi Rasulullah ﷺ dan keluarganya. Selain itu juga untuk memuliakan bani Najjar yang memang memiliki pertalian darah dengan Sa'udah dan untuk menghormati Ibu dari Saudah, Syumus binti Qais, yang menjadi penolong serta pembela nabi ketika berhijrah ke Madinah.

Rasulullah ﷺ dan Aisyah
Sebelum dipinang Rasulullah ﷺ, sebenarnya Aisyah sudah dilamar oleh Jabir bin Al Muth'im. Namun melihat kegigihan Abu Bakar membela Islam, orangtua Jabir membatalkan pinangan ini karena mereka khawatir putra mereka akan masuk Islam.
Ketika ditawari untuk menikahi Aisyah, sebelumnya Rasulullah ﷺ tidak berfikir untuk beristri lagi. Namun tawaran yang diajukan itu ternyata adalah tawaran yang sangat baik. Maka Rasulullah ﷺ menerima usulan tersebut. Sebagai seorang utusan Allah, beliau harus menjalin hubungan erat dengan para sahabatnya. Aisyah adalah Putri Abu Bakar As Siddiq, orang yang membela beliau dengan segala apa yang ada. Dengan menjadikan Aisyah sebagai istrinya, berarti Rasulullah ﷺ telah memberi Abu Bakar penghargaan yang sangat layak dan pantas .
Rumah tangga Rasulullah ﷺ juga pernah dilanda pertengkaran, tetapi masih dalam batas wajar karena beliau tidak pernah hanyut dalam  amarah.
Pada suatu hari Abu Bakar minta izin masuk untuk menemui Rasulullah ﷺ, tiba-tiba ia mendengar suara tinggi Aisyah yang ditujukan kepada Rasulullah ﷺ. Abu Bakar menghampiri putrinya itu dan memarahinya,
"Kau berani bersuara keras seperti itu terhadap Rasulullah?"
Tangan Abu Bakar nyaris bergerak untuk menutup mulut Aisyah, namun Rasulullah ﷺ segera mencegah niat Abu Bakar itu.
Gusar karena melihat kelancangan putrinya, Abu Bakar pun keluar rumah. Rasulullah ﷺ bersabda kepada Aisyah,
"Kau lihat sendiri kan, bukankah aku telah menolongmu dari tindakan ayahmu?"
Tidak lama kemudian Abu Bakar kembali dan minta ijin lagi untuk menemui Rasulullah ﷺ. Ternyata beliau dan Aisyah sudah tampak rukun seperti sedia kala. Sambil tersenyum, Abu Bakar pun berkata kepada putri dan menantunya itu,
"Sertakanlah aku dalam perdamaian kalian, seperti kalian telah menyertakan aku dalam peperangan kalian."
Rasulullah ﷺ pun menyambut dengan hati gembira,
"Kami telah melibatkanmu,  kami telah melibatkanmu."
Kelebihan utama yang dimiliki oleh Aisyah dibandingkan dengan istri-istri Rasulullah ﷺ yang lain adalah kepandaian dan kecerdasannya.
Aisyah mengatakan,
"Perut Rasulullah ﷺ tidak pernah terlalu kenyang. Rasulullah ﷺ tidak pernah memesan makanan dan tidak pernah mencari-cari nafsu makan kepada keluarganya. Makanan apa pun yang disajikan oleh keluarganya tidak pernah ditolak. Tidak pernah untuknya diberi makanan sebelum dituangkan minum."

 Aisyah Wanita Terpandang
Zubair bin Al Awwam berkata,
"Saya belum pernah melihat seseorang lebih pandai daripada Aisyah tentang Alquran, hukum fardhu, tentang halal dan haram, tentang syair, tentang kisah, dan silsilah bangsa Arab."
Kedalaman ilmu yang dimiliki Aisyah itu diperolehnya berkat kesempatan seluas-luasnya yang diberikan Rasulullah ﷺ kepada para istrinya untuk menuntut ilmu. Oleh karena itu para istri Rasulullah ﷺ tumbuh menjadi orang-orang yang bisa menjawab pertanyaan tentang ilmu apa pun.
Dengan kecerdasan dan kekuatan hafalannya, Aisyah telah meriwayatkan sekitar 2.210 hadits. Beliau merupakan wanita terpandai dan terbaik pendapatnya dalam berbagai masalah umum. Aisyah juga termasuk orang yang berhasil dengan baik merekam kehidupan Rasulullah ﷺ dalam benaknya, menceritakan perilaku beliau dan menghafal sunnah-sunnahnya.
Pernikahan Rasulullah ﷺ dengan Aisyah terbukti menjadi berkah bagi meluasnya dakwah sepeninggal Rasulullah ﷺ. Berkat kepandaian Aisyah, kaum muslimin merasa seolah-olah Rasulullah ﷺ masih ada di tengah-tengah mereka untuk membantu memecahkan banyak sekali persoalan yang mereka hadapi. Pada saat Rasulullah ﷺ masih hidup pun Aisyah membantu beliau menyampaikan pelajaran kepada kaum wanita.
Begitu besarnya peranan Aisyah sampai ada seorang ulama bernama Az Zahri mengatakan,
"Seandainya ilmu semua Ummul Mukminin dan ilmu semua wanita pada jaman itu disatukan, tentulah ilmu Aisyah jauh lebih utama daripada ilmu mereka."
Inilah salah satu hal yang membuat Aisyah begitu disayang oleh  Rasulullah ﷺ. Mereka berdua sampai paham betul apa yang disukai dan tidak disukai pasangannya, termasuk dari nada suara dan cara berbicara.
"Aku tahu kalau kau sedang senang kepadaku atau sedang marah kepadaku," sabda Rasulullah ﷺ kepada Aisyah.
"Dari manakah engkau mengetahuinya," tanya Aisyah.
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Kalau engkau senang kepadaku,  engkau berkata, "Tidak demi Rabb Muhammad". Akan tetapi apabila sedang marah kepadaku engkau berkata, "Tidak demi Rabb Ibrahim."
Aisyah menjawab, "Demi Allah memang demikian ya Rasulullah, aku tidak meninggalkan kecuali namamu saja."
Aisyah berkata,
"Ketika Rasulullah ﷺ wafat, saya tidak memiliki apa pun yang bisa dimakan oleh makhluk hidup kecuali segenggam gandum pada rak saya.  Semua gandum itu saya makan sedikit-sedikit dalam waktu yang lama sampai habis."

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 26
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah ﷺ dan Hafshah binti Umar bin Khatab
Seperti pernikahan-pernikahan sebelumnya, pernikahan Rasulullah ﷺ dengan Hafsah binti Umar bin Khattab adalah untuk mengembangkan dakwah. Pernikahan ini juga untuk mengumpulkan ikatan persahabatan dengan Umar.
Rasulullah ﷺ mengerti betul bahwa Umar Bin Khattab adalah seorang yang  jujur, sederhana, adil lagi agung.  Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa kelak Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan memilih Umar untuk menyebarkan Islam. Melalui kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab-lah Islam berkembang dan jaya.
Pernikahan Rasulullah ﷺ dengan Hafsah merupakan pengobat luka hati Umar karena dua sahabat lainnya, Abu Bakar dan Utsman bin Affan menolak menikahi Hafsah. Padahal Hafsah yang ketika itu masih muda harus menjanda setelah ditinggal wafat oleh suaminya.
Bersama  Aisyah, Hafshah pernah membuat hati Rasulullah ﷺ gundah. Kedua Ibu Kaum Mukminin itu cemburu kepada istri-istri Rasulullah ﷺ yang lain. Hafshah cemburu karena pada suatu ketika ia melihat  Mariyah dengan bayinya Ibrahim sedang berada di rumahnya bersama Rasulullah ﷺ. Hal ini membuat Hafshah tidak suka dan menceritakannya kepada  Aisyah.

Pada saat lain Hafshah dan Aisyah melihat Rasulullah ﷺ meminum madu di rumah  Zainab binti Jahsy dan tinggal lama sekali di sana. Hafshah dan Aisyah menjadi cemburu. Mereka pun sepakat mengatakan kepada Rasulullah ﷺ bahwa dari mulut Rasulullah ﷺ tercium bau maghafir yang kurang sedap.
Peristiwa-peristiwa seperti ini membuat hati Rasulullah ﷺ yang lembut dan pengasih itu gundah. Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa Aisyah dan Hafsah ingin agar kasih sayang Rasulullah ﷺ hanya untuk mereka berdua saja.
Maka beliau sempat memberi pelajaran kepada kedua istrinya itu dengan menjauhi mereka selama 1 bulan sampai mereka semua sadar akan perilaku mereka yang menyusahkan Rasulullah ﷺ.
Ketika itu Umar bin Khattab berkata kepada  Hafshah,
"Demi Allah aku tahu bahwa kalau tidak karena memandangku, Rasulullah ﷺ tentu telah menceraikanmu."
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menakdirkan bahwa di tangan Hafsah ada mushaf Al Qur'an yang kemudian oleh Khalifah Usman bin Affan diperbanyak dan disebarkan kepada kaum muslimin.
Umar bin Khattab menganjurkan kepada kita,

"Perhitungkanlah dirimu sebelum kamu diperhitungkan, timbanglah dirimu sebelum ditimbang oleh orang lain, dan siapkan dirimu menghadapi pengadilan terbesar seperti yang difirmankan Allah. Pada hari itu kamu dihadapkan ke hadirat Allah sehingga tidak tersembunyi apa pun padamu apa-apa yang tersembunyi."

Rasulullah ﷺ dan Zainab binti Khuzaimah
Tidak lama setelah menikah dengan Hafshah, Rasulullah ﷺ menikahi Zainab binti Khuzaimah. Pernikahan itu terjadi pada bulan Ramadhan tahun ketiga Hijriah. Dari semua Ibu Kaum Muslimin, mungkin  Zainab binti Khuzaimah-lah yang paling sedikit dibicarakan orang.
Dahulu Zainab binti Khuzaimah adalah seorang janda sampai Ubadah bin al-Harits melamar dan menikahinya. Ketika Islam datang Ubadah menjadi pemeluknya dan menjadi muslim yang taat. Bersama istrinya, Ubadah berjuang membela Islam sekuat yang mereka mampu, termasuk pergi berperang. Padahal Ubadah bin al Harris sudah berusia lanjut lebih tua dari Rasulullah ﷺ sendiri.
Ketika Perang Badar meletus kedua suami istri ini terjun langsung ke medan jihad, Ubadah maju berperang sebagai seorang prajurit, sedangkan Zainab binti Khuzaimah bertugas di garis belakang bersama beberapa muslimah lain  sebagai perawat para prajurit yang terluka. Pada Perang Badar ini Ubadah bin al-Harits gugur sebagai seorang syuhada yang bertempur dengan berani. Zainab binti Khuzaimahpun kembali menjanda. Masa  depan  hidupnya  tidak menentu karena suaminya tidak meninggalkan banyak harta.
Ketika itu belum ada sahabat Rasulullah ﷺ yang berfikir menolong Zainab dengan menikahinya karena tidak ada perlindungan yang lebih kuat bagi seorang wanita yang mengalami nasib seperti Zainab selain menikahnya.
Rasa iba muncul di hati Rasulullah ﷺ melihat jasa-jasa Zainab yang begitu gigih membela Islam. Beliau juga sangat menghargai jasa-jasa almarhum Ubadah yang sampai mengorbankan jiwanya pada perang Badar.  Pada masa itulah Rasulullah ﷺ meminang Zainab binti Khuzaimah dengan mas kawin sebanyak 12,5 uqiah.
Keberkahan dan kebahagiaan meliputi orang-orang yang mencintai Zainab binti Khuzaimah karena pernikahan ini. Banyak orang yang menyayangi Zainab binti Khuzaimah. Pada zaman Jahiliyah pun Zainab dikenal sebagai Ummul Masakin atau Ibu Orang-orang Miskin, karena dia begitu murah hati kepada para fakir dan miskin.
Tidak sampai setahun hidup bersama Rasulullah ﷺ, pada bulan Rabiul Akhir tahun keempat Hijriyah, ia meninggal dunia dan dikuburkan di pekuburan Al Baqi.
Rasulullah ﷺ bersabda kepada para istrinya, "Yang lebih cepat bertemu denganku di antara kamu sekalian adalah yang lebih memanjangkan tangannya (bersedekah)."
Maka berlomba-lombalah para istri Rasulullah ﷺ untuk bersedekah. Akan tetapi bagaimana mereka bersedekah, sementara Rasulullah ﷺ hidup dalam keadaan miskin?"
Karena itu Zainab bekerja menyamak kulit, membuat sutra  dan menjualnya. Hasil penjualan itulah yang kemudian beliau sedekahkan.

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 27
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Ummu Salamah yang Setia
Ibu Kaum Muslimin yang lain adalah Ummu Salamah binti Zadir Rarri. Ia adalah putri bangsawan Mekah yang sangat murah hati dan luhur budi pekertinya. Nama asli beliau adalah Hindun binti Abu Umayyah Al Makhzumi.
Pada mulanya, ia adalah istri Abu Salamah Abdullah bin Al Asad Al Makhzumi. Bersama suaminya ini Ummu Salamah termasuk dalam jajaran orang yang pertama kali memeluk Islam. Ketika hijrah ke Madinah, Abu Salamah terpaksa pergi seorang diri karena Ummu Salamah ditahan oleh kabilahnya.
Saat itu, Ummu Salamah yang sangat setia kepada suaminya menjadi amat menderita. Rasa rindu dan kesedihan menaungi Ummu Salamah dari hari ke hari. Keadaan Ummu Salamah ini akhirnya membuat kabilahnya sendiri tidak tega, mereka pun mengizinkan Ummu Salamah menyusul suaminya ke Madinah. Sulit sekali untuk melukiskan indahnya pertemuan suami istri yang paling setia dan begitu menyayangi satu sama lain ini.
Suatu hari Ummu Salamah berkata kepada suaminya,
"Kanda maukah kau sehidup semati denganku? Apabila aku mati, janganlah menikah dengan orang lain. Apabila kamu meninggal, aku pun tidak akan menikah lagi."
"Maukah engkau mematuhiku dengan apa yang lebih baik daripada itu?" tanya Abu Salamah
"Aku selalu siap memenuhi keinginanmu Kanda!" jawab Ummu Salamah
"Engkau boleh menikah lagi.."
Kemudian Abu Salamah berdoa,
"Ya Allah, karuniakanlah kepada Ummu Salamah sepeninggalku,  suami yang lebih baik daripada aku dan tidak membuat resah dan susah hatinya."
Dalam Perang Uhud Abu Salamah terluka. Dua bulan kemudian ia memimpin pasukan dan berhasil menyelesaikan tugasnya. Namun luka dalam Perang Uhud terbuka kembali.
Abu Salamah akhirnya wafat. Dari sejak sakit sampai meninggalnya  Rasulullah ﷺ menunggui Abu Salamah di pembaringan. Rasulullah ﷺ bertakbir 9 kali sebagai tanda kesedihan yang mendalam kepada Abu Salamah. Ketika para sahabat bertanya heran, Rasulullah ﷺ bersabda,
"Kalaupun aku betakbir seribu kali untuk  Abu Salamah itu masih pantas untuknya."
Menurut Rasulullah ﷺ sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan banyak kebaikannya. Demikian sabda rasulullah ﷺ tentang umur dan kematian.
"Barangsiapa yang dipanjangkan umurnya dalam berislam mencapai 40 tahun, Allah hindarkan dia dari berbagai bencana gila, dusta, dan jika menambah 50 tahun, Allah akan ringankan hisabnya. Jika mencapai 60 tahun Allah menganugerahkan kepadanya sifat mendekatkan diri kepada Allah, jika mencapai 70 tahun diampuni Allah beserta dosanya yang dahulu dan yang akan datang."
(Hadist riwayat Anas bin Malik)

Ummu Salamah Menjadi Ummul Mukminin
Tidak terkira besarnya duka Ummu Salamah. Seorang mujahid besar telah pergi meninggalkan mujahidah besar yang menjanda dan harus memikul beban menghidupi anak-anaknya. Ucapan bela sungkawa dan uang sudah datang dari sana-sini. Namun itu hanya bersifat sementara. Kehidupan berat yang sepi menunggu seperti jalan yang panjang.
Dua orang sahabat besar Abu Bakar dan Umar bin Khatab merasa amat iba. Mereka pun mengirim orang untuk melamar Ummu Salamah tetapi kedua pinangan itu ia tolak.
"Adakah orang lain yang sebaik Abu Salamah?" demikian kata Ummu Salamah.
Ia benar-benar sulit menghapus bayangan suami yang amat dicintainya itu sampai akhirnya lamaran Rasulullah ﷺ pun datang. Mulanya, Ummu Salamah ragu karena tidak ingin melemparkan beban hidupnya kepada Rasulullah ﷺ. Namun akhirnya Ummu Salamah pun berkata,
"Marhaban ya Rasulullah, dengan segala senang hati, saya terima lamaran Paduka yang telah sudi meminang seorang wanita pencemburu, banyak anak, dan tidak memiliki sanak saudara yang akan hadir."
Rasulullah ﷺ mengirim utusan yang menyampaikan sabda beliau,
"Mengenai ucapanmu bahwa engkau tertimpa musibah karena banyak anak, maka Allah jua yang akan meringankan beban anak-anakmu. Mengenai ucapanmu bahwa engkau seorang wanita pencemburu, maka aku akan mendoakanmu agar Allah melenyapkan sifat pencemburumu itu. Mengenai ucapanmu bahwa tidak ada seorang wali dan sanak saudara yang hadir, maka tidak seorang pun dari mereka yang akan berkeberatan dengan pernikahanmu denganku."
Konon yang menikahkan Rasulullah ﷺ dengan Ummu Salamah adalah saudara sepupu Ummu Salamah sendiri, Umar bin Khattab. Ketika Rasulullah ﷺ memberitahukan bentuk mas kawinnya, tanpa ragu  Ummu Salamah menjawab, "Aku Ridho."
Mas kawin itu berupa sehelai selimut yang pada musim panas dipakai juga sebagai permadani, sebuah bantal dari kulit yang diisi dengan serabut kurma, dua buah gilingan tepung, dua buah kendi, dan sebuah baskom untuk mengolah roti.
Tempat tinggal Ummu Salamah di bilik milik almarhumah bunda Zainab binti Khuzaimah. Di bilik  itu Ummu Salamah menemukan sebuah kendi berisi jelai, sebuah gilingan batu, dan sedikit mentega. Ummu Salamah mengolah jelai dan mentega itu menjadi makanan. Itulah makanannya dan makanan Rasulullah ﷺ pada malam pernikahan mereka yang penuh berkah.
Ummu Salamah yang cerdas meriwayatkan beberapa hadits Rasulullah ﷺ diantaranya "Siapapun istri yang mati sedangkan suaminya penuh keridhoan kepadanya niscaya ia akan masuk surga"
(Hadits riwayat Tirmidzi)

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 28
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Kebijaksanaan dan Ilmu Ummu Salamah
Peran Ummu Salamah yang sangat menentukan adalah pada saat perjanjian Hudaibiyah. Ketika itu para sahabat tampak ragu menerima perjanjian yang ditandatangani oleh Rasulullah ﷺ dan orang Quraisy. Bahkan ketika Rasulullah ﷺ memerintahkan mereka untuk  memotong kurban dan mencukur rambut sebagai tanda telah selesai berhaji, para sahabat tampak enggan. Melihat itu hati Rasulullah ﷺ gundah sekali. Dengan perasaan seperti itu beliau masuk ke tenda dan menceritakannya kepada Ummu Salamah.
Dengan tenang Ummu Salamah mendengarkan masalahnya dan mengajukan sebuah pemecahan cukup jitu  dan sederhana yang tidak akan terpikirkan kecuali oleh-oleh yang mempunyai otak cemerlang sekaligus hati tenang penuh kasih sayang. Ummu Salamah berkata,
"Ya Rasulullah, maukah engkau menerima saranku? Keluarlah engkau dan jangan berbicara kepada siapa pun meski hanya sepatah kata sampai engkau selesai memotong  kurbanmu dan memanggil seseorang untuk mencukur rambutmu."
Begitu saran itu dilaksanakan para sahabat berebut memotong ternak dengan wajah sedih menyesali keraguan mereka  atas keputusan Rasulullah ﷺ.

Ratusan hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah menunjukkan kecerdasan beliau. Ia termasuk wanita pertama yang hijrah ke Habasyah dan ke Madinah. Allah berkenan menurunkan banyak ayat Al-Qur'an ketika Rasulullah ﷺ tengah berada di rumah tiga orang istrinya, Khodijah, Aisyah, dan Ummu Salamah.
Rasulullah ﷺ sangat menyayangi Ummu Salamah dan anak-anaknya. Walau sangat sibuk, Rasulullah ﷺ selalu menyempatkan diri bermain dengan putri bungsu Ummu Salamah, Zaenab.
"Mana Zuwainab?" Mana Zuwainab?" demikian selalu Rasulullah ﷺ bertanya lucu. Kelak Zainab binti Abu Salamah akan menjadi seorang wanita ahli fiqih terbesar pada zamannya.
Ummu Salamah meninggal pada usia 80 tahun pada tahun ke-61 Hijriyah dan dimakamkan di pekuburan Baqi Madinah.
Tengah malam di rumah Ummu Salamah, Rasulullah ﷺ pernah berdoa dengan air mata bercucuran, "Ya Allah, janganlah kiranya Kau cabut  dariku kebaikan yang telah Engkau limpahkan. Wahai Tuhanku janganlah kiranya Engkau gembirakan  musuh-musuhku dan orang-orang yang dengki kepadaku lantaran mereka menyaksikan penderitaan menimpa diriku. Ya Allah janganlah masukkan aku ke dalam kehinaan yang telah Engkau selamatkan aku daripadanya. Janganlah kiranya Engkau perbuat semua ini selamanya. Ya Allah janganlah kiranya Engkau biarkan aku memikul beban berat ini sendirian walaupun sekejap mata."

Rasulullah ﷺ dan Zaid bin Haritsah
Kisah perang mu'tah ketika tiga sahabat yang menjadi panglima perang pasukan Islam gugur di tangan orang Romawi.
Panglima pertama yang gugur adalah Zaid bin Haritsah. Ia adalah orang yang paling dekat dan disayang oleh Rasulullah ﷺ. Ketika kecil Zaid bin Haritsah diculik gerombolan perampok dan dibawa sebagai budak entah kemana. Haritsah, ayah Zaid sangat menghawatirkan nasib putra kesayangannya. Ia berkelana dari kampung ke kampung untuk mencari anaknya tanpa hasil.
Ternyata Zaid kecil dipilih oleh Hakim bin Hizam yang kemudian memberikan Zaid pada bibinya, Khodijah binti Khuwailid.
Ketika itu Khadijah telah menikah dengan Muhammad tetapi kenabian belum diturunkan kepada suaminya itu.
 Akhirnya berita terdengar juga oleh Haritsah. Dengan perasaan tidak menentu,  ia dan saudaranya berangkat ke Mekkah untuk menemui Zaid.
Muhammad menerima mereka dengan sangat baik. Haritsah memohon,
"Wahai putra Abdullah bin Abdul Muthalib, wahai putra dari pemimpin kaum Quraisy, Tuan termasuk penduduk tanah suci yang biasa membebaskan orang tertindas dan suka memberikan makanan kepada para tawanan. Kami datang kepada Tuan hendak meminta anak kami. Sudilah kiranya Tuan menyerahkan anak itu kepada kami dan bermurah  hatilah menerima uang tebusan seberapa adanya.”
Muhammad menjawab dengan jawaban yang luar biasa,
"Biar Zaid sendiri yang memutuskan. Jika ia mengikuti anda akan saya kembalikan tanpa tebusan. Jika ia memilih saya, saya tidak akan menyerahkannya kepada siapa pun."
Di hadapan ayah dan pamannya Zaid berkata kepada Muhammad,
"Tidak ada orang pilihanku kecuali anda. Andalah ayah dan andalah pamanku!"
Dengan air mata berlinang Rasulullah ﷺ mengajak Zaid ke Ka'bah dan mengumumkan,
"Saksikanlah bahwa mulai saat ini Zaid adalah anakku yang akan menjadi ahli warisku dan aku menjadi ahli warisnya."
Ayah Zaid sendiri pulang dengan perasaan rela dan penuh sukacita karena Zaid telah berada dalam pemeliharaan seorang ayah yang lebih baik daripada dirinya sendiri.
# Persaudaraan dalam Islam seharusnya sangat erat seperti halnya ikatan antara suami istri, antar saudara. Sesama Muslim memiliki hak dan kewajiban tertentu, seperti doa, ketulusan, bantuan, kesetiaan, sikap penuh perhatian, dan pemberian maaf.
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Dua orang yang bersaudara itu laksana sepasang tangan. Tangan  yang satu mencuci tangan yang lain."

Rasulullah ﷺ Memerintahkan Pernikahan Zaid
Demikianlah sejak saat itu Zaid dikenal sebagai Zaid bin Muhammad sampai turun ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa anak angkat tidak bisa mewarisi harta ayah angkatnya. Anak kandunglah yang bisa mewarisi harta ayahnya. Setelah itu Zaid kembali disebut Zaid bin Haritsah.
Namun hukum mengangkat anak sehingga benar-benar dianggap sebagai anak kandung saat itu sudah merata di masyarakat Arab jahiliyah. Maka untuk membatalkannya Allah memerintahkan Rasulullah ﷺ untuk melamar putri bibinya, Zainab binti Jahsy untuk anak angkatnya Zaid bin Haritsah.
Zainab binti Jahsy adalah seorang gadis bangsawan. Sedangkan Zaid bin Haritsah adalah mantan budak. Melihat kenyataan itu mulanya Zainab menolak lamaran Rasulullah ﷺ.
Dilihat dari tradisi yang berlaku, penolakan Zainab sangat wajar. Bagaimana mungkin seorang putri bangsawan menikah dengan bekas budak. Akan tetapi Islam datang untuk menghapus perbedaan antara manusia kecuali ketakwaannya. Maka turunlah firman Allah...

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 29
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah ﷺ Memerintahkan Pernikahan Zaid
(kutipan bagian akhir dari ... Bagian 28, agar nyambung)
Zainab binti Jahsy adalah seorang gadis bangsawan. Sedangkan Zaid bin Haritsah adalah mantan budak. Melihat kenyataan itu mulanya Zainab menolak lamaran Rasulullah ﷺ.
Dilihat dari tradisi yang berlaku, penolakan Zainab sangat wajar. Bagaimana mungkin seorang putri bangsawan menikah dengan bekas budak. Akan tetapi Islam datang untuk menghapus perbedaan antara manusia kecuali ketakwaannya. Maka turunlah firman Allah...

Maka turunlah firman Allah
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا
"Dan tidaklah patut bagi seorang mukmin maupun mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan melakukan pilihan yang lain tentang masalah mereka dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.
(Quran surat al-Ahzab ayat 36)
Ditegur langsung seperti itu oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Zainab tidak memiliki pilihan lain kecuali menerima pinangan Zaid bin Haritsah. Maka keduanya pun menikah. Namun Zainab binti Jahsy tetaplah manusia biasa. Ia tidak bisa melupakan kebangsawanan dan asal usul suaminya yang bekas budak. Zainab  tidak bisa menerima Zaid bin Haritsah apa adanya dengan perasaan penuh kasih sayang.
Hal itu membuat Zaid bin Haritsah gelisah dan tidak betah tinggal serumah bersama istrinya. Zaid mengadukan sikap dan perilaku istrinya itu kepada Rasulullah ﷺ.  Zaid pun meminta izin kepada Rasulullah ﷺ untuk menceraikan Zainab.

Pernikahan menurut Al Quran bukan hanya sarana untuk mengembangkan keturunan saja, melainkan juga lebih merupakan sarana untuk memperoleh ketenangan hati dan ketentraman jiwa.
Firman Allah
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Ia menciptakan istri-istri bagimu dari kalanganmu sendiri supaya kamu dapat hidup tenang bersama mereka dan diadakan-Nya cinta dan kasih sayang di antara kamu."
(Quran surat Ar Rum ayat 21)
Rasulullah Menikah dengan Zainab binti Jahsyi
Rasulullah ﷺ mendapatkan ilham bahwa pernikahan Zaid dengan Zainab binti Jahsyi  hanyalah sebuah bagian dari rencana Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى untuk membatalkan tradisi jahiliyah tentang anak angkat yang mendapat sama dengan anak kandung. Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa sudah takdir Allah menjadikan Zaid dan Zainab binti Jahsy bercerai. Setelah itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan menikahkan Rasulullah ﷺ dengan Zainab binti Jahsy.
Namun sebagai seorang manusia berbudi luhur dia mengatakan agar Zaid mempertahankan keutuhan rumah tangganya dengan bersabda,
"Pertahankan terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah."
Di satu sisi, sebenarnya Rasulullah ﷺ khawatir dengan reaksi orang Arab jahiliyah yang hatinya sedang dibujuk agar memeluk Islam. Rasulullah ﷺ khawatir mereka akan menolak keras apabila Rasulullah ﷺ menikahi Zainab binti Jahsy karena mereka menganggap mantan istri anak angkat sama dengan mantan istri anak kandung yang tidak boleh dinikahi oleh sang ayah.
Sikap Rasulullah ﷺ ini diungkapkan dengan indah oleh Al Quran:
وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِي أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللَّهَ وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَا اللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَاهُ فَلَمَّا قَضَى زَيْدٌ مِنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا لِكَيْ لا يَكُونَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِي أَزْوَاجِ أَدْعِيَائِهِمْ إِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًا وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولا
"Dan ketika kamu berkata kepada orang yang telah Allah limpahkan nikmat kepadanya dan kamu juga telah memberi nikmat kepadanya, pertahankan terus istrinya dan bertakwalah kepada Allah,  sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya dan kamu takut kepada manusia,  sedang  Allahlah yang berhak untuk ditakuti. Maka tatkala Zaid sudah mengakhiri keperluan terhadap istrinya yaitu menceraikannya, maka kami nikahkan kamu dengan dia agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin menikahi bekas istri anak-anak angkat mereka. Apabila anak anak angkat itu telah menyelesaikan keperluan kepada istrinya dan ketetapan Allah itu pasti terjadi."
(Quran surat al-Ahzab ayat 37)
Demikianlah atas perintah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, yaitu menceraikan Zainab binti Jahsy. Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menikahkan Rasulullah ﷺ dengan Zainab binti Jahsy untuk menghapus hukum jahiliyah yang mengatakan tidak boleh menikahi mantan istri anak angkat.
Dalam pernikahan ini Rasulullah ﷺ menghidangkan makanan yang terdiri atas roti dan daging kambing. Hidangan itu diberkahi Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى sehingga cukup dimakan oleh seluruh undangan yang hadir.
Zainab binti Jahsy merasa betapa banyak karunia Allah yang telah diterimanya sehingga ia merasa bangga dan berkata kepada Rasulullah ﷺ,
"Aku tidak seperti salah seorang di antara istri-istri anda. Tidak seorang pun dari istri-istri anda yang dinikahkan kecuali oleh ayahnya, saudaranya, atau keluarganya maka adakah selain aku wanita yang dinikahkan dengan anda langsung oleh Allah dengan perintah-Nya dari langit?"

 Zainab adalah Orang yang Paling Murah Hati
Pernikahan Rasulullah ﷺ dengan Zainab binti Jahsy membawa hikmah lain. Sejak itu Rasulullah ﷺ memasang tirai antara ruangan beliau dan para istrinya dengan ruangan Anas bin Malik yang menjadi pembantu di rumah tangga Rasulullah ﷺ. Itulah mulanya turun ayat Al Qur'an yang memerintahkan agar  istri-istri Rasulullah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan kemudian seluruh muslimah mengenakan jilbab untuk memelihara hati dari noda dan dosa.
Setelah bergabung dalam rumah tangga Rasulullah ﷺ akhlak dan jiwa Zainab binti Jahsy berkembang semakin baik dan mulia. Padahal ia digembleng di tempat yang kasar dan begitu sederhana. Ummu Salamah banyak memberikan pendapatnya tentang Zainab binti Jahsy.
"Dia seorang wanita solehah. Suka melaksanakan shaum pada siang hari dan shalat pada malam hari. Ia ahli menyamak kulit yang suka bersedekah dari usahanya tersebut."
Tentang Aisyah, Ummu Salamah juga memberikan pendapatnya dengan:
"Ia mengungguliku di antara istri-istri Rasulullah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam hatiku namun aku tidak pernah melihat wanita yang lebih baik agamanya daripada Zainab. Ia lebih taqwa kepada Allah, lebih jujur bicaranya, lebih akrab hubungan kekeluargaannya, lebih besar sedekahnya, dan lebih besar pengorbanannya. Ia  bekerja semata-mata hanya untuk menyedekahkan hasilnya karena ingin mendekatkan diri kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى."

Zainab binti Jahsy adalah seorang istri shalihah yang mulia dan senang hidup sederhana. Ketika meninggal dunia ia tidak meninggalkan uang sedikit pun. Ia ingin menyusul Rasulullah ﷺ lebih cepat daripada yang lain, karena teringat Sabda Rasulullah ﷺ kepada istri-istrinya. "Yang paling cepat menyusulku di antara kalian adalah yang paling murah hatinya."
Ternyata Zainab-lah di antara para Ibu Kaum Mukminin yang pertama kali wafat. Zainab meninggal dunia dalam usia 53 tahun, pada tahun ke 20 Hijriyah. Jenazahnya disholatkan oleh Khalifah Umar bin Khattab dan dimakamkan di pekuburan Baqi.
# Sedekah yang dikeluarkan pada suatu waktu tidak akan berhenti sampai disitu, tetapi terus berkembang. Firman Allah,
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya dijalan Allah adalah bagaikan sebutir biji yang tumbuh  menjadi tujuh tangkai dan pada setiap tangkai terdapat 100 biji. Allah melipatgandakan pahala bagi orang yang di kehendaki. Allah Maha Kaya dan Maha Mengetahui.
(Quran Surah Al Baqarah ayat 261)

*Kisah Keteladanan Rasulullah*
Bagian 30
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Juwairiyah binti Al Harits
Sekarang kita akan berkenalan dengan lbu Kaum Mukminin yang lain, Juwairiyyah binti al-Harits. Pernikahan juwariyah binti Al Haris bermula ketika Rasulullah ﷺ mendengar rencana orang bani Musthaliq untuk menyerang Madinah. Pasukan muslim berhasil menghancurkan Bani Musthaliq di mata air Al Murausi.
Juwairiyyah binti Al Haris yang merupakan putri pemimpin kaumnya ikut tertawan.
Ketika itu Juwairiyah menghadap Rasulullah ﷺ dan meminta agar dirinya ditebus. Maka Rasulullah ﷺ bertanya, "Maukah engkau yang lebih baik daripada itu?"
"Apakah itu ya Rasulullah ?"
"Aku tebus dirimu dan aku menikahimu."
"Baiklah, aku bersedia, ya Rasulullah."
Keputusan Rasulullah ﷺ itu berdampak sangat luar biasa. Begitu mengetahui Rasulullah ﷺ menikahi putri pemimpin bani Musthaliq, para sahabat segera melepaskan semua tawanan mereka tanpa tebusan lagi karena semua tawanan itu seketika dianggap sebagai 'saudara ipar' Rasulullah ﷺ.

Tindakan itu menghasilkan rangkaian kejadian luar biasa lainnya karena hampir semua orang bani Musthaliq akhirnya memeluk Islam, termasuk Al Haris bin Dhirar ayah Juwairiyyah yang tadinya datang untuk menebus putrinya. Suku Bani Musthaliq yang tadinya bersahabat erat dengan orang Quraisy, berkat pernikahan itu dalam sekejap berubah menjadi sahabat sejati kaum muslimin.
Begitu luar biasanya peristiwa ini sampai pada Aisyah. Beliau berkata,
"Belum pernah aku melihat wanita yang paling berpengaruh di kalangan kaumnya selain dia Juwariah binti al-Harits."
Melalui Juwairiyah pula kita mengetahui bahwa shaum hanya pada hari Jumat saja terlarang bagi umat Islam. Pada hari Jumat itu Rasulullah ﷺ menemui Juwairiyah yang sedang shaum.
Rasulullah ﷺ bertanya, "Apakah kemarin engkau shaum?"

"Tidak, ya Rasulullah."
"Bagaimana dengan besok, apakah engkau shaum?"
"Tidak ya Rasulullah."
"Kalau begitu, batalkanlah shaummu itu!" demikianlah sabda Rasulullah ﷺ.
Juwairiyyah wafat pada tahun ke 56 Hijriyah,  dalam usia 65 tahun. Beliau dimakamkan di perkuburan Baqi.
Tujuan Rasulullah ﷺ menikahi lebih dari 1 wanita sebenarnya demi kepentingan kaum wanita. Terutama para janda yang tidak mampu. Pernikahan itu dilakukan untuk melindungi, memberi nafkah, menjaga kehormatan, kemuliaan harta, dan martabat kaum wanita.

Shafiyyah Binti Huyay
Beda lagi kisah istri Rasulullah ﷺ yang lain. Shafiyah binti Huyai. Ia adalah seorang Yahudi. Ayahnya keturunan Nabi Harun عليه السلم. Pada usia yang ke-17 Shafiyyah sudah dua kali menikah. Ia adalah istri seorang raja dan juga putri pemimpin Yahudi di Khaibar. Seperti yang kita ketahui, ketika orang-orang Yahudi Khaibar terus mengancam kaum muslimin, Rasulullah ﷺ datang dan menghancurkan mereka.
Akibat perang tersebut Shafiyyah kehilangan ayah, suami, dan saudara-saudaranya yang mati terbunuh. Bisa kita bayangkan betapa berat perasaan Shafiyyah ketika tiba-tiba ia sudah menjadi tawanan perang dan tidak ada orang di dekatnya yang mampu membela dan melindunginya.
Di dalam duka dan kebingungan itulah Rasulullah ﷺ menunjukkan keluhuran budinya. Beliau menawarkan dua pilihan, ingin dibebaskan dan menjadi istri beliau atau dikirim kembali kepada sanak keluarganya. Ternyata Shafiyyah memilih hidup sebagai istri Rasulullah ﷺ. Maka Rasulullah ﷺ menjadikan pembebasannya itu sebagai mas kawin. Pernikahan ini mengobati seluruh duka Shafiyyah dan menempatkannya kembali pada derajat yang amat terhormat yakni sebagai Ibu Kaum Mukminin.

Ummu Habibah binti Abu Sufyan
Ummul mukminin berikut ini bernama asli Ramlah binti Abu Sufyan. Ia digelari Ummu Habibah sesuai dengan nama Putri pertamanya. Walau ayahnya Abu Sufyan sangat keras memusuhi Islam, Ummu Habibah adalah muslimah yang kuat sekali imannya.
Bersama suaminya Abdullah bin Jahsy, Ummu Habibah hijrah ke Habasyah. Namun musibah menimpa Ummu Habibah, di tempat itu  suaminya murtad dan masuk kristen. Setelah itu dengan amat tragis Abdullah mati karena terlalu banyak meminum minuman keras.
Betapa malangnya nasib Ummu Habibah, di tempat terasing yang amat jauh itu ia harus menghidupi diri dan anaknya, tidak sedikit pun terpikir dalam hatinya untuk meminta bantuan kepada ayahnya yang memiliki harta berlimpah. Abu Sufyan mengetahui penderitaan ini.
Rasulullah ﷺ mengutus Amru bin Umayyah kepada Najasy raja Habasyah yang telah memeluk Islam. Rasulullah ﷺ meminta agar Najasy mengatur pernikahan beliau dengan Ummu Habibah. Maka Najasy memanggil Ummu Habibah dan menghadiahinya dua buah gelang dan beberapa cincin perak dan gelang kaki.
Kemudian diperintahkannya Khalid bin Sa'id sepupu Ummu Habibah untuk menikahkan Ummu Habibah dengan Rasulullah ﷺ.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAKI-LAKI IDAMAN

BAHASA ARAB YANG BIASA DIPAKAI SEHARI-HARI